Mr. Arrogant Vs Noisy Girl

Hari itu Chika menemani Joan di lab. Tentu saja Joan sangat senang. Sampai jam makan siang akhirnya tiba.

“Terima kasih ya berkat bantuanmu, pekerjaanku cepat selesai.”

“Sama-sama Joan.” Tiba-tiba ponsel Chika berdering. Ia berjalan menjauh dari Joan untuk menerima telepon. Ia cukup terkejut melihat nama Romi di layar ponselnya.

“Halo Romi, ada apa?”

“Halo Chika, aku senang sekali mendengar suaramu. Aku berada dihalaman kantormu bersama Kenzie. Aku ingin mengajak kalian makan sama-sama.”

“Kenzie? Kamu menjemputnya?”

“Iya. Semalam Alvin menelepon dan memintaku untuk membantumu karena cuti kerjanya sudah habis. Dia tidak tega meninggalkan kalian berdua. Jadi subuh tadi aku berangkat.” Jelas Romi.

“Terima kasih ya Rom, kamu selalu ada untukku. Baiklah, aku akan turun sekarang.”

“Baiklah, aku menunggumu.” Kata Romi seraya mengakhiri panggilannya.

“Jo, maaf ya sepertinya aku tidak bisa menemanimu.”

“Kenapa Chik?”

“Ada teman ku datang dari desa. Dia ingin mengajakku makan siang. Maaf ya.”

“Oh begitu, tidak masalah.”

“Aku pergi duluan ya Jo.”

“Oke, kamu hati-hati ya.” Pesan Joan.

“Iya.” Chuka kemudian berlari kecil menuju lantai bawah. Ia melihat mobil Jeep Romi sudah terparkir di halaman depan kantor. Chika lalu menghampiri Romi dan langsung naik ke mobil Romi.

“Hai Rom.” Sapa Chika.

“Hai juga Chika. Bagaimana kabarmu Chik?”

“Seperti yang kamu lihat, Rom.”

“Hai Mama. Aku tadi dijemput Om Romi.” Sahut Kenzie yang duduk di bangku belakang.

“Kamu sudah berterima kasih pada Om Romi?”

“Sudah Mah.”

“Baiklah bagaimana kalau kita makan siang?” sahut Romi.

“SETUJU! Aku sudah lapar Om.” Sahut Kenzie.

“Kamu mau makan apa Kenzie?”

“Mau makan pizza dan ice cream.”

“Oke baiklah, kita berangkat!” Romi kemudian melajukan mobilnya. Meskipun Romi mengetahui masa lalu Chika tapi Romi tidak tahu wajah Zidni seperti apa. Karena Chika sengaja menutup rapat identitas Zidni. Yang Romi tahu hanyalah suami Chika pergi dan tidak pernah kembali.

“Bagaimana rasanya kerja kantoran lagi Chik?”

“Rasanya masih tetap sama, Rom. Hanya saja aku tidak kepanasan lagi. Bagaimna kabar sapi-sapimu?” tanya Chika seraya tersenyum kecil.

“Mereka tentu saja semakin banyak dan semakin mendatangkan keuntungan.” Jawab Romi seraya tertawa.

“Tapi rasanya sepi tidak mendengar suaramu setiap sore hari.” Sambung Romi.

“Memang suaraku seberisik itu ya?”

“Bukan berisik tapi suaramu itu memecah kesenyunian.”

“Hehehe kamu ini ada-ada saja. Memangnya kamu tidak ada kerjaan apa? Sampai menyusulku kemari.”

“Pekerjaan sih banyak tapi kamu prioritas utama.”

“Seharusnya kamu tidak perlu melakukan itu, Rom. Aku tidak mau kamu berpikir kalau aku ini pemberi harapan palsu.”

Romi tertawa. “Hahahaha! Kamu ini ada-ada saja sih, Chik. Santai saja Chika. Aku tidak merasa seperti itu kok.”

“Terima kasih ya, Rom. Kamu memang yang terbaik.”

“Sama-sama Chika.” Sebenarnya hati Chika hampir saja luluh dengan ketulusan hati Romi. Namun tanpa sepengetahuan Romi, orang tua Romi sempat menegur Chika untuk tidak terlalu dekat dengan Romi. Karena status diri Chika yang tidak jelas dan dianggap tidak setara dengan Romi, adalah penghalang bagi Chika. Dan Chika bisa memaklumi itu karena ia amat sangat sadar diri. Apalagi orang tua Romi termasuk salah satu warga terkaya di kampungnya dan disegani oleh banyak orang. Orang tua Chika sendiri tidak tahu jika Chika pernah mendapat ultimatum itu dari orang tua Romi. Hingga akhirnya Chika kembali fokus mencari tahu tentang Zidni.

