Lensi Deva Gumilang. Seorang anak kandung yang tersisih. Anak pengusaha ternama, namun lebih bahagia hidup di dunia hitam. Siapa sangka pergaulannya di dunia itu, menjadikan dirinya dijuluki sebagai Dewi judi.
Lensi seorang gadis lulusan design. Menjadi seorang model busana muslim. Prkerjaan sampingan yang tidak seorangpun tahu, kecuali sahabat setianya. Perjodohan bisnis yang dilakukan ayahnya membuat dirinya kabur dari rumah, dan mengikuti perjudian kelas kakap. Lensi memenangkan hasil perjudian 300 milyar dan dikejar oleh bandar judi. Hingga dirinya masuk kedalam kawasan terlarang dari dunianya, dan bertemu seseorang yang mampu menggetarkan hatinya.
Akankah Lensi selamat? apakah Lensi mampu menundukkan hati pria pujaannya?
Yuk kepoin kisahnya🙈🙈🙈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neti Jalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Hebat
"Hebat sekali gadis ini. Aku yakin itu memang kemampuannya, bukan karena keberuntungan. Andai saja putriku sehebat dia, aku pasti akan membangunkannya klub judi terbesar di kota ini. Bila perlu terbesar se Asia," batin Surya.
"Tidak seperti Lensi yang tidak berguna itu. Bahkan disuruh nikah hidup enakpun dia menolak. Kalau tahu begitu, mending dia aku lenyapkan saja dengan ibunya waktu itu,"
Loading transfer sudah mencapai 100 persen. Ponsel Okta berdenting, tanda sebuah pesan masuk kedalam ponselnya. Okta meraih ponselnya dan melihat sebuah pesan dari M-Banking yang menyatakan transfer berhasil masuk kedalam akun bank yang dimilikinya.
"Apa sudah masuk Ta?" tanya Lensi.
"Sudah." Jawab Okta sembari memperlihatkan ponselnya kearah Lensi, dan di cek oleh pembawa acara.
Lensi kemudian berdiri dari tempat duduknya, dan membungkuk kearah Hirano tanda ucapan terima kasih.
"Apa akan dilangsungkan dengan babak kedua?" tanya pembawa acara.
"Silahkan." Jawab Lensi dan Max serentak.
Petugas klub mulai membagikan kartu untuk putaran kedua. Seperti yang pertama, kali ini Lensi membiarkan Max meraih kartunya terlebih dahulu. Max mulai menyusun kartu-kartunya, dan Lensi hanya menatap kartu-kartu yang Max pindahkan dari arah belakang.
Lensi kemudian meraih kartunya sendiri, dan membiarkan kartunya dalam keadaan teracak.
"Apa kamu berani kalau kita tidak usah meminta bantuan kartu lain? dan hanya mengandalkan 5 kartu ini saja?" tanya Max.
"Kenapa tidak? apapun hasilnya, ini tetap permainan bukan?" ucap Lensi.
"Kalau begitu aku memantangmu," ujar Max.
"Tidak masalah. Kalah dari senior merupakan suatu kehormatan bagiku." Jawab Lensi.
"Kalau begitu lakukan dengan cepat. Kita selesaikan kompetisi babak kedua ini segera," ujar Max.
"Mungkin senior ingin mengeluarkan kartu lebih dulu?"
"Tidak. Aku ingin kita bergantian," ucap Max.
Tap
Lensi mengeluarkan kartu kecil, dan dibalas kartu besar oleh Max. Max kemudian mengeluarkan kartu kecil dan kemudian dibalas dengan kartu besar oleh Lensi.
"Kartu kita masih 3. Bagaimana kalau kita buka semua saja? tidak perlu dipertanyakan lagi, sebagai penjudi kita pasti tahu apa kegunaan dari kartu yang kita pegang," ujar Max penuh percaya diri.
"Tidak masalah. Mari kita benar-benar mencari peruntungan." Jawab Lensi.
"Max begitu percaya diri. Apa kali ini dia akan memenangkan kompetisinya? kalau sampai dia kalah hingga tiga babak, maka aku akan bangkrut dalam semalam," batin Hirano.
"Entah mengapa aku ingin mendukung gadis ini agar menang. Aku yakin gadis ini memiliki potensi yang sangat luar biasa," batin Surya.
Pakkkkk
Lensi dan Max sama-sama meletakkan kartu diatas meja, dengan sama-sama memperlihatkan kartu mereka. Max lagi-lagi tertegun, saat melihat kartunya lagi-lagi kalah telak dari kartu Lensi. Tubuh Hirano bahkan terasa lemas, saat tahu Max kembali mengalami kekalahan. Dan tanpa sadar pula para peserta yang sudah gugur jadi bersorak gembira, saat tahu Lensi kembali memenangkan permainan.
Wajah Max berubah jadi merah, rasa emosi terasa memuncak diatas kepalanya. Untuk menenangkan pria itu, Lensi kembali membuka suaranya.
"Saya mohon untuk kedepannya Senior jangan mengalah lagi. Saya benar-benar merasa tersanjung," ujar Lensi.
