abella dan sembilan teman dekatnya memutuskan untuk menghabiskan liburan musim dingin di sebuah kastil tua yang terletak jauh di pegunungan. Kastil itu, meskipun indah, menyimpan sejarah kelam yang terlupakan oleh waktu. Dengan dinding batu yang dingin dan jendela-jendela besar yang hanya menyaring sedikit cahaya, suasana kastil itu terasa suram, bahkan saat siang hari.
Malam pertama mereka di kastil terasa normal, penuh tawa dan cerita di sekitar api unggun. Namun, saat tengah malam tiba, suasana berubah. Isabella merasa ada yang aneh, seolah-olah sesuatu atau seseorang mengawasi mereka dari kegelapan. Ia berusaha mengabaikannya, namun semakin malam, perasaan itu semakin kuat. Ketika mereka semua terlelap, terdengar suara-suara aneh dari lorong-lorong kastil yang kosong. Pintu-pintu yang terbuka sendiri, lampu-lampu yang padam tiba-tiba menyala, dan bayangan gelap yang melintas dengan cepat membuat mereka semakin gelisah.
Keesokan harinya, salah satu teman mereka, Elisa, ditemukan t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2: Dalam Bayang-Bayang
Suasana di dalam kastil semakin mencekam setelah kematian Elisa yang misterius. Tubuh Elisa yang terbaring di lantai ruang bawah tanah masih menyisakan bayang-bayang ketakutan di setiap sudut kastil. Teman-teman Isabella berdiri dalam kebingungan, tidak tahu apa yang harus dilakukan, sementara Isabella sendiri merasa seolah terjebak dalam mimpi buruk yang tidak kunjung berakhir.
Jonathan menggenggam erat lengannya, wajahnya tampak cemas. "Kita harus pergi dari sini. Kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi," katanya dengan suara yang penuh ketegangan.
Namun, Isabella tidak menjawab. Pandangannya tertuju pada dinding yang dipenuhi tulisan darah yang mengerikan. "Mereka akan datang." Kata-kata itu terus berputar dalam pikirannya. Apa maksudnya? Siapa yang akan datang?
"Siapa yang melakukan ini?" tanya Viktor, pria tinggi dengan wajah serius. Matanya yang tajam mencari-cari petunjuk, tapi tidak ada jawaban. Hanya kesunyian yang memenuhi ruang bawah tanah itu.
Beberapa teman mulai tampak panik, berbisik-bisik satu sama lain. Di tengah kekacauan itu, Maria mendekati Isabella dengan wajah pucat. "Kita harus keluar dari kastil ini. Ada sesuatu yang sangat salah di sini."
Isabella menatapnya tanpa berkata-kata. Perasaan gelisah yang menguasai dirinya semakin kuat, seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka, menunggu untuk menyerang. Beberapa detik terasa seperti berjam-jam ketika suara langkah kaki berat terdengar lagi, kali ini semakin dekat.
"Apa itu?" Viktor bertanya, matanya memicing tajam ke lorong yang gelap di ujung ruang bawah tanah. Langkah-langkah itu datang dari arah sana, seolah mengarah ke mereka.
Isabella merasakan jantungnya berdebar kencang. Mereka semua terdiam, mencoba mendengarkan, namun suara itu tiba-tiba berhenti. Keheningan yang mencekam melingkupi mereka.
"Jangan biarkan diri kalian terperangkap oleh ketakutan," suara pria tua penjaga kastil itu tiba-tiba terdengar, mengagetkan mereka. Sosoknya muncul dari balik bayang-bayang, berdiri di ambang pintu ruang bawah tanah. Wajahnya yang keriput tampak semakin gelap di bawah cahaya temaram. "Kastil ini memiliki sejarah yang panjang, sejarah yang penuh dengan darah."
"Kami perlu pergi," Jonathan berkata dengan ketegangan di suaranya, "Ada yang sangat salah di sini."
Penjaga kastil itu menggelengkan kepala perlahan, wajahnya yang datar tidak menunjukkan tanda-tanda empati. "Kalian tidak bisa pergi. Tidak ada yang bisa keluar dari sini dengan selamat." Suaranya seakan mengandung ancaman.
Maria menggigil di samping Isabella, wajahnya memucat lebih jauh. "Apa maksudmu? Kenapa kita tidak bisa pergi?"
Pria itu menatap mereka semua dengan tatapan tajam. "Kalian sudah memasuki tempat ini dengan niat yang salah. Kastil ini milik mereka. Mereka yang mengendalikan segalanya di sini. Kalian hanya bisa bertahan jika kalian mengikuti aturan mereka."
Isabella merasa tubuhnya kaku. "Siapa mereka?"
Penjaga itu menghela napas berat, seolah-olah pertanyaan ini telah ia dengar ribuan kali. "Mereka adalah bayangan dari masa lalu, roh yang terjebak dalam kastil ini, tidak bisa pergi, tidak bisa meninggalkan tempat ini. Mereka akan menghukum kalian jika kalian melawan. Kalian harus menerima kenyataan ini jika ingin tetap hidup."
Hati Isabella berdebar cepat. "Apa yang harus kami lakukan?"
Pria itu mendekat dan bisikannya terasa seperti suara dari lubang gelap yang dalam. "Pilihannya sederhana. Jika kalian ingin bertahan, jangan pernah membuka pintu yang tidak seharusnya dibuka. Jangan mengungkapkan rahasia kastil ini. Dan, yang paling penting, jangan pernah sendirian di tempat yang sepi."
Setelah mengatakan itu, pria itu berbalik dan meninggalkan mereka, hilang kembali ke dalam kegelapan kastil. Meninggalkan kelompok yang kini semakin bingung dan ketakutan. Ketegangan di udara terasa semakin berat. Bayangan-bayangan gelap mulai memenuhi pikiran Isabella. Apa yang harus mereka lakukan sekarang? Mereka terperangkap di dalam kastil ini, dengan masa lalu yang tidak mereka ketahui, dan kekuatan gelap yang sedang mengintai mereka.
Sambil menatap pintu ruang bawah tanah yang masih terbuka, Viktor berkata dengan suara pelan, "Kita harus mencari jalan keluar. Mungkin ada sesuatu di luar yang bisa membantu kita."
Isabella mengangguk, meskipun dalam hatinya, perasaan cemas semakin dalam. "Tetapi hati-hati. Kastil ini tidak seperti yang kita kira."
Mereka semua keluar dari ruang bawah tanah dan menuju ke lorong-lorong panjang kastil, dengan langkah hati-hati. Setiap langkah yang mereka ambil terasa berat, seperti ada sesuatu yang mengikutinya, mengawasi setiap gerakan mereka. Tiba-tiba, mereka berhenti di sebuah pintu yang besar dan terkunci di salah satu sudut kastil.
"Pintu ini... kita belum melihatnya sebelumnya," Maria berkata, menatap pintu yang tampak berbeda dari yang lain. Tidak ada lampu minyak di sekitar pintu ini, hanya kegelapan yang menggantung di sekelilingnya.
Mereka mencoba mendorong pintu itu, tetapi tidak bergerak. Di seberang pintu, ada suara berdesir lembut, seperti suara desahan dari seseorang yang berusaha untuk berbicara.
Isabella menatap pintu itu dengan curiga. "Apa yang ada di balik pintu ini?" gumamnya, dan sebelum ada yang menjawab, suara ketukan yang lebih keras tiba-tiba terdengar dari balik pintu. Ketukan yang seakan memanggil mereka, menantang mereka untuk membuka pintu yang tersegel rapat itu.
Tanpa disadari, Isabella meraih gagang pintu. Sebuah perasaan tidak wajar menguasai dirinya. Sesuatu menariknya untuk membuka pintu itu.
"Jangan!" teriak Viktor, tetapi sudah terlambat. Pintu itu terbuka dengan sendirinya, menghasilkan suara berderit yang tajam. Ketika pintu terbuka sepenuhnya, bayangan hitam yang menyeramkan melintas cepat di depan mereka, membuat udara terasa semakin berat.
Di dalam, mereka menemukan sebuah ruangan besar, dengan langit-langit yang tinggi dan dinding penuh dengan lukisan-lukisan yang rusak. Di tengah ruangan, ada sebuah meja tua, dengan benda-benda yang tampak seperti peninggalan masa lalu. Namun, yang paling mencolok adalah sebuah cermin besar yang terletak di tengah meja, bercahaya redup.
Isabella merasa tubuhnya kaku, matanya terpaku pada cermin itu. Begitu ia menatap lebih lama, bayangan dalam cermin mulai bergerak, seolah ada sesuatu yang hidup di dalamnya, sesuatu yang mengintai mereka.
Suara langkah kaki terdengar lagi, kali ini lebih keras dan lebih dekat. Sesuatu sedang datang.