Serra gadis yang masih berusia 19 tahun mempertaruhkan kehormatannya karena hanya sakit hati atas perbuatan sang tunangan yang berselingkuh dengan sahabatnya.
kata-kata sang kekasih yang menyakitinya membuatnya berpikir pendek, tidur dengan pria yang baru dikenalnya malam itu.
Arkan yang menerima tawaran wanita yang sangat menyedihkan itu. Memenuhi permintaan wanita itu karena sebuah persyaratan. Mereka menghabiskan malam bersama tanpa mengenal satu sama lain.
Beberapa tahun kemudian takdir mempertemukan mereka dalam keadaan berbeda. Serra yang mengalami kecelakaan dan membuatnya kehilangan penglihatan.
Harus sering berurusan dengan Arkan karena sebuah kasus.
Bagaimana Arkan harus menghadapi wanita yang pernah tidur dengannya namun wanita itu tidak bisa melihat dan mengenalinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan
Arkan dan Suroto pun menuju mobil, supir pribadi Suroto, yang melihat atasannya mendekati mobil, segera keluar, dan dengan cepat membukakan pintu belakang untuk tuannya.
Arkan langsung masuk pertama dan si susul Suroto.
" Kamu tunggu di luar!" perintah Suroto pada supirnya.
" Baik pak," jawab sang supir yang sekitar berusia 40 tahunan itu, menutup pintu mobil dan berdiri di Luar.
" Ada apa bapak memanggil saya bicara di sini?" tanya Arkan tanpa basa-basi.
" Ada hal penting yang ingin saya bicarakan," ucap Suroto dengan wajah serius.
" Kalau gitu, langsung pada intinya, saya masih banyak pekerjaan" ucap Arkan tidak suka bertele-tele.
" Pertama saya berterima kasih, karena kamu sudah menyelesaikan kasus putri saya, dan menolong putri saya dari pria bajingan itu," ucap Suroto.
" Itu sudah tugas saya, selain menepati janji Serra juga adalah istri saya, jadi sudah menjadi kewajiban saya melindunginya," sahut Arkan lantang.
Mendengar kata istri dari mulut menantunya yang sangat angkuh Suroto tersenyum tipis. Suroto memang tau Arkan itu orang seperti apa , tetapi, dia juga sangat yakin jika dia tidak pernah salah menikahkan putrinya dengan pengacara angkuh tersebut.
" Terus apa lagi yang ingin di bicarakan?" tanya Arkan, melihat jam tangannya, Arkan merasa waktunya banyak terbuang, jika, hanya mendengar pujian atau hanya terima kasih saja.
" Baiklah, saya akan langsung intinya, Arkan saya akan mengadakan konferensi pers untuk kasus ini, tetapi saya tidak ingin jika kasus pelecehan putri saya di ketahui publik," ucap Suroto membuat Arkan berpikir.
Menurut Arkan tindakan itu memang benar, dia juga keberatan jika polisi mengungkit pelecehan terhadap Serra, media pasti akan terus memberitakannya, Arkan juga takut jika, berpengaruh kepada Serra.
" Iya saya rasa itu keputusan yang tepat," ucap Arkan setuju.
" Iya, saya hanya ingin menjaga batin Serra, dan saat konferensi pers besok, saya ingin mengumumkan sesuatu lagi," ucap Suroto membuat Arkan menatap bingung.
" Apa itu?" tanya Arkan penasaran.
" Selain mengabarkan putri saya tidak bersalah dan mengatakan jika pengacaranya adalah kamu, saya juga ingin mengumumkan ke publik kalau kamu dan Serra sudah menikah," ucap Suroto membuat Arkan kaget.
" Apa, anda akan mengumumkan saya dan Serra sudah menikah?" tanya Arkan dengan serius.
" Iya,"
" Bukannya saya sudah mengatakan, tidak perlu media tau atau seluruh dunia tau jika saya dan Serra sudah menikah," ucap Arkan keberatan dengan keputusan Suroto.
" Tapi untuk apa menyembunyikannya lagi, supaya semua orang juga tau, jika putri saya sudah menikah dan suaminya kamu, agar mereka tidak pernah menggangu Serra lagi," ucap Suroto.
" Saya bilang tidak maka tidak," ucap tegas Arkan.
" Kenapa, apa kamu malu jika memiliki istri buta?" tanya Suroto menatap Arkan.
Arkan yang mendengar perkataan Suroto memijat pelepisnya, mertuanya itu sungguh menyulitkannya, bukannya Arkan tidak ingin mengumumkan Serra sebagai istrinya.
Arkan hanya merasa belum waktunya. Arkan punya cara sendiri untuk memberi tau dunia jika dia sudah menikah, lagi pula orang tuanya belum tau jika dia sudah menikah, dan jika orang tuanya tau tiba-tiba, orang tuanya bisa shock melihat Arkan yang mengambil keputusan tanpa melibatkan orang tuanya.
" Jadi benar, kamu malu mengakui Serra sebagai istri kamu?" tanya Suroto sekali lagi.
Suroto justru kecewa dengan penolakan Arkan, meski dia merasa Arkan memiliki sisi hati yang baik. Tetapi justru dengan penolakan Arkan kali ini, membuat Suroto takut jika Arkan hanya memanfaatkan Serra untuk pernikahannya.
Arkan menarik napasnya dan membuangnya kasar.
" Pak Suroto, jika saya malu, dari awal saya tidak akan menikahinya, saya tidak akan pernah peduli kepadanya, saya punya cara sendiri untuk mengumumkan Serra sebagai istri saya, dan ini bukan waktu yang tepat, semua ini terlalu cepat. Jadi, jangan pernah berpikir jika saya hanya ingin mempermainkan putri bapak," jelas Arkan seakan tau apa yang dipikirkan Suroto terhadapnya.
" Saya mengerti, tapi sampai kapan, saya takut jika Serra akan mengalami hal ini lagi," sahut Suroto.
" Maaf pak Suroto, masalah Serra, saya akan terus melindunginya, bapak jangan khawatir, saya rasa sudah cukup saya permisi dulu, saya masih banyak pekerjaan," ucap Arkan keluar dari mobil
Suroto membuang napasnya sembarang, menyandarkan tubuhnya di jok mobil, Suroto memejamkan matanya, dia tidak tidur hanya memikirkan putrinya.
" Aku berharap alasan Arkan menikahi Serra tidak ada niat mempermainkannya, aku tidak ingin putriku tersakiti, sekarang Serra sudah terbukti tidak bersalah, tetapi tetap saja aku sangat mengkhawatirkan Serra dan juga pernikahannya," ucap Suroto di dalam hatinya.
Suroto hanya berharap jika anak semata wayangnya akan baik-baik saja, meski, banyak ketakutan dan kekhawatiran di dalam hatinya.
Arkan memang pria yang sombong, percaya diri tetapi semua itu sesuai dengan hasil yang dimiliki Arkan. Suroto memang harus banyak bersabar dan harus lebih mengerti dengan sikaf menantunya yang tidak bisa di tebak.
Setelah kepergian Arkan, Serra hanya berada di atas tempat tidurnya menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, separuh tubuhnya masih tertutup sebagian selimut.
Serra masih sedih dengan perlakuan Arkan terhadapnya, Serra mungkin tidak terlalu banyak berharap dengan Arkan, apa lagi harus berharap Arkan menjadi suami sesungguhnya untuknya.
Serra sadar dia bukan wanita sempurna, yang harus mendapat kebahagiannya, apa lagi dari suaminya, Serra pun menikah dengan Arkan hanya karena papanya.
Serra mengetahui dari Vita, siapa Arkan, Arkan memang dikenal pria dingin, pria sombong dan sering mempermainkan wanita, dan memang images pengacara terkenal memang sudah melekat dengan isu seperti itu, termasuk suaminya.
Tetapi Serra merasa jika Arkan, bukanlah pria yang dikatakan Vira, justru menurutnya Arkan adalah pria yang humbel, yang sering mendengar ceritanya dan bahkan Serra bisa merasakan perhatian dari suaminya.
Serra hanya ingin memastikan siapa Arkan sebenarnya, Serra justru merasa Arkan adakah pria yang 3 tahun lalu tidur dengannya, ayah anak yang pernah di kandungnya.
Serra selalu ingin memastikannya, tetapi Arkan tidak pernah memberikannya kesempatan untuk mengetahui siapa suaminya itu.
" Kenapa dari suaranya, bicaranya, dan bahkan segala sesuatu yang dilakukannya kepadaku, saat dia menyentuhku pun, aku merasa jika Arkan adalah pria itu," gumam Serra.
" Tetapi jika iya, kenapa dia tidak mengatakannya, apa dia tidak mengingatnya. Mungkin memang aku yang salah orang, tapi kenapa justru aku semakin yakin saat dia menyentuhku," gumamnya lagi bimbang, penuh dengan tanda tanya.
Tok-tok-tok-tok
" Non Serra, saya Nindy saya bawakan makan siang," ucap Nindy dari balik pintu membawa nampan berisi makanan.
" Saya tidak lapar, bawa saja kembali," teriak Serra yang tidak ingin makan.
" Tapi non, dari tadi pagi non belum sarapan," ucap Nindy lagi.
" Nanti kalau saya lapar, saya panggil kamu," teriak Serra dari ranjangnya agar Nindy mendengar suaranya.
Nindi melepaskan napasnya perlahan, lemas melihat majikannya yang dari tadi terus menolaknya. Serra bahkan mengunci pintu kamar agar tidak ada yang mengagunya.
Dengan tidak bersemangat Nindy pun pergi kembali kedapur membawa makanan, Nindy begitu khawatir dengan majikannya, dia takut jika majikannya sakit, dan suaminya pasti akan menyalahkannya lagi.
***********
Kantor pengacara.
Setelah mengurus beberapa hal penting di kantor Polisi, Arkan kembali kekantornya, Arkan memasuki ruangannya, Arkan langsung duduk di kursi kerajaannya.
Akan menyandarkan tubuhnya menatap langit ruangannya, Arkan menaikkan kakinya keatas meja dengan menyilangkannya. Pria itu terlihat lelah, gelisah dan banyak pikiran. Beberapa kali dia memijat keningnya.
" Bagaiman jika Suroto mengatakan permintaannya kepada Serra dan Serra tau jika aku menolak penguman pernikahan itu, pasti Serra akan salah paham dan akan menganggap jika aku menikahinya hanya untuk mempermainkannya," batin Arkan gelisah sudah tau ujungnya.
" Kenapa Suroto jadi punya pikiran seperti itu, bukannya dari awal dia yang memang tidak ingin mengetahui jika putrinya di nikahi, sekarang dia malah berubah pikirannya." Arkan terus menggerutu.
...Visual Para Tokoh...
...SERRA ANINDITA SUROTO...
...ARKAN LAKSAMANA PUTRA...
...YASMINE...
...SUROTO...
...ROY...
...ALEX...
...VIRA...
benar2 ya arkan si maha sempurna
dasar arkan maha sempurna, muak aku dg sifatnya
aku lbh suka klau endingnya serra gk sama arkan lagi, mungkin dg dokter mata serra nanntinya jatuh hati sama pasiennya, itu akn lebih seru daripada sama si arkan yg maha sempurna eh sok sempurna maksudnya 🤭
meinikah bukan karna cinta, tidak mau meninggalkan trus apa masalahmu wahai arkan yg sok sempurna
apa sesusah itu meyakinkan hati,
seenaknya sendiri gk suka dibantah tapi selalu membantah, mana ada orang yg seperti itu
saranku ya serra kamu tinggalin aja arkan diam2 biar tau rasa tuh orang yg maha sempurna 😏