NovelToon NovelToon
Flight Attendant, Take Me Fly Captain

Flight Attendant, Take Me Fly Captain

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:4.3M
Nilai: 4.7
Nama Author: Isma Wati

Delia adalah seorang pramugari di sebuah maskapai penerbangan di Indonesia. Hingga suatu ketika Delia dijadwalkan terbang bersama seorang pilot tampan idola para wanita, menggantikan rekannya yang berhalangan masuk, dan bertemu dengan seorang pilot tampan, yang digandrungi banyak pramugari.

Delia pikir kapten Abian adalah Captain ramah dan baik, nyatanya Captain itu sangat menyebalkan untuknya, membuat Delia begitu membenci pilot itu.

"Aku bersumpah, walau didunia ini laki-laki tersisa hanya dia, aku tak sudi jika harus berjodoh dengan laki-laki bermulut sambal sepertinya," gerutu Delia.

Namun Delia seperti termakan omongannya sendiri, dia yang tak sengaja bertemu mama Abian, dan wanita itu menjodohkan mereka berdua, Delia pun jatuh cinta pada pesona sang pilot.

Hingga saat Abian datang dan melamar Delia. Terungkap jika kematian ayahnya ada hubungannya dengan Abian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mobil itu ...

Ditepi bukit, tampak Rendy sedang merenung, hari sudah mulai berganti gelap, dia menatap ke bawah sana hamparan lampu-lampu penerangan, baik dari rumah penduduk, lampu jalan, lampu kendaraan yang lalu lalang, maupun lampu-lampu hotel atau penginapan.

"Captain mikirin apa sih dari tadi?" Voni yang berdiri di cup mobil akhirnya bertanya, setelah sejak tadi hanya memperhatikan Rendy.

Rendy tak menjawab, dia menoleh Voni sebentar, lalu kembali melihat kebawah.

"Captain kalo emang mau ngukur seberapa dalam tebing ini coba Captain lompat, baru bisa tahu dalamnya, kalau Captain selamat berarti belum terlalu dalam tapi-"

"Aku lagi membayangkan kesurupan Captain Abian, kayaknya enak," potong Rendy ucapan Voni.

"Puffffttt" Voni menahan tawa sambil menutup mulut dengan telapak tanganya "Captain ada-ada aja, mana ada kesurupan arwah yang masih hidup."

"Kalau ada aku mau, dan itu kesurupan arwah Captain Abian. Jadi dia tuh kayanya enak banget, karier moncer, usaha clothing lancar, cewek yang mau sama dia ngantri tanpa harus dia yang ngejar-ngejar dan usaha deketin. Lah aku yang mati-matian deketin Delia malah dia yang dapat," Rendy menoleh kebelakang, melihat Voni yang berdiri tak jauh darinya. "Hidupnya seperti sempurna, Captain Abian juga memiliki keluarga yang saling menyayangi, dan melengkapi."

"Jadi, Captain Rendy iri nih ceritanya?"

"Emang dari tadi aku ada bilang iri?" tanya Rendy balik.

Voni mendekati Rendy "Iya emang enggak, tapi lebih mengarah kesana dan tak bersyukur," ucap Voni "Ini saya harus lakuin apa, dorong Captain Rendy apa gimana nih?"

Rendy mengerutkan keningnya "Maksudnya?"

"Dari tadi duduk di tepi bukit gitu, dari pada di pandangin doang, mending buat uji nyali, tapi Captain Rendy harus bikin wasiat dulu, mobil, rumah dan lain sebagainya atas nama Voni, dan surat tak ada tuntutan apapun kedepannya, karena udah bantu Captain keluar dari kesengsaraan hidup."

Rendy mendelik kearah Voni, saat menyadari ucapan gadis itu, tapi Voni malah tertawa tanpa beban, satu yang baru Rendy sadari, jika tawa Voni bisa membuat hatinya sedikit ringan, padahal gadis itu tidak melakukan apa-apa, namun berpengaruh pada suasana hatinya. Rendy merasa hidupnya menjadi semakin aneh.

* * *

Delia terus tersenyum saat dia melihat bangku belakang yang penuh dengan bawaan dari mama Abian, ada buah, kue kering dan basah, bolu, seta kain songket dari mama Abian untuk mamanya, serta masakan untuk keluarganya, Delia membayangkan pasti mereka menyiapkan ini sejak kemarin dan sangat kerepotan.

