Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Kucing Yang Suka Nge'reog.
Seharian Divya terus berada di dalam kamar, diurus oleh Sisil dan beberapa pelayan. Saat sore menjelang malam bahkan batang hidung Emilio tidak terlihat, ada sedikit kehilangan namun Divya tidak ingin memikirkannya.
Drrttttt...
Panggilan dari Maxime sejak siang tadi terus berdering, kemarin Divya memang berjanji jika hari itu akan ke rumah sakit membawa makanan.
"Halo, Max."
"Akhirnya kamu angkat panggilan ku, sayang. Kamu hari ini kenapa nggak dateng? Kamu sakit?"
"Mm, iya. Aku sedikit demam sejak semalam, tapi udah diperiksa Dokter. Maaf ya, aku nggak dateng sesuai janji tadi siang."
"Gapapa, kesehatan mu juga lebih penting. Besok aku udah bisa keluar rumah sakit, meskipun duduk di kursi roda karena kakiku masih haris di gips. Kalau kamu masih sakit, besok aku ke rumah mu ya."
"Kamu mau kesini?"
"Iya, boleh?"
"Tentu saja, datang aja."
Aku nggak mau mikirin Emilio, semalam dan seharian ini aku sakit aja dia nggak ada nengok. Lelaki macam apa dia!
"El... El... kok malah diem. Kamu masih dengerin aku ngomong, kan?"
"Eh, iya. Apa Max?"
'Gara-gara mikirin lelaki nggak punya perasaan itu, aku jadi nggak fokus.'
"Aku bilang, besok mau aku bawakan apa sayang?"
"Apa ya, aku sedang nggak ingin apa-apa sih. Tapi boleh deh, aku kepengen baso pedes yang dijual di kios di dekat Perusahaan BV. Kamu tau Perusahaan itu, kan?"
"Oh, Perusahaan BV yang Bos perusahaan bernama Tuan Finn. Menantu dari Om David, yang pengusaha travel dan berlian itu."
'Iya, dia ayahku.'
Divya jadi merindukan orang tuanya, tapi tidak mungkin bertemu dengan tubuhnya yang sekarang. Kemarin saja setelah keluar dari rumah sakit dia datang ke rumah orang tuanya dan hanya bisa melihat dari jauh. Setelah itu dia juga datang melihat tempat tinggalnya yang bersama Finn untuk mengecek kondisi.
Disaat dia bertanya pada pelayan di rumah itu tentang dirinya dalam wujud Divya asli, si pelayan mengatakan jika dirinya tidak pernah pulang sudah seminggu lamanya. Itu lah yang dia katakan pada Fatir dan meminta teman nya itu memeriksa dimana keberadaan nya. Jika memang sudah mati, dia ingin Fatir bisa mengulik tentang kematian nya dan juga sekalian memata-matai Finn.
"Kok kamu tau banget sih, Max?" Divya kembali fokus.
"Papa ku temenan sama Om David, bahkan saat pertemuan bisnis terkadang aku diajak Papa karena aku penerus Papa. Om David cuma punya satu anak, kalau nggak salah namanya Divya. Ya itu, istri dari Tuan Finn. Aku juga pernah bertemu Tuan Finn sekitaran tiga bulan lalu di sebuah pesta, tapi sepertinya Tuan Finn sibuk mengobrol dengan seorang wanita. Aku mengenal wanita itu, dia Tante mu."
"Oh gitu, mungkin Tante Fay sama Tuan Finn sedang mengobrol masalah bisnis."
"Mungkin. So, besok sebelum aku datang aku janji beliin kamu baso disana ya."
"Makasih ya, Max."
"Iya sayang, apapun mau kamu aku berikan. VC dong sebentar, aku ingin lihat wajah kamu. Kangen banget ini," ujar Max terdengar memohon.
Divya yang merasa kasihan, akhirnya memutuskan panggilan dan segera melakukan video call.
"Wow... katamu lagi sakit kok malah lebih cantik dari biasanya sih. Aku jadi pengen cium kamu kayak kemarin, bibir kamu manis banget sayang."
Gombalan ala anak muda, namun Divya tidak menahan senyumnya. Saat dulu dirinya SMA, ia juga sempat pacaran namun memang tidak berkesan seperti saat pacaran dengan Finn.