Lensi kemudian menoleh pada orang kepercayaan Hirano untuk meminta transfer uang 100 milyar kembali. Pria itu kemudian menoleh kearah Hirano dan terpaksa dianggukki oleh pria itu.
"Habis sudah uangku. Kenapa bisa jadi begini? Max brengsek! ada apa dengannya malam ini? apa karena lawannya seorang wanita jadi dia sengaja mengalah?" batin Hirano.
"Ini sungguh luar biasa. Dewi sangat hebat, aku benar-benar merasa terharu," batin Okta sembari menyeka air matanya harunya
"Keberuntungan gadis ini sangat hebat. Aku harus menariknya ke perusahaanku. Nanti aku akan membuka rumah judi dan membiarkan dia yang mengelolahnya," batin Surya.
Lensi melirik kearah loading transfer, dan melihatnya sudah mencapai 80%.
"Sepertinya suasana hati pria ini sedang buruk. Mungkin dia malu karena sudah kalah dua kali. Aku harus kembali membuat moodnya membaik," batin Lensi.
Loading transfer berhasil mencapai 100%. Suara ponsel Okta kembali berdenting. Okta memperlihatkan M-Banking pada Lensi dan petugas klub sebagai saksi. Lensi kembali berdiri dan kembali membungkukkan badannya kearah Hirano.
"Bagaimana kalau kita break sejenak. Untuk menegangkan ketegangan para pemain," ujar pembawa acara yang berusaha menenangkan perasaan Hirano yang sedang buruk saat ini.
"Bagaimana tuan Hirano?" tanya pembawa acara pada Hirano.
"Setuju. Biarkan pemain bersantai terlebih dahulu. Kita break selama 15 menit kedepan." Jawab Hirano.
"Bagus. Aku bisa menyuruh Okta pergi dari sini. Aku tidak ingin dia terlibat, kalau terjadi apa-apa diakhir babak kompetisi," batin Lensi.
"Keluarkan camilan dan minuman! silahkan peserta kompetisi untuk duduk bersantai sembari menikmati minuman dan camilan gratis dari kami," ujar Hirano.
Para peserta yang gugurpun mencari tempat duduk masing-masing. Max berdiri dari tempat duduknya dan keruangan khusus bersama Hirano dan orang-orang kepercayaannya. Sementara itu Lensi segera menyeret tangan Okta untuk keluar dari ruangan itu menuju pintu keluar klub.
"Dengar. Pulanglah lebih dulu, bawa kartu ATM nya bersamamu. Aku akan menyelesaikan kompetisinya dengan cepat dan segera menemuimu nanti," ujar Lensi.
"Tidak. Kita masuk kedalam bersama. Jadi harus keluar bersama. Aku takut meninggalkanmu sendiri," ujar Okta menolak.
"Dengarkan aku, ini kunci motorku bawalah bersamamu. Mana kunci motormu?" Lensi meraih kunci motor butut Okta dan memasukkannya kedalam saku celananya.
"Pergilah bersama teman-teman yang lain. Aku janji pasti akan menemui kalian. Kalau kalian tidak mau pulang ke rumah, pulanglah ke apartemenku,"
"Aku tidak mau. Aku ti...."
"Jangan keras kepala. Dengar, seandainya aku tiadapun tidak akan ada yang menangisiku. Kalianlah keluargaku. Sedangkan kamu dan teman-teman masih ada keluarga, dan kamu masih punya tanggung jawab mengurus orang tua dan adikmu,"
"Kalau aku tiada dalam kompetisi ini, bagilah uang hasil judi secara merata. Tapi ingat, jangan dibelikan makanan ya?" Lensi mengusap puncak kepala sahabatnya.
Grepppp
Okta memeluk Lensi dengan erat sembari menangis. Lensi mengusap-usap punggung sahabatnya itu.
"Pergilah! jangan buang-buang waktu lagi. Kalau benar-benar kepepet, belilah rumah dengan uang itu untuk menghilangkan jejak," ujar Lensi.
"Pokoknya loe harus janji. Loe harus baik-baik saja dan kembali sama kita. Kita harus nikmatin uang itu sama-sama," ujar Okta terisak.
"Aku janji akan kembali. Pergilah! Mawan dan Riko menunggu di parkiran. Sini ponselmu, kamu pegang ponselku. Aku akan mengirimimu pesan, kalau aku berhasil memenangkan babak ini hingga akhir," ujar Lensi.
"Gue bangga sama loe," ucap Okta.
"Nanti dulu. Kamu jangan bangga punya teman tukang judi. Setelah aku sukses nanti, baru kamu boleh bangga denganku nanti," ujar Lensi.
"Ya." Jawab Okta sembari melerai pelukkan mereka.
"Pergilah dengan cepat dan tetap waspada," ujar Lensi.
"Emm." Okta mengangguk.
Okta kemudian pergi dari situ. Setelah yakin Okta sudah aman, Lensi kembali ke ruang Vip untuk melanjutkan babak terakhir dari kompetisi.
salam kenal..