21+ 🔥
Ini novel ke dua aku.
Hana azzuhra harus menerima kenyataan karena kesuciannya telah terenggut oleh pria yang tak di kenalnya,sedangkan satu bulan lagi dia akan menikah dengan kekasihnya.
Di hari pernikahannya Hana pingsan dan di nyatakan hamil membuat suaminya marah besar.Sejak di nyatakan hamil sikap suaminya berubah terhadapnya sampai Hana melahirkan.
Bayi Hana di jual oleh suaminya untuk melunasi hutang hutangnya.
Bagaimana nasib bayi Hana...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
"Ais, cukup!. Jangan di lanjutkan lagi. Sekarang ikut Papa." Titah Adam.
"Iya, Pa."
Aisyah bangkit dari jongkoknya dan mencuci tangannya di wastafel. Adam langsung menggandeng tangan Aisyah.
"Dengarkan aku baik-baik. Jangan pernah berlaku kasar dengan anakku!. Jika aku melihat kamu berlaku kasar lagi, siap-siap aku bakal tendang kamu dari rumah ini. " Adam memberi peringatan keras kepada Marisa dengan nada yang sangat marah.
"Ck," Marisa hanya berdecih menanggapi omongan Adam, bahkan Marisa tak memperdulikan ancaman Adam.
Adam dan Aisyah meninggalkan Marisa sendiri di kamar mandi.
Adam mengajak Aisyah ke kamarnya. Adam membuka baju Aisyah dan mengganti dengan yang baru karena baju Aisyah basah akibat mencuci baju Marisa. Aisyah hanya diam tak seperti biasanya yang selalu ceriwis, keceriaannya hilang semenjak tau kalau dirinya bukanlah anak dari Marisa. Adam meletakan baju basah Aisyah di tempat baju kotor yang terletak di pojok kamar mandi.
"Ais, kenapa sayang?," Adam langsung mendudukkan Aisyah di tepi kasur, lalu berlutut di hadapan Aisyah," Apa Mama Marisa memukul Ais?"
Aisyah menggeleng, " Terus Kenapa Ais diam saja?" kata Adam lembut.
Aisyah menunduk semakin dalam, Aisyah bingung mau mengatakan tentang perkataan Marisa, kalau dirinya bukanlah anak Marisa.
"Pa...."
"Kenapa, sayang."
"Pa, apa benar kalau Ais bukan anak Mama?"
"Siapa yang bilang."
"Mama...."
Adam mendengus samar dan mencibir Marisa di dalam hatinya. "Jangan di dengarkan ucapan Mama, yang jelas Ais anak Papa yang paling cantik," ucap Adam lembut seraya mencubit hidung Aisyah dengan gemas.
Aisyah mengangguk, meski hatinya masih sedih dengan apa yang di katakan Marisa.
***
Di kantor Aries.
" Permisi Tuan," ucap Syam asisten pribadi Aries.
Aries menegangkan kepalanya dari berkas-berkas yang sedang dia tanda tangani, hanya untuk menatap Syam sesaat.
"Apa sudah mendapatkan apa yang aku mau," ujar Aries seraya mengecek dokumen.
"Sudah Tuan."
Syam langsung mendudukkan dirinya di kursi tepat di depan meja kerja Aries.
" Hana bekerja di toko kue ' Muti Cake ' dan Hana tinggal di kontrakan yang jaraknya tidak jauh dari toko kue tempatnya bekerja. Hana hanya tinggal sendiri." Lapor Syam.
"Terima kasih atas informasinya Syam."
"Sama-sama, Tuan," sahut Syam seraya menganggukkan kepalanya.
Sore harinya, Aries langsung bergegas membereskan kerjaannya dan menyambar kunci mobil. Rencananya Aries akan menemui Hana di tempatnya bekerja dan berharap mau berbicara dengannya.
Aries langsung memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Aries harus bersabar karena perjalanannya harus tersendat karena macet.
Aries tiba di toko kue tempat Hana bekerja menjelang malam. Dengan langkah lebar, Aries memasuki toko kue ' Muti Cake '.
"Permisi, Hana ada?" tanya Aries kepada salah satu karyawan 'Muti Cake'.
"Oh, Hana. Ada, tapi lagi sholat magrib dulu."
" Baiklah, saya tunggu di sana." Tunjuk Aries ke salah satu bangku panjang.
Sekitar lima menit, Aries menunggu Hana sholat magrib.
"Na, ada yang nyariin tuh. Cakep lagi," seloroh temannya.
"Siapa?"
"Nggak tau." Seraya mengedikan bahunya.
"Tapi orangnya duduk di sana." Tunjuknya.
"Makasih ya."
Hana Segera menemui orang yang ingin bertemu dengannya. Saat tinggal beberapa langkah lagi, Hana langsung menghentikan langkahnya saat tau siapa yang ingin menemuinya.
Aries yang melihat Hana langsung melempar senyum ke arah Hana, meski Hana tak menanggapinya.
Hana mendengus melihat senyuman Aries, orang yang tak ingin di temui nya justru sekarang berada di depan matanya.
"Ngapain ke sini!" ucap Hana sinis
"Aku mau bicara denganmu."
"Nggak bisa. Lagian aku lagi kerja," ucapnya ketus.
"Aku mohon."
"Aku nggak akan pergi dari sini, jika belum bicara berdua dengan kamu," sambungnya lagi.
"Baiklah, tapi nanti selesai bekerja. Jika kamu mau menunggunya." Ucap Hana dengan rasa malas.
"Aku akan menunggu kamu selesai kerja," sambung Aries sembari tersenyum.
Aries benar-benar menunggu Hana sampai jam kerjanya habis. Sekitar pukul delapan malam toko tutup, semua lampu sudah di padamkan hanya menyisakan lampu dari dapur dan toilet.
Aries menunggu Hana di luar sembari menyandarkan tubuhnya ke tembok dengan tangan di lipat di atas dadanya.
"Sudah," tanya Aries kepada Hana.
"Iya," jawab Hana jutek.
Kini keduanya sudah berada di sebuah cafe yang tidak begitu ramai. Setelah memesan minuman, Aries memandang wajah cantik Hana.
" Ngapain ngeliatin aku kayak gitu," cetus Hana jutek.
" Kenapa?, nggak boleh?"
Hana hanya memutar matanya malas.
"Aku nggak ada waktu lama-lama bicara sama kamu." Ketus Hana.
Aries menghela nafasnya. " Aku benar-benar minta maaf soal kejadian dulu yang...." Aries tak mampu melanjutkan perkataannya.
Sedangkan Hana membuang muka, tak mau bersitatap dengan Aries. Orang yang telah menghancurkan masa depannya.
"Aku benar-benar minta maaf, kamu berhak marah dan benci sama aku. Tapi tolong maafkan aku. Selama ini, aku terus di hantui rasa bersalah sama kamu. Aku bahkan nggak bisa hidup dengan tenang sebelum kamu benar-benar memaafkan aku."
Hana tak menjawab perkataan Aries. Luka lama yang sudah dia jahit kini kembali terbuka lagi. Hana benar-benar tidak mau mengingat malam itu. Baginya sudah cukup dia menderita karena mantan suaminya yang brengsek itu. Bahkan tega menjual darah dagingnya Hana demi hutang judinya yang kalah.
" Hana...."
" Maaf, aku harus pulang. Ini sudah malam."
Hana langsung berdiri dari duduknya dan menyambar tasnya dan mencangkolnya ke bahu.
"Hana!,tunggu. Aku antar." Cegat Aries
" Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri."
"Aku mohon...."
Hana tak memperdulikan tatapan memohon Aries, dia lebih memilih pergi dari hadapan Aries.
Aries mengejar Hana hingga parkiran dan meraih tangan Hana, agar Hana berhenti.
" Lepas!" Hardik Hana seraya mengibaskan tangannya dari genggaman Aries. Tatapan Hana nyalang dan tajam saat menatap Aries, bahkan nafasnya naik turun karena menahan amarahnya.
" Oke," sahut Aries seraya mengangkat tangannya ke udara.
" Tapi aku mohon, izinkan aku mengantar kamu pulang. Ini sudah malam, dan lagi pula kontrakan kamu dari sini lumayan jauh."
" Aku bisa naik taksi," jawabnya cepat.
"Kali ini saja, aku mohon...."
Karena saking kesalnya, Hana langsung meninggalkan Aries dan melangkah dengan cepat. Dia tak peduli kemana dia berjalan, yang terpenting saat ini dia menjauh dari lelaki itu.
Hana terus berjalan cepat, melewati pertokoan dan pedagang kaki lima serta warung kopi yang banyak lelaki tanggung tengah nongkrong di sana. Hana terus berjalan tanpa tau arah kemana dia melangkah, hingga dia tiba melewati tempat yang sunyi dan tamaram. Tapi Hana tak memperdulikannya, yang terpenting baginya dia harus menjauh dari Aries.
Hana masih berjalan di tempat yang tamaram, bahkan dia tak peduli dengan sekitarnya. Hingga dia bertemu dengan tiga lelaki yang tengah nongkrong di pinggir jalan.
"Wih, ada cewek nih," seloroh lelaki yang berambut gondrong.
Mereka bertiga mulai mendekati Hana dan mengepung Hana.
"Minggir!" Hardik Hana tapi jantungnya berdegup kencang, ingatannya kembali ke masa lalu dimana Aries menggagahinya.
" Mau kemana Neng, malam-malam begini?"
" Mau Abang temenin nggak." Seloroh yang satunya.
Hana mulai ketakutan, apalagi lelaki yang berambut gondrong mulai menyentuh tangannya. Dengan cepat Hana menghindar dari ketiga lelaki itu, tapi sayangnya langkahnya malah semakin memojokkan dirinya ke tempat yang tidak bisa dia lewati.
siapin tissue