"Salam untuk mama kamu ya Delia, semoga mereka bisa menerima Abian."

Delia mengingat pesan Amanda untuk mamanya. Tak disangka orang kaya seperti mereka masih mau melakukan hal seperti ini, apalagi kue dan masakan yang dibawakan merupakan buatan tangan kakak dan mama Abian sendiri. Delia merasa dirinya sangat diterima dikeluarga Abian.

"Kamu malu Delia dengan bawaan mama?" tanya Abian saat dia lihat Delia terus melihat kebelakang.

"Kenapa harus malu?, aku justru merasa tersanjung dengan apa yang mama kamu lakukan."

"Benar?, harap maklum jika keluarga ku agak aneh ya?" tanyanya, namun tangannya diletakkan di paha Delia.

"Aneh dari mana?, mereka semua asik, kamu yang aneh, dan tangan mu yang tidak benar."

"Kenapa tangan ku?" Abian pura-pura tak tahu.

Delia hendak mengambil tangan Abian agar menyingkir, namun Abian malah menggenggam tangannya.

"Biarkan seperti ini Delia, biar aku nyetirnya kuat, nggak ngantuk," sebab semalam Abian tidak tidur dengan pulas, dia sampai terbawa mimpi, saat datang kerumah Delia, kedatangannya tidak diterima oleh keluarga Delia. Abian mengecup tangan Delia yang dia genggam "Aku deg degan, apa ayahmu akan menerima ku?"

Delia tersenyum getir mendengar pertanyaan Abian, hatinya berdenyut mengingat jika ayahnya telah tiada, mata Delia sudah mengembun, ini untuk pertama kalinya dia pulang setelah enam bulan terbang mengudara, dan kepulanganya tak akan disambut oleh senyum sang ayah.

Delia membayangkan jika ayahnya masih hidup, ayahnya pasti memeluk bangga padanya, ayahnya yang mendidiknya dengan sedikit keras agar dia menjadi pribadi yang kuat, kini semua tak akan Delia rasakan lagi.

"Hei, kenapa diam?, apa ada yang salah dari perkataan aku?" Abian menjawil dagu Delia, lalu memainkan hidung bangir Delia yang membuatnya gemas.

"Nggak, nanti kamu juga akan tahu, ayah orangnya seperti apa?, maka persiapkan diri kamu ya Captain, jika kamu ditolak berarti kamu bukan kriteria menantu ayah," sengaja Delia menggoda Abian, tidak mengatakan yang sebenarnya jika ayahnya sudah tidak ada, Delia ingin tahu ekspresi Abian seperti apa.

"Kamu mencoba menakutiku nona Delia?"

Delia tertawa, Abian menutupi kegugupanya dengan gurauan, padahal Delia bisa merasakan tangan Abian yang berkeringat dingin.

Setengah jam lebih menempuh perjalanan Abian memutuskan untuk keluar tol terlebih dahulu, dia ingin mengajak Delia untuk makan diwarung pancong, bukan coffee shop atau cafe kekinian.

"Kita makan kue pancong dulu ya, udah lama aku nggak makan kue pancong khas betawi gini."

Abian menggenggam posesif tangan Delia memasuki warung pancong yang masih sepi pengunjung ini, karena memang masih pagi.

"Waktu SMP dan SMA dulu aku suka nongkrong di warung pancong sama teman-teman, termasuk bersama Daniel," ucap Abian setelah dia memesan seporsi kue pancong setengah matang, dan satu rebus mi instan.

"Jadi emang kalian udah saling mengenal sejak lama?," Abian mengangguk "Kemaren aku pulang sama pak Daniel, pantas dia baik, jadi kalian emang udah saling kenal lama."

Abian terkejut "Kamu diantar Daniel?, kenapa baru kasih tahu sekarang?"

Delia mengerucutkan bibirnya "Nomor kamu nggak aktif, padahal kemarin aku mau mengabari, jika aku pulang cepat dan hanya dua kali penerbangan."

Abian menghela nafasnya, ada rasa curiga dibenak Abian, semua seperti sudah terencana, dan Daniel dibalik semua ini.

"Bisa nggak?, lain kali kamu menolak ajakan orang lain? terlebih itu Daniel"

"Aku sudah berusaha menolak, tapi pak Daniel_."

"Aku nggak mau dengar alasannya Delia, pokoknya lain kali kamu harus bisa menolak ajakan Daniel, apapun caranya. Karena dia pasti tidak akan mengantar mu pulang dulu, pasti dia mengajak mu untuk makan lebih dahulu," omel Abian memotong ucapan Delia.

Delia diam, tak berani mengatakan yang sebenarnya, Abian pasti akan bertambah marah, mereka akan melakukan perjalanan jauh, tidak baik jika nanti hati Abian sedang dalam keadaan yang buruk.

"Diamnya kamu menjawab dugaan ku Delia, sudah semua salah ku, jangan sebut namanya lagi, telinga ku sakit mendengarnya."

Tak lama pesanan mereka datang, seporsi pancong leleh yang ditaburi parutan keju dan coklat yang tebal, dan semangkuk mi instan rebus.

"Sebagai hukumanya, kamu suapi aku."

"Kamu nggak malu?, ini ditempat umum."

"Aku nggak mengenal mereka, lagi pula kita nggak akan ketemu lagi, kamu terlalu banyak alasan untuk menolak."

Delia kembali menghela nafas dan mengalah, Abian kembali ke sifat aslinya jika sedang tidak suka. Dan jika diladeni mereka tidak akan sampai ke rumahnya.

Kembali Abian meminta Delia yang makan terlebih dahulu sebelum menyuapinya, bahkan untuk secangkir kopi saja Abian minta disuapi. Delia melakukannya dengan senang, bukan merasa seperti dijadikan pelayan oleh Abian, justru sifat manja Abian padanya membuat Delia merasa dicintai dengan cara yang berbeda, Delia merasa dia sangat dibutuhkan Abian.

Seporsi pancong habis, kini tinggal mi instan. "Aku nggak mau pakai sayurnya," ucap Abian.

"Harus pakai sayur biar sehat, jika hanya mi instannya saja, tidak ada gizinya."

"Sejak kapan kamu ganti profesi jadi dokter, Delia?"

"Sejak punya bayi besar yang mudah marah," jawab Delia sambil mengulum senyum.

* * *

Perjalanan yang seharusnya di tempuh hanya satu jam lebih, kini harus memakan waktu hampir tiga jam, sebab Abian selalu berhenti saat ada pom bensin, Abian merasa seperti ingin buang air kecil karena rasa gugup yang melanda. Tak Abian hiraukan Delia yang terus menggerutu karenanya.

"Lebih-lebih dari wanita hamil yang sudah mau melahirkan," gerutu Delia.

Abian bertambah gugup saat mobilnya terparkir di depan rumah Delia, dia mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum turun. Abian memandangi rumah panggung Delia yang tampak sunyi dari depan, walau rumah itu masih bertembok papan, tapi rumah itu terlihat sangat bersih dan terawat, ditambah banyaknya aneka macam tanaman jenis bunga didepannya, rumah itu semakin sedap dipandang.

"Jadi Capt, mau turun atau tetap dimobil?" goda Delia yang tahu kegugupan Abian.

"Kau terlihat sangat senang melihat kelemahan ku Delia."

Keberadaan mobil Abian membuat perhatian warga disana, tak lama muncul mama Delia dari belakang rumah mereka.

"Del, itu kamu nak?" mama Delia berlari tergopoh-gopoh menghampiri anaknya, dengan air mata yang sudah mengenakan sungai membasahi pipi wanita yang masih sangat cantik itu. Bagaimana tidak, ini kepulangan pertama Delia setelah ayahnya tak ada.

"Ma ...." Delia berjalan menghampiri sang mama, kesedihan terlihat jelas dari keduanya, mereka berpelukan, melepas rasa rindu. Lama mereka larut dalam pelukan mengabaikan keberadaan Abian.

"Ini siapa?" tanya mama Delia saat menyadari anaknya tidak pulang sendiri.

"Dia teman Delia Ma." Mama Delia tersenyum melihat Abian, dia sudah bisa menebak jika laki-laki yang bersama anaknya ini bukanlah hanya sekedar teman. "Namanya Abian, dia pilot ditempat Delia bekerja"

Abian menyalami tangan mama Delia dan memperkenalkan dirinya, ada rasa lega saat Abian melihat senyum wanita itu, kehadirannya nampaknya diterima.