'Astaga, malah kepikiran lelaki bajingan itu lagi!' Divya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa sayang? Kepala mu sakit lagi? Aku kesana sekarang aja ya!" Maxime panik melihat pacarnya itu geleng-geleng kepala.
"Eh, aku gapapa kok. Cuma lagi mengingat-ingat tentang kita aja, kayaknya kamu cowok baik karena first kiss kita aja setelah hubungan kita 15 bulan. Kok kamu tahan nggak cium aku selama itu?"
"Abisnya kamu cewek manis dan lugu, aku juga baru pertama kali pacaran. Kita sama-sama cinta pertama, jadi aku juga belum punya pengalaman. Hehe..." di video di dalam layar ponsel pemuda itu nyengir kuda.
"Really? Jadi kita berdua sama-sama cinta pertama gitu, berarti sebelum kecelakaan itu sama-sama ciuman pertama kita dong."
"Iya, sayang. Makasih udah kasih ciuman pertama kamu buat aku," Maxime berbicara lembut.
Sayangnya aku udah berikan segelan gadis ini pada Emilio! Huh! Tambah ngerasa bersalah!
Brakkk!
Pintu kamar terbuka dengan keras, disana Emilio menatap tajam pada Divya.
Eh, dari semalam nih orang nggak keliatan. Sekarang datang-datang main buka pintu seenaknya. Terus, kenapa tuh wajahnya, aku nggak ngerasa udah ngelakuin kesalahan deh. Divya merasa aneh.
Emilio berdiri di dekat pintu, lelaki itu sudah pulang satu jam lalu namun tetap dengan rencana nya untuk menjauh dari Divya... jadi sejak pulang dari Perusahaan dia mengabiskan waktu di ruangan pribadi. Saat barusan ia memeriksa Cctv di kamar Divya, dirinya malah mendengar percakapan Divya dan Maxime. Apalagi membahas tentang first kiss dan tentang ciuman mereka kemarin dan kini mereka berdua malah melakukan VC. Dengan emosi Emilio keluar dari ruangan pribadi lalu setengah berlari naik ke lantai atas, dan sekarang disini lah dia berdiri masih dengan wajah marahnya menatap Divya.
"Kenapa ada suara ribut, sayang?" Maxime masih melanjutkan VC nya.
"Oh itu, cuma kucing milik Sisil temanku disini. Kucing itu emang suka nge'reog tiba-tiba. Apalagi kalau lagi bir@hi, bisa macam kucing kesetanan." Sindir Divya seraya menatap berani pada Emilio yang masih berdiri di dekat pintu.
Wajah Emilio semakin memerah, dikatai oleh Divya seperti seorang kucing yang suka nge'reog dan seperti kesetanan kalau sedang bergairah membuatnya ingin menerkam Divya saat itu juga.
"Max, kita lanjutkan lagi besok sebelum kamu datang kesini ya. Aku tutup dulu," Divya sudah mencium gelagat macam kebakaran jenggot dari Emilio.
"Oke sayang, nanti malem bobok yang nyenyak ya. Jangan lupa mimpi'in aku pacarmu yang ganteng ini, muaahhhh..." Maxime mencium dari dalam video call.
"Dah, Max."
"Jangan tutup dulu! Balas dulu kiss nya sayang..." pinta Maxime.
'Eh, gimana ini? Masa di depan Emilio aku harus cium si Max. Kayak bikin gara-gara secara langsung nggak sih?' Divya kebingungan.
Namun belum juga Divya mengambil keputusan, ponselnya tiba-tiba diambil paksa oleh Emilio dan panggilan pun mati. Bukan hanya itu, ponselnya pun Emilio non aktifkan.
"Ponsel ini Om sita, kamu harus belajar karena sebentar lagi ujian. Jangan pacaran mulu, ngerti!"
Setelah mengatakannya, Emilio berbalik badan dan berjalan pergi untuk keluar dari kamar dengan membawa ponsel Divya.
"Om balikin ponselku! Hei!!!"
Namun suara protes Divya tidak di dengar, Emilio terus berjalan tanpa menoleh lagi ke belakang.