Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Dua
****
"Tuan saya berhasil meyakinkannya atas kehamilan saya dan berjanji akan menikahi saya, saya juga di bawa ke rumah yang ia tempati bersama istrinya tuan"
"Bagus buat lah lelaki bodoh itu menceraikan istrinya dan bawa pergi jauh lelaki bodoh itu dari istrinya"
Tut...
"Ha ha ha... Ambar ku sayangg sebentar lagi kau akan menjadi milikku hanya milikku, dan tidak dengan lelaki bodoh yang menjadi suami mu itu fuuuh... Ucap lelaki yang sedang menikmati asap nikotin yang selalu menemaninya.
" Bambang Bambang kenapa bidadari cantik ku malah kau percayakan pada lelaki bodoh bawahan mu? Mengapa tidak pada ku saja? Aku akan memberikan semua harta yang aku punya bahkan nyawa ku pun akan ku berikan untuk bidadari cantik ku ha ha ha...
"Sabar yaa Ambar sayang aku akan datang sebagai penyelamat mu dari sakit yang di berikan oleh lelaki yang berkedok suami mu itu"
Di sebuah ruangan tertutup nan gelap lelaki yang kurang lebih berusia tiga puluhan sedang menikmati asap nikotin nya sembari menatap potret wanita cantik yang sengaja ia pasang di dalam ruangan tersebut.
Terkadang ia pun mencium foto wanita tersebut demi menghilangkan rasa rindunya.
*****
"Clarissa hamil anak ku, kamu ingat dua bulan yang lalu saat aku tertidur di kamar asing? Ternyata dia yang menyelamatkan ku dari orang yang sudah memukul ku, tapi jahatnya aku malah mengambil harga dirinya. Ia kabur dan tak ingin bertemu dengan ku kembali tapi malah takdir yang mempertemukan kami, ia hamil anak ku dan saat dia akan menyebrang malah tertabrak oleh ku" ucap Seno menjelaskan semuanya.
"Kenapa kamu begitu yakin kalau anaknya yang di kandung wanita itu adalah anak mu mas!"
"Karena...
Tok... Tok... Tok...
Ceklek...
" Ayo mas aku dan anak kita sudah lapar, kalau Mbak Ambar nggak mau makan sudah biarin aja mas" ucap Clarissa dengan menggandeng lengan Seno dan membawanya pergi dari kamar Ambar.
Ambar hanya menatap kedua manusia yang melangkah pergi meninggalkan kamarnya.
Ada rasa sakit saat melihat suaminya di gandeng oleh wanita lain, namun saat ini ia masih harus bersabar melihat semua sejauh apa wanita uler keket itu bertindak.
Tok.. Tok... Tok...
Non Bibik masuk ya...
Ceklek..
Bik Inah segera menutup pintu kamar ia meletakan nampan berisi makanan untuk nona kesayangannya itu.
"Aduhh... Cah ayu Bibik sakit sekali melihat cah ayu seperti ini, sing sabar yo cah ayu Gusti Pangeran pasti nggak akan diam saja. Sholat jangan di tinggalkan ya ndok" ucap Bik Inah yang memeluk tubuh Ambar dari samping.
"Bik kenapa semuanya begini Bik? Ada apa dengan mas Seno? Hu hu hu..."
"Sabar non sabar Bibik yakin non kuat banyak orang-orang Bapak yang berada di belakang non, jika memang den Seno berlaku jahat non" ucap Bik Inah.
Mereka yang sudah seperti Ibu dan anak itu menangis sambil berpelukan dan saling menguatkan.
Malam ini suara gemuruh, hujan dan petir melanda, Ambar menatap dan meraba kasur di sebelahnya yang biasa di isi oleh Seno.
Namun kini rasanya dingin seakan tidak ada lagi Seno suaminya.
Lap.... (anggap aja lampunya mati yaa)
Mata Ambar melotot ini yang paling ia takutkan, mati lampu di sertai hujan, gemuruh dan petir.
Meminta suaminya untuk menemaninya tidak mungkin bagi Ambar, karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan mau lagi di sentuh oleh suaminya meski masih sah sebagai suami istri. Karena Ambar memang tidak mau berbagi namun ia juga tak ingin mengambil milik orang lain.
Ambar berusaha tidur dengan menutupi tubuh nya dengan selimut, hingga akhirnya ia dapat terlelap.
Tit.. Tit.. Tit...
Suara alarm yang Ambar stel membangunkannya tepat pada pukul 03.30 malam, Ambar pun segera bangun untuk mematikan alarmnya.
Saat ia bergeser ia merasakan bagian perutnya berat, ia langsung menoleh ke arah perutnya yang mendapati tangan suaminya yang bertengger di sana.
Dengan nafas kasar Ambar menyingkirkan tangan suaminya itu, lalu ia beranjak untuk membersihkan diri dan melakukan kewajibannya.
Ceklek...
Wanita itu melihat suaminya yang tidur di kamar kakak madunya pun geram ia membangunkan paksa Seno tanpa menghiraukan Ambar yang tengah menjalankan kewajiban sholat malamnya.
Mau tak mau Seno pun bangkit dan meninggalkan kamar Ambar tak lupa ia menutup pintunya kembali.
Selesainya ia melakukan sholat malamnya tak lupa ia berdoa pada sang pemberi nikmat, dan yang maha mengetahui segalanya.
"Ya Allah ... Ada apa dengan suami ku? Ada apa dengan rumah tangga ku? Tunjukan pada ku kebenarannya, jika memang harus aku yang turun tangan membereskan kekacauan ini tolong perintahkan bala tentara Mu bala bantuan Mu untuk membantu ku membereskan ini semua Aamiin..."
Ambar masih belum bangkit ia memilih untuk membaca Al-Qur'an hingga suara Adzan subuh menggema.
*****
Setelah selesai melakukan kewajibannya ia turun ke dapur untuk membuat sarapan seperti biasa, meski hatinya sakit ia tetap harus melakukan kewajibannya sebagai istri meski sudah tak lagi tidur satu ranjang.
Kini Ambar memilik untuk menyajikan nasi goreng seafood lengkap dengan kerupuk udang, ia juga memasak ayam kecap dan acar timun.
Selesai memasak di bantu dengan Bik Inah dan Mbak Asih menata makanan di meja makan.
Ambar langsung duduk dan menyendokkan nasi goreng ke piringnya sendiri, ia enggan menyendokkan ke piring suaminya karena ia merasa jika Seno sudah memiliki seorang wanita yang lebih pantas melakukannya.
Seno menggeser kursi untuk Clarissa duduk lalu ia menggeser kursi untuk dirinya sendir tepat di sebelah Ambar jadilah ia di tengah dari kedua wanita di sisi kanan dan kirinya.
Seno menyerahkan piring miliknya ke hadapan Ambar ia ingin makanannya di ambilkan oleh Ambar, Ambar pun tak menolak bagi nya selama itu yang meminta suaminya akan ia turuti. Perlakuan itu tidak lepas dari sorot tajam seorang wanita yang juga duduk bersama di meja makan tersebut.
"Mas susu aku mana?"
"Minta lah pada Bibik untuk membuatkan aku sudah hampir telat jika harus membuatkan mu susu" ucap Seno dengan tangan masih memegang sendok dan garpu.
"Bik! Bibik!" teriak Clarissa dengan suara yang memekikkan telinga.
Seno pun menutupi gedang telinganya yang menging akibat teriakan Clarissa.
"Iya non ada apa?" ucap Bik Inah.
"Nan non nan non nyonya karena saya nyonya di rumah ini, bikinkan saya susu yang hangat rasa coklat yang sudah di belikan oleh Suami saya semalam" ucap Clarissa sombong dengan menekankan kata Suami padahal ia dan Seno belum menikah.
Seno melirik ke arah Ambar namun Ambar tak acuh ia tetap melanjutkan makannya.
Saat susu sudah sampai dan Bik Inem hendak meletakkan susu tersebut di meja Clarissa dengan sengaja menyenggol lengan Bik Inem susu pun tumpah mengenai pa ha nya.
"Hah! Pembantu bod*h tua bangk* sial4n" ucap Clarissa berdiri sambil mengibaskan tangan ke pa ha nya yang terkena tumpahan susu.
"Bik apa tidak bisa pelan pelan" ucap Seno yang segera berdiri membawa tisu untuk mengelap pa ha Clarissa.
"Maaf den saya nggak sengaja biar saya bikinkan lagi" ucap Bik Inah yang hendak melangkah kan kakinya namun di cegah oleh Ambar.
"Biar saya Bik yang bikinkan Bibik urus yang lain saja" ucap Ambar mengambil alih gelas yang tadinya berisi susu milik Clarissa.
Di dapur Ambar merebus air sambil menunggu air tersebut mendidih ia menuangkan beberapa sendok susu kehamilan ke dalam gelas, setelah air mendidih Ambar mematikan kompor dan membiarkan uap panasnya menghilang baru lah ia menuangkan air tersebut ke dalam gelas berisi isi susu dan mengaduknya.
Ambar meletakan segelas susu tersebut di atas meja tepat di samping lengan Clarissa, tanpa bersuara Ambar segera melangkah kan kakinya meninggalkan meja makan dan naik ke atas menuju kamarnya.
Seno menatap nanar punggung sang istri, biasanya ia yang akan mengantarnya ke depan sembari menyalami punggung tangannya.
Namun sekarang sepertinya tidak lagi.
"Clarissa antar aku ke depan aku mau berangkat" ucap Seno pada Clarissa.
"Iih apaan sih mas tinggal ke depan berangkat aja kok minta di anter segala jangan manja dong mas, kamu nggak kasian sama aku tadi habis mual-mual gara-gara anak kita?" ucap Clarissa.
Seno hanya mengangguk dan ia memilih langsung berangkat karena ia sudah terlambat.
Kejadian tersebut tidak lepas dari sepasang mata yang mengintip dari celah kaca meja makan.