Arden membenci wanita gendut yang merupakan teman masa kecilnya. Permusuhan itu semakin menjadi ketika Kayla bertunangan dengan pria bernama Steve. Selain kebencian, ada yang aneh dari sikap Arden ketika bertatapan dengan Kayla. Hasrat untuk memiliki wanita itu timbul dalam benaknya.
Sekuel dari Istri Rasa Simpanan.
Follow IG : renitaria7796
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam
"Kamu menyewa kabin kelas satu? Hei! Kamu terlalu boros," ucap Kayla sembari membuang jas Arden ke tempat tidur.
Melihat itu, Arden malah mengusap wajah dan menyugar rambutnya ke belakang. Ia membuka tiga kancing kemeja dan menggulung lengan bajunya sampai ke siku.
Tiba-tiba saja hawa panas menjalar ke tubuh. Lihat punggung yang begitu mulus itu. Arden ingin meluncur di sana, lalu leher jenjang yang membuat Arden ingin sekali menjulurkan lidahnya. Memutar-mutar, mengecap hingga menimbulkan bekas-bekas merah di sekitarnya.
Turun lagi ke bawah di mana bentuk bulat yang menggugah hasratnya. Ini salah. Seharusnya Arden tidak membawa Kayla masuk ke dalam kamar. Wanita itu akan sembarangan mengingat mereka berdua saling mengenal.
"Biar aku coba tempat tidur ini," kata Kayla.
Astaga! Siksaan apa lagi ini. "Lakukan sesukamu," ucap Arden.
Kayla membuka sanggulnya. Rambut panjang itu tergerai dan semakin seksi ketika Kayla ia menggerakkan kepalanya. Tubuh Arden semakin panas. Kayla malah semakin menggoda dengan pose kaki bersilang.
"Sayangku, kemarilah," ucap Kayla sembari mengedipkan mata dan menggigit ujung jari telunjuknya.
"Kayla, kamu .... "
Kayla menepuk sisi tempat tidur sebelahnya. "Kemarilah. Ayo, kita bermain."
Arden mengangguk, lalu melangkah menuju tempat tidur. Kayla mengulurkan tangan menyentuh pipi Arden. Pria itu menunduk, mengecup lembutnya bibir Kayla.
"Arden, Arden," panggil Kayla. "Eh, kenapa dia bengong? Arden!" Kayla bersuara sedikit keras.
Arden tersentak. "Apa?"
"Kenapa melamun di sana?"
"Hah?" Arden merasa linglung.
"Astaga! Kamu kenapa bengong begitu? Ada apa denganmu?"
Arden tersadar dari segala khayalannya. Ia mengusap wajah. "Aku pesan makanan dulu. Kamu berbaringlah."
Arden keluar dari kamar yang membuat Kayla bingung akan tingkahnya. Ia mengedikkan bahu, melanjutkan kembali menikmati suasana kabin Arden yang mewah.
"Apa yang aku pikirkan tentang Kayla? Bisa-bisanya aku malah berkhayal bermain bersamanya. Andai itu menjadi kenyataan," gumam Arden.
Arden bersandar di dinding. Ini tidak baik bagi jantung dan pikirannya. Liburan kali ini sungguh tidak terduga. Bertemu seorang wanita yang diharapkan dan tidak diharapkan. Arden merindukan Kayla ketika wanita itu tidak berada di dekatnya, dan ingin menjauh ketika wanita itu mendekat. Serba salah jadinya. Tapi ini yang dinamakan keraguan dalam cinta.
Andai Kayla bukan teman masa kecilnya. Tentu hal itu lebih mudah. Kayla tahu semua tentang dirinya. Menyatakan cinta kepada Kayla? Apa jadinya nanti? Ah, membayangkannya saja membuat Arden takut.
"Aku harus apa sekarang?" Arden mengacak-acak rambutnya. "Sudahlah, aku pesan makan saja. Mungkin perut kenyang bisa membuat otakku jalan."
Arden berjalan cepat menuju restoran. Ia meminta pelayan di sana mengantar makanan ke kabin. Arden juga memesan tequila sebagai pelengkap pesta kecil mereka di kamar.
"Kita pergi bersama saja," ucap Arden kepada tiga orang pelayan yang membawa makanan.
"Baik, Tuan."
Arden jalan lebih dulu dengan diikuti oleh pelayan kapal. Arden juga mendengar dari kasak-kusuk pengunjung yang duduk di bar saat ia memesan satu botol minuman. Besok malam akan ada pesta topeng. Hal menarik untuk dicoba. Arden akan mengajak Kayla ke sana.
Pintu dibuka, Arden mempersilakan semuanya masuk. Ia melihat Kayla berbaring tengkurap seraya membaca buku yang Arden bawa. Pose itu sungguh menantang. Arden berdehem agar pelayan pria tidak menatap Kayla.
Jangan bangun, Kayla. Jangan bangun! Kumohon, tetap pada posisi seperti itu.
Nyatanya Kayla bangkit dari posisinya, dan membuat Arden bisa melihat belahan nyawa dari wanita itu. Alamak! Aku bisa gila.
Arden bergeser menutupi Kayla. Ia menyuruh pelayan segera pergi dengan memberi uang tip. Awalnya mereka menolak, tetapi Arden memaksa agar mereka semua pergi dari kamar.
"Kamu memberi mereka doubel," tegur Kayla. "Biaya tip sudah ditambahkan ke akun milikmu."
"Tidak apa-apa. Ayo, kita makan dulu," ajak Arden.
Kayla turun dari tempat tidur. Ia duduk di sofa single berhadapan dengan Arden. Matanya berbinar melihat aneka jenis makanan, tetapi Kayla teringat jika ia harus menjaga bentuk tubuhnya.
"Aku menolak makan kentang juga makanan penutup. Aku langsung makan daging ini saja," ucap Kayla.
"Makanlah apa yang kamu mau," kata Arden.
Kayla menggeleng. "Aku sudah susah untuk menurunkan berat badan dengan naik turun gunung."
Arden tertawa mendengarnya. "Naik turun gunung? Kamu gila, ya."
Kayla mendecakkan lidah. "Apanya yang lucu?"
"Aku tidak bisa membayangkan betapa lucunya kamu." Arden geleng-geleng kepala membayangkan Kayla jatuh berguling-guling seperti bola. "Kenapa kamu tidak mengajakku? Pasti itu akan sangat seru."
"Oh, bukannya kamu tidak ingin menghubungiku?"
Sialan! Artinya, waktu itu Aretha ingin membicarakan tentang Kayla. Aku menyesal karena itu. "Kamu juga. Kenapa tidak menghubungiku?"
"Maaf, tapi nomormu sudah masuk daftar hitam," ucap Kayla.
"Kamu kejam," kata Arden.
"Kamu lebih kejam," balas Kayla.
"Kita makan dulu. Besok kita jogging bersama."
Kayla mengangguk. "Aku tidur di sini, ya."
"Apa?!" Arden kaget mendengarnya.
"Eh, tidak mau, ya?" Kayla bicara sembari menyuapkan sepotong daging ke dalam mulutnya.
Apa ini? Kayla berubah jadi sosok asing. Tidur bersama, maksudnya apa? "Tidur saja kalau kamu mau."
"Kamu tidur di tempatku. Kita tukeran kabin," ucap Kayla sambil nyengir.
Ralat! Dia sangat menyebalkan. "Enak saja. Ini kamarku! Jika ingin tidur, maka tidur bersama di ranjangku."
Kayla mencebik. "Dasar pelit!"
Selesai makan malam, Arden mengajak Kayla bersantai di balkon sembari menyesap tequila yang ia pesan. Kayla sangat senang berada di dalam kamar Arden. Tempatnya sangat nyaman.
"Kamu tidak bawa teman kencan ke sini?" tanya Kayla.
Arden menggeleng. "Aku ingin liburan sendiri."
Andai Arden bisa mengatakan kalau ia liburan karena lari dari kenyataan Kayla yang menikah bersama Steve. Ia memang mengharapkan seseorang itu datang, tetapi yang hadir malah orang yang sama sekali tidak terduga. Kayla berada di depannya saat ini.
"Tumben. Aku kira kamu akan menghabiskan waktu bersama wanitamu," celetuk Kayla.
"Bagaimana kalau kita menghabiskan waktu bersama? Itu lebih menyenangkan," ucap Arden.
"Kamu pikir ini apa? Kita sudah bersama."
"Maksudku sampai liburan ini berakhir."
Kayla tersenyum. "Tentu! Aku ingin punya pengalaman baru. Aku ingin masuk ke dunia yang belum pernah aku rasakan. Pengalaman berbeda dan semoga akan ada sosok yang membuatku tergila-gila."
Aku yang akan membuatmu mabuk kepayang, Kayla. "Malam ini, kita pesta."
Arden mengangkat gelas begitu juga Kayla. Keduanya mendentingkan dulu sebelum meneguk minuman beralkohol itu sampai habis.
"Besok malam ada pesta topeng. Mau jadi pasanganku?" Arden mengulurkan tangan.
Kayla menyambutnya. "Dengan senang hati. Aku akan ikut."
"Besok kapal akan tiba di pelabuhan Casteway Cay. Kita bisa membeli perlengkapan di sana," kata Arden.
Bersambung