No action
No romansa
Masuk ke dalam novel❎
Melompati waktu karena penyesalan dan balas dendam ❎
Orang stress baru bangun✅
*****
Ini bukan kisah tentang seorang remaja di dunia modern, ini kisah pangeran tidur di dunia fantasi yang terlahir kembali saat ia tertidur, ia terlahir di dunia lain, lalu kembali bangun di dunianya.
-----------------
"Aku tidak ingin di juluki pangeran tidur! Aku tidak tidur! Kau tau itu?! Aku tidak bisa bangun karena aku berada di dunia lain!" -Lucas Ermintrude
******
Lucas tidak terima dengan julukan yang di berikan oleh penulis novel tanpa judul yang sering ia baca di dunia modern, ia juga tidak ingin mati di castil tua sendirian, dan ia juga tidak mau Bunda nya meninggal.
-------------------
"Ayah aku ingin melepaskan gelar bangsawan ku, aku ingin bebas."-Lucas Ermintrude
"Tentu saja, tidak."-Erick Hans Ermintrude
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lucapen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Lucas tau ada hal aneh, maksudnya ada hal yang tidak masuk akal dengan kelakuan orang tuanya. Kalo misalnya mereka tidak saling mencintai mengapa mereka menikah dan memiliki anak? Aneh bukan? Lucas itu anak kandung Lidia dan Hendrik.
Makan malam terlaksana seperti biasanya, orang tuanya bercanda seperti biasanya dan Lucas berbicara seolah-olah tidak pernah melihat kejadian tadi siang.
Lucas juga sudah melihat ibunya melakukan hal yang tidak senonoh dengan pria lain, ia hanya anak kecil yang mengikuti alur cerita orang tuanya. Jadi tidak ada yang disebut bertanya dengan keanehan tersebut.
"Aku ingin bertemu dengan Raina, apa Raina memiliki waktu senggang?" monolog Lidia memegang dagunya berpikir keras.
"Tadi siang tante Raina berada di sini," jawab Lucas jujur.
"Oh ya?!" tanya Lidia pada sang anak. "Kenapa tante Raina kemari?" gumam Lidia penasaran.
"Tante Raina membawakan kue untukku, kuenya sudah ku habiskan," jawab Lucas dengan jujur. Ya! Raina memang membawakan kue untuk Lucas.
Hendrik hanya diam dengan tenang memasukkan makan malamnya ke dalam mulutnya.
"Hmm!" Lidia hanya mendehem mengerti, itulah kebiasaan wanita tersebut.
" .... " Lucas hanya diam.
Lucas selalu suka lompat tinggi dan ia berbakat di bidang tersebut, namun orang tuanya tak terlalu peduli pada bakatnya itu.
Remaja itu terus tumbuh dengan hobinya lompat tinggi hingga saat sekolah menengah pertama, ia mendapat prestasinya di bidang lompat tinggi. Namun sayangnya orang tuanya sangat acuh, membuat Lucas merasa hampa dengan prestasi yang ia dapatkan.
Hingga saat itu tiba di mana kedua orangtuanya bercerai karena ayahnya ketahuan selingkuh dan begitu pula dengan ibunya.
Setelah ibunya berpisah Lucas tinggal sendiri di rumahnya. Waktu itu ia masih bersekolah di sekolah menengah pertama. Awalnya sangat sulit untuk remaja itu, ia hanya memakan mie sepanjang waktu karena ia tak bisa memasak. Namun perlahan ia tahu ia harus bertahan sendiri dunia yang fana tersebut.
Lucas mulai terbiasa dengan kesendirian, apa-apa ia melakukannya sendiri, hingga umur 16 tahun. Ibunya kembali ke rumah karena kembali bercerai dengan suami keduanya dengan membawa anak dari suami keduanya.
Hal yang sangat Lucas kaget adalah, anak yang ibunya bawa mengaku anak kandung ibunya juga, padahal perbedaan usia mereka hanya sekisaran dua tahun. Sepertinya perselingkuhan ibunya lebih lama dari yang Lucas perkirakan.
Ibunya pernah tak pulang setahun dengan alasan acara keluarga.
Hari demi hari terus berjalan. Lidia selalu bersikap kasar pada Lucas, entah apa yang dipikirkan oleh wanita tersebut.
****
"Kamu tu gak boleh sembarangan megang handphone orang tanpa izin!" seru Lucas pada Nina, adik tirinya.
"Tapi, kan? Kita saudara," jawab Nina menunduk dalam.
"Saudara-saudara, tapi kita tu punya privasi sendiri." Lucas sudah sangat kesal dengan tingkah Nina. Ia selalu mendapatkan pukulan dari perbuatan adiknya itu.
"Kenapa lagi ini?" tanya Lidia dengan nada kesal dan jengkel pada kedua anaknya.
"Gak papa," jawab Lucas menghindari sang ibu, sudah seminggu lebih ia berusaha tak kontak mata dengan ibunya.
"Kak marah-marah gak jelas, dia gak mau kasih hpnya" jawab Nina dengan tatapan sendu.
Lidia langsung mengikuti putranya menuju kamar remaja tersebut, di sana Lidia beberapa kali memukul dan menampar putranya karena sang anak terus menjawab.
"Bisa gak sih?! Kamu sekali-kali ngalah sama adek kamu?!" teriak Lidia kesal ke arah Lucas yang masih memakai seragam sekolah yang sudah berantakan, dan lebam di beberapa bagian wajah remaja tersebut.
"Tapi aku udah selalu ngalah sama adek!" jawab Lucas dengan nada kesal.
"EMANG ITU TUGAS KAMU!! KAMU KAKAK KAMU HARUS NGALAH!!" Lidia semakin menaikan nada bicaranya dengan tatapan kesal dan penuh amarah yang ia tujukam pada sang anak.
"Mama tu gak pernah mikirin perasaan aku!" jawab Lucas mengepalkan tangannya dengan mengigit bibir bawahnya kesal.
"Apanya yang gak mikirin perasaan kamu?! Kamu pernah gak mikirin perasaan Mama?! Kerjaan kamu cuma lompat tinggi terus! Apa gunanya sih cita-cita sampah kamu itu?!" bentak Lidia sembari merobek poster di dinding di samping ia berdiri.
"MAMA UDAH KASIH SEGALANYA UNTUK KAMU!! TAPI KAMU GAK PERNAH BERUSAHA BUAT KASIH SESUATU BUAT MAMA!! MAMA GAK BUTUH ANAK ATLET! MAMA BUTUH ANAK YANG MENGHASILKAN UANG!" seru Lidia dengan nada tinggi.
"Berhenti bercita-cita tinggi! Cita-cita kamu hanya sampah! Mending kamu fokus kuliah terus jadi pegawai aja!" lanjut wanita itu lalu keluar dari kamar Lucas.
Lucas langsung meneteskan air matanya, ucapan wanita itu sangat menyakitkan bahkan sangat menusuk. Ucapannya menusuk seperti ucapan bundanya dulu.
Semenjak kejadian tersebut, Lucas berhenti lompat tinggi dan, ia fokus pada sekolahnya dan mengerja beasiswa.
Hasilnya sangat memuaskan untuk Lucas, ia mendapat beasiswa dan harus bekerja paruh waktu di sana-sini untuk membiayai kebutuhannya, ia juga berhasil menyewa kost kecil untuk tinggal sendirian.
Remaja itu benar-benar ingin lepas dari ibunya yang gila itu, ia bahkan memblokir nomor Lidia, karena wanita itu terus meminta uang tanpa memikirkan keadaan Lucas.
Waktu terus berjalan, walaupun hidup Lucas hampa ia suka ketenangan yang ia dapatkan dari tinggal sendiri, walaupun sangat melelahkan ia merasa puas dengan hidupnya, ia juga mulai mengikuti kompetisi lompat tinggi di kampusnya.
Lucas kini berusia 20 tahun.
Laki-laki itu sedang membaca novel yang ia dapatkan pada seorang kakek tua bertongkat ujung kepala naga.
Laki-laki itu membaca novel tepat disamping batas tunggu kereta api berhenti, waktu itu stasiun kereta api sedang ramai orang pulang kerja dan pulang kampus.
'Lucu sekali rasanya membaca kisah kekaisaran Aetherlyn, saya sekali nasibku hanya sebatas diasingkan, aku pikir itu sudah tepat karena aku hanya tidur saja. Tapi aku sedikit sedih, kenapa tidak ada yang mengunjungiku?' Lucas membatin perih setiap membaca scene tentang kehidupannya di novel tersebut.
Lucas menutup novelnya lalu menghela nafas dan kembali melihat keadaannya, ya faktanya sekarang ia hanya menusia biasa.
"Ya sudahlah," gumam Lucas pasrah dengan keadaannya.
'Besok aku harus ikut lompat tinggi lagi, tidakku sangka bisa masuk final.' Lucas membatin sedikit bahagia ia bisa mencapai prestasi tersebut.
Laki-laki itu kembali diam menatap rel kereta api, ia berharap agar hidupnya lebih baik untuk ke depan.
Bruk!
Seseorang mendorong tubuh Lucas untuk maju, dan Lucas hampir berlari ke arah rel kereta apa. Laki-laki itu sangat kaget karena sebentar lagi kereta akan muncul.
"Apa yang—"
Belum selesai Lucas berucap seseorang kembali mendorongnya ke arah rel kereta api dengan kuat, waktu itu stasiun sedang ramai dan berdesakan, jadi Lucas tidak tau siapa yang mendorongnya.
Laki-laki itu jatuh tepat di depan kereta yang sedang belaju sangat kencang.
Brak!
Sruk!
Tubuhnya tertabrak sebelum menyentuh rel kereta api, sebelum Lucas kehilangan kesadarannya, ia melihat seorang pria tua bertongkat kepala naga menatapnya datar, saat orang lain sedang berteriak histeris.
Tubuh Lucas jatuh berserakan dan darah terbang ke mana-mana.
Flashback off.
[TBC]