Lama Abian mengobrol dengan mama Delia, wanita itu terlihat sangat ramah, membuat Abian tak dapat menahan rasa penasarannya.

"Ayah kemana Bu?, apa sedang bekerja?" tanya Abian.

"Delia tidak memberi tahumu nak?" Abian mennggeleng "Ayah Delia sudah meninggal, bertepatan dengan hari pertama Delia bekerja jadi pramugari," Mama Delia nampak menahan kesedihanya dengan menipiskan bibirnya "Padahal itu impian ayahnya agar Delia jadi pramugari," jelas mama Delia, membuat Abian tersentak kaget.

Abian jadi memutar waktu, dimana saat Delia pertama terbang bersamanya, dia telah memperlakukan Delia dengan tidak baik, padahal wanita itu sedang dalam kesedihan yang mendalam. Tapi Delia mampu menutupi itu semua, dan dia bekerja dengan sangat baik dan profesional.

Sedang didapur, Delia sedang menyiapkan kue dan minuman untuk Abian yang dia bawa tadi, tak lama adik ketiga Delia, Dania muncul dari pintu belakang, Dania baru saja pulang dari sekolah.

"Kakak." Dania memeluk Delia dari belakang membuat tubuh Delia tersentak kedepan.

"Kamu ngagetin ih."

"Dania kangen Kakak." Delia berbalik, balas memeluk adik bungsunya yang sudah menangis.

"Iya, Kakak juga kangen," Delia melepaskan pelukanya, merapikan anak rambut adiknya, dan menghapus air mata Dania "Kamu sehat?" Dania mengangguk "Cuci tangan cuci kaki dulu gih, kakak banyak bawa oleh-oleh untuk kamu."

"Bener?" Delia tersenyum, mengangguk "Tapi Kak, di depan mobil siapa?" lihat Dania melihat mobil BMW hitam yang terparkir di depan rumah mereka.

"Temen Kakak."

"Itukan mobil yang nabrak lari ayah Kak."

.

.

.

.

Jeng *jeng jeng, jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, 😍😍

Betewe udah ada yang sudah mudik lum?, buat yang sudah mudik, selamat bertemu keluarga, dan yang sedang diperjalanan, semoga perjalanannya lancar dan selamat sampai tujuan. Stay safe and healthy selalu ya...😘😘*

1
Nadia
Abian yg makan mangga nya aku yg ngilu
Nadia
Voni ttp JD temen yg baik ya untuk dellia sampai nanti
Nadia
mama nya bakalan girang ini 😂😂😂
Nadia
idih si jutek banyak modusnya 🤭😂🤭
Puspita Sari
disini emang gw setuju sama abian.... si Delia sama abian bisa tegas tapi giliran sama Daniel nolak aja ga bisa aneh juga makanya sebaik baiknya cewek harus pny ketegasan donk hadehhh
Nurhayati Nia
Alhamdulillah pada akhirnya kalian bahagia bersama keluarga kalian para captain 😍😍😍
Nurhayati Nia
ampunnn dasar keluarga gokill bikin ngakak terus mereka yaa okehhh lanjuttttt
Nurhayati Nia
ihhhh moduss ci captain mah 😃😃😃
Soleh Soleh
apa yang nabrak Attaya ya KRNA pke mobil abian
Nurhayati Nia
😅😅😅😅 ampunnn c mamahhh
vexana🤗
harusnya mas ponawasch yg jd captainnya hahhaha
emak e Rainnathan
kok Abian itu persis aku,,,nek lagi mangkel banget mesti ngunek ke asssu /Facepalm//Facepalm/

kata yg sll membuat org terdekat ngakak ketika umpatan itu keluar
emak e Rainnathan
Luar biasa
Yuliana Purnomo
iihh,, penasaran di smbunyikan dimn denisa,, thor
Yuliana Purnomo
heemm,, menyesal gak?? menceraikan istri disaat hamil,, walaupun tak cinta
Yuliana Purnomo
eehh papa Abian memang top 👍
Yuliana Purnomo
sedih nya 🥲🥲
Yuliana Purnomo
cemburu nya Abian kelewatan,, sampe curiga an bgt ke Daniel
Yuliana Purnomo
ngarep danisa
Nani Haryati
🤭😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!