Walau hanya sebatas wanita simpanan bagi James, Silvia sangat mencintai pria itu. Namun, Silvia harus menelan pil pahit ketika James memutuskan mengakhiri hubungan mereka. Akhirnya, Silvia pergi meninggalkan James karena banyak tekanan yang memintanya menjauh dari pria yang amat dicintainya. Dia pergi dan menyembunyikan kehamilannya dari James.
Akankah Silvia dan James bertemu dan bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Ya Tuhan! Dari tadi kamu menyangka kalau aku telah menikah? Dengan siapa tadi? Wilona?" ucap James menepuk dahinya sendiri.
Salah dia sendiri tidak menjelaskan dari awal bila sampai saat ini James masih mencari keberadaan Silvia. Delapan tahun tanpa kehadiran wanita itu membuat hidup James tidak tenang. Dia selalu dihantui oleh perasaan bersalah.
"Dengarkan aku, Via. Sejak kamu memutuskan untuk pergi dari hidupku. Aku tidak pernah berhubungan dengan siapa pun. Pernikahan yang pernah aku ucapkan itu, tidak pernah terjadi. Aku tidak mencintai Wilona, tidak mungkin aku menikahinya," ucap James meyakinkan Silvia.
"Jangan bercanda, James. Aku yakin kamu pasti telah menikah dengan wanita pilihan ibumu. Jangan membuat keadaan ini semakin rumit. Aku tidak mungkin kembali menjadi simpananmu. Sudah cukup masa lalu kelamku, aku kini memiliki seorang anak yang butuh figur seorang ibu yang baik. Aku tidak bisa kembali padamu," balas Silvia masih tidak mempercayai ucapan James.
"Aku tidak mengatakan ingin menjadikanmu sebagai simpanan! Ya Tuhan, bagaimana caraku meyakinkanmu, Sayang. Aku mencintaimu, aku ingin kamu menjadi istriku. Jangan lagi sebut masa lalumu sebagai simpanan. Dari awal, aku sudah terjerat oleh pesonamu. Tolong singkirkan ucapanmu tentang tidak bisa kembali padaku. Jadilah, istriku Silvia!" James tidak mengatakan sebuah pertanyaan, itu merupakan perintah yang dulu sering Silvia dengar.
Wanita cantik itu berdebar ketika James mengatakan soal cinta. Rasanya Silvia tidak mempercayai ucapan James. Dulu, ketika Silvia sering kali mengucapkan kata cinta, pria itu selalu saja menolaknya. Sekarang, ketika dia telah memiliki anak, James mengatakan cinta dan ingin memperistrinya.
"Aku bukan lagi bawahanmu yang dapat kamu perintah seenaknya. Biarkan aku kembali James. Aku tidak ingin berurusan lagi denganmu. Tolong, lepaskan saja aku!" balas Silvia masih belum bisa mempercayai ucapan James.
Ketika James ingin membalas ucapan Silvia. Terdengar dering ponsel Silvia mengganggu pembicaraan mereka. Dengan segera, Silvia membuka ponselnya. Dia telah berjanji untuk menjemput Nathan di sekolah. Namun, karena pertemuan tidak terduga ini dia membiarkan Nathan cukup lama berada di sekolah.
"Halo, Sayang. Maaf, Mama belum bisa menjemputmu. Nanti, Mama akan meminta sopir untuk menjemputmu, ya. Tunggu di sekolah sampai Pak Sopir da..." Tanpa diduga, James mengambil ponsel yang berada di tangan Silvia.
Awalnya, James cemburu ketika Silvia mengatakan "Sayang". Akan tetapi, dia segera tahu bila yang menghubungi Silvia adalah anaknya. Tanpa canggung, James berbicara dengan putranya.
"Jadi, kamu adalah putraku? Aku sedang berbicara dengan mamamu. Aku akan meminta orang untuk menjemputmu di sekolah dan berbicara juga denganmu," ucap James membuat Silvia melotot.
"Anda Siapa?" tanya Nathan dengan tenang.
"Aku papamu! Saat ini aku sedang bersama dengan Silvia. Kamu harus tahu kebenaran tentangku, Nak. Papamu ini masih hidup. Di mana kamu bersekolah? Orang suruhanku akan menjemputmu," jawab James.
Tanpa ragu Nathan menjawab pertanyaan James. "Di SD Pelita, namaku Nathan Davis. Bila memang kamu papaku, aku akan menunggu untuk segera bertemu denganmu," balas Nathan membuat James sedikit berkerut.
Silvia kemudian merebut ponsel yang tadinya dikuasai oleh James. "Jangan dengarkan ucapan pria itu. Dia berbohong. Seperti yang kamu ketahui, papamu telah tiada. Jadi, jangan mengikuti orang itu dan pulang dengan sopir kita!" ucap Silvia kemudian menutup ponselnya.
James segera memberikan pesan teks pada Daren untuk menjemput Nathan. Pria itu menyunggingkan senyum ketika mengetahui kalau Silvia memberikan nama keluarganya pada sang putra. James berpikir bila masih ada kesempatan yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan maaf dari wanita yang dicintainya.
"Apa sebenarnya maumu, James!"
Silvia menatap nyalang James yang hanya tersenyum mendengar ucapan Silvia dan tidak membalasnya. Kemarahan Silvia terlihat dengan jelas, tetapi membuat James tampak gemas dengan semua tingkah laku Silvia.
"Apa sebenarnya yang kamu rencanakan? Jangan sentuh anakku! Dia adalah hartaku satu-satunya!Lepaskan kami, James!" ujar Silvia.
"Dia juga anakku, Silvia. Tega sekali kamu mengatakan kalau aku telah tiada. Aku adalah papanya, dia berhak tahu kalau aku masih hidup. Apa selama ini kamu selalu membohongi seperti itu?" ucap James dengan wajah kesal, kemudian mendekat pada Silvia.
Silvia kembali menangis karena mulai teringat dengan masa lalunya. Banyak orang yang mengatainya karena menduga dia adalah seorang janda. Belum lagi, Nathan yang selalu bertanya siapa ayah kandungnya. Hal itu membuat Silvia selalu tertekan.
"Apa lagi yang bisa aku lakukan selain berbohong? Aku harus merawatnya seorang diri. Kamu tidak berhak marah dengan semua perlakuanmu padaku. Saat itu, bila aku mengatakan mengandung anakmu apa kamu akan bertanggung jawab?" balas Silvia dengan penuh emosi.
James terdiam tidak menimpali ucapan Silvia. Dia mengingat kondisi mereka saat itu. Pasti bila dia mengetahui kehamilan Silvia, James memilih agar Silvia menggugurkan kandungannya. Belum lagi, dia pasti tidak percaya bila anak dalam kandungan Silvia adalah anaknya.
"Maafkan aku, Sayang. Maafkan semua kesalahanku. Oleh karena itu, biarkan aku menebus semua kesalahanku. Biarkan aku membayar waktu yang telah kamu lalui dengan kesedihan itu. Aku ingin kamu menjadi istri dan ibu dari anakku. Aku mohon, ini semua bukan hanya karena aku mencintaimu. Semua demi kebahagiaan putra kita. Pasti dia selama ini mencari keberadaanku, bukan? Tolong maafkan aku, Sayang," ucap James.
Pria itu kemudian berlutut di depan Silvia. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh James. Pria angkuh yang menjadi atasannya itu merendahkan dirinya di hadapan Silvia. Tidak ingin lagi melewatkan kesempatan untuk meminta maaf. Baginya apa pun akan dia lakukan untuk mendapatkan maaf dari Silvia.
"Tolong, maafkan aku dan jadilah istriku, Silvia. Aku sangat mencintaimu, Silvia," ucap James membuat Silvia menahan napasnya.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca.