Melia menangis sejadi-jadinya saat terpaksa harus menerima perjodohan yang tak di inginkan. pasal nya melia sudah memilki kekasih yang begitu ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Rani terbaring lemah di sebuah kamar rumah sakit, sepasang suami istri menghampirinya.
"Bagaimana keadaanmu" tanya perempuan cantik yang usianya lebih tua 3 tahun darinya.
"Mba Rosa...? Aku baik-baik saja" jawab Rani.
Rani telah melakukan perjanjian dengan sepasang suami istri tersebut.
Rosa dan sandy pasangan suami istri yang sudah menikah 6 tahun tapi belum di karuniai seorang anak.
Rani mengenal mereka dari tetangga kosnya yang selalu mendengar keluh kesahnya tentang bagaimana kedepan nya ia menghidupi anaknya.
Saat itulah Rani dikenal kan pada pasutri tersebut.
"Kami sudah melihat calon putri kami dia sangat cantik" ujar Rosa dengan wajah sumringah.
"Mba.. Tolong jaga dan rawat putriku aku janji nggak akan mengganggu kehidupan nya nanti , dan jika suatu saat mba Rosa dan mas Sandy memiliki anak kandung jangan kurangi sedikit pun kasih sayang kalian terhadap putriku" pinta Rani dengan hati yang begitu berat.
"Kamu tenang saja kami akan menyayanginya seprti putri kandung kami sendiri" ucap Rosa berjanji dengan tulus.
"Berhubung baby nya sehat jadi kami bisa bawa pulang hari ini, untuk biaya rumah sakit kami sudah lunasi, dan ini ada sedikit uang ucapan terima kasih" Rosa menyelipkan amplop ke tangan Rani.
"Tapi mba aku nggak menjual putriku" Rani merasa menjadi ibu yang kejam kalo ia menerima uang tersebut.
"Aku juga tak membeli putrimu, ini hanya uang tanda ucapan terima kasih, aku tau perjuangan mu sebagai ibu tak bisa terbayarkan tapi terimalah uang ini untuk mengawali hidupmu setelah ini" kata Rosa dengan begitu lembut.
Rani meneteskan air matanya, ada rasa perih yang menyayat di relung hatinya.
"Kalo begitu kami pamit, kami akan bawa serta putri kami" pamit Rosa. Rani yang tak sanggup menjawab hanya mengangguk sembari menunduk.
"Ayo mas kita pulang aku sudah tak sabar ingin bermain dengan alena putri kita" ajak Rosa pada suaminya yang sedari tadi terdiam di sofa.
Setelah Rosa dan Sandy pergi Rani menangis sejadi-jadinya.
"Maafkan ibu nak...bukan ibu tak menginginkan mu tapi ibu ingin kamu hidup lebih baik dari pada ibu, semoga kamu bahagia bersama keluarga barumu" ucap Rani di tengah tangisnya.
Amplop berisi uang 10 juta yang di berikan Rosa tak membuat Rani girang pasalnya ia harus merelakan putri nya jauh darinya.
Dua minggu sudah berlalu Rani sudah kembali ke kosnya seminggu lalu, ia lebih banyak diam di dalam kamar kos sembari menunggu kondisinya pulih.
"Apa yang akan aku lakukan setelah aku pulih, aku butuh pekerjaan, tapi kerja apa? Ijazahku ada di rumah ibu" Rani memutar otak, ia ingin mencari pekerjaan tapi tak membawa ijazah nya.
Rani yang baru membeli ponsel dengan uang pemberian Rosa, mengotak atik ponselnya di medsos guna mencari lowongan kerja, tak sengaja di beranda aplikasi birunya melintas aku milik Melia.
Rani membuka aku Melia di sana terdapat banyak foto dirinya, Juna dan juga Arkan.
"Mas Arkan...aku merindukanmu, tunggu setelah keadaanku membaik aku akan menemuimu" lirih Rani yang tak bisa move on dari Arkