HAPPY READING ~
Novel ini menceritakan tentang, lima saudara kembar cewek yang barbar, kompak, dan gak ada takut-takutnya! Ayesha, Aresha, Abila, Aurora, dan Arumi bukan cuma bikin heboh sekolah, tapi juga satu Cianjur! Dari nyolong mangga kepala sekolah, bolos ke Puncak, sampai ketahuan guru BK dan dihukum Babehnya, hidup mereka gak pernah sepi drama.
Tapi di balik kelakuan mereka yang selalu bikin geleng-geleng kepala, ada kisah persahabatan, keluarga, dan kenakalan khas remaja yang bikin ngakak sekaligus haru.
Siap ikut keseruan Mojang Cianjur dalam petualangan gokil mereka? Jangan lupa baca dan kasih vote!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Ketahuan Lagi, Tapi…?
Setelah menerima "hukuman" eh "promosi"dari Ustadz Ilyas, lima kembar itu, langsung mengumpulkan para santri baru di aula asrama. Mereka berdiri di depan ruangan, menatap anak-anak baru yang masih canggung.
Aurora membuka sesi dengan tepuk tangan keras.
"Baik, anak-anak. Mulai sekarang, kita ini mentor kalian!" katanya dengan suara penuh semangat.
"Biar akrab, kita mulai dari perkenalan!" tambah Aresha.
Satu per satu santri baru mulai memperkenalkan diri dengan suara pelan. Beberapa masih malu-malu, ada juga yang kelihatan takut.
Kelima kembar langsung tahu ini bakal jadi tantangan seru.
Setelah sesi perkenalan, mereka berdiskusi di kamar.
"Gimana caranya biar anak-anak itu nggak kaku kayak patung?" tanya Arumi.
"Gampang," jawab Ayesha, senyum licik. "Kita kasih mereka misi rahasia."
"Misi?" tanya Abila, mengangkat alis.
Ayesha mengangguk. "Kita bikin mereka ikut tantangan! Biar mereka keluar dari zona nyaman mereka."
Aresha langsung setuju. "Bener! Kita kasih mereka tugas kecil, kayak ‘berani ngobrol sama ustadz paling killer’ atau ‘minta ekstra lauk ke dapur’."
Aurora tertawa. "Atau yang lebih gila, kayak ‘diam-diam tukar sandal di depan masjid’."
Mereka semua terbahak. Ini akan jadi ajang pembelajaran yang seru… atau kekacauan besar.
Besoknya, setelah shalat Isya, lima kembar berkumpul dengan para santri baru di halaman asrama.
"Oke, malam ini kita mulai dari tantangan paling gampang!" kata Aresha.
"Kalian harus tukar satu pasang sandal di depan masjid dengan pasangan lain, tanpa ketahuan!" tantang Arumi.
Santri baru melongo. "Hah? Tapi itu nggak boleh, Kak!"
Aurora tertawa. "Tenang, kita balikin lagi kok! Ini cuma buat uji nyali!"
Setelah ragu-ragu, akhirnya beberapa santri memberanikan diri. Mereka berjalan pelan ke depan masjid, menukar sandal, lalu lari kembali dengan wajah panik.
"GILAAA! DEG-DEGAN!" bisik salah satu santri baru, napasnya memburu.
Lima kembar itu tertawa puas.
Mereka tidak tahu kalau Ustadz Ilyas sudah memperhatikan mereka dari jauh.
____
Setelah berhasil menyelesaikan "Operasi Sandal Nyasar", para santri baru kembali dengan wajah tegang. Mereka deg-degan, tapi juga mulai ketagihan dengan tantangan-tantangan absurd dari lima kembar itu.
"Gimana? Seru kan?" tanya Aresha, nyengir puas.
"Seru sih, tapi gue takut ketahuan, Kak!" bisik salah satu santri baru, matanya melirik ke arah masjid.
Abila terkekeh. "Tenang aja. Yang penting lo nggak panik."
Tapi…
BRAK!
Pintu aula tiba-tiba terbuka. Ustadz Ilyas berdiri di sana dengan ekspresi datar.
"Ngumpul sekarang."
Wajah semua santri langsung pucat pasi.
Mereka berdiri berjajar di depan Ustadz Ilyas. Lima kembar tetap santai, sementara santri baru sudah siap menangis.
"Ada yang mau jelasin apa yang terjadi tadi malam?" suara Ustaz Ilyas terdengar pelan, tapi menusuk.
Aurora dan Ayesha saling lirik.
Arumi akhirnya melangkah maju. "Ehem… Ustadz, kami cuma ngajak mereka biar lebih akrab dan percaya diri."
"Dengan cara menukar sandal orang?"
"Ehe…" Aurora garuk kepala.
Ustadz Ilyas menatap mereka dalam diam, lalu tiba-tiba... tertawa kecil.
LIMA KEMBAR ITU LANGSUNG KAGET.
"Ustadz ketawa?!"
Santri baru makin bingung.
"Saya ngerti niat kalian, tapi cara kalian itu… ya, bisa dibilang terlalu ‘unik’." Ustaz Ilyas menggelengkan kepala.
"Jadi gini," lanjutnya, "mulai sekarang, kalian tetap jadi mentor, tapi harus bikin kegiatan yang lebih… masuk akal."
Kelima kembar itu, kembali menghela napas lega.
"Fiuh, kirain kita bakal disuruh nyapu lapangan!" bisik Aresha.
"Eh, saya belum selesai ngomong." Ustadz Ilyas melipat tangan. "Sebagai konsekuensi, kalian harus bikin acara seru yang mendidik untuk santri baru."
"Hah?! Seru tapi mendidik?!" keluh Aurora.
"Sudah, terima saja sebelum kita dapat hukuman beneran," bisik Abila.
Kelima kembaran itu akhirnya setuju.
Tapi masalahnya… mereka nggak punya ide sama sekali buat acara yang mendidik ini, kalo rencana untuk kejahilan mereka sih banyak.
"Serius, gimana cara bikin acara seru tapi tetap ada manfaatnya?" keluh Arumi.