Akhirnya mereka sampai juga disebuah restoran. Romi sendiri mengajak Chika dan Kenzie langsung menuju restoran Italia.

“Ayo turun!” Ucap Romi saat mobil sudah terparkir.

“Rom tapi ini restoran mahal.” Kata Chika.

“Sudah tidak apa-apa. Sekali-sekali tidak apa-apa kan Chik? Masa iya mau makan sambal lalapan terus? ” gurau Romi seraya tertawa.

“Baiklah.”

“Kenzie, tunggu Om buka pintu ya?”

“Oke Om.” Jawab Kenzie. Chika dan Romi lalu turun dari mobil. Setelah itu Romi membukakan pintu untuk Kenzie dan menggendong Kenzie. Mereka bertiga memasuki restoran, tampak seperti sebuah keluarga. Setelah mendapatkan tempat duduk, pelayan datang menghampiri meja Chika untuk memberikan daftar menu. Chika ikut saja dengan menu yang di pesan oleh Romi.

Dua puluh menit kemudian, pesanan datang. Kenzie bersorak ceria saat melihat pizza dan ice cream datang.

“Yeaayyyy! Pizza, ice cream.” Ucapnya dengan gemas. Chika tersenyum sambil mengelus kepala Kenzie.

“Pelan-pelan ya sayang makannya.”

“Iya Mama.”

“Ayo Chika, kamu makan juga. Selesai makan siang, aku akan mengantarmu ke kantor. Biar aku yang menemani Kenzie. Selama baby sitter Kenzie libur, aku yang akan menemani Kenzie.”

“Rom, aku semakin menyusahkanmu.”

“Ssssttttt! Makanlah, jangan banyak bicara lagi.” Ucap Romi. Chika akhirnya diam dan menikmati makanan yang di pesan oleh Romi.

Di tempat yang sama, ternyata Zidni dan Frans sedang meeting sekaligus makan siang bersama kliennya. Pandangan Frans tertuju pada Chika.

“Lho, itu kan Nona Chika. Pasti itu suaminya. Keluarga kecil yang begitu bahagia.” Gumam Frans dalam hati.

“Frans, berikan dokumennya.” Kata Zidni. Namun Frans tidak mendengar karena ia larut dengan pemandangan kebahagiaan Chika. Mendapati Frans tidak meresponnya, Zidni melirik tajam kearah Frans.

“Frans! Mau aku pecat.” Ucap Zidni dengan tegas. Begitu mendengar kata PECAT, Frans pun tersadar.

“E.., iya Tuan, maaf.” Kata Frans tergagap. Frans pun kembali fokus karena tatapan mata Zidni sangat menakutkan. Dan akhirnya meeting selesai setelah satu jam berlalu. Zidni menghela, kembali menatap Frans.

“Apa yang kamu lihat?”

“Oh itu ada Nona Chika di meja sana, Tuan.” Kata Frans sambil menunjuk kearah meja tempat Chika makan. Zidni pun mengikuti arah tangan Frans.

“Sepertinya itu suami Nona Chika, Tuan. Tapi kenapa di KTP statusnya begitu ya Tuan? Mungkin mereka sudah bercerai.” Lanjut Frans.

“Bercerai? Dia bilang suaminya di Arab menjadi TKI.”

“Bisa saja Nona Chika menutupi perceraiannya, Tuan. Dia pasti menutup rapat kehidupan pribadinya.”

“Kalau memang suaminya, kenapa wajahnya tidak mirip denganku? Bukankah katanya suaminya mirip dengan wajahku,” gumam Zidni dalam hati.

“Ya sudahlah, untuk apa juga aku peduli. Kita sebaiknya kembali ke kantor.” Kata Zidni.

“Tapi mereka terlihat bahagia dan kompak sekali. Apalagi tatapan mata suaminya itu penuh dengan cinta saat menatap Nona Chika.”

“Berhenti menganalisa hal yang tidak berguna, Frans. Sebaiknya kita pergi menemui supplier daging untuk produk terbaru kita.” Ketus Zidni.

“Baik Tuan.” Zidni dan Frans akhirnya meninggalkan restoran itu. Selama perjalanan, hati Zidni tiba-tiba merasa tidak tenang melihat Chika bersama dengan Romi yang tampak akrab. Bahkan mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.

“Kenapa sejak bertemu Chika, perasaan ini aneh. Kadang aku ingin marah padanya, kadang benci tapi juga sedih. Bahkan saat aku habis memarahinya, aku merasa bersalah.” Gumam Zidni dalam hati.

Bersambung....

Visualnya ganti yaaa, hehehehe... Sebenarnya pas mau bikin cerita ini, udah terpikirkan mereka visualnya. Eh gara-gara habis nonton business proposal kepikiran visual Taemo dan Hari, hehehehe... Kalau yg ini kan gemes ada si Kenzie nya juga,semoga makin suka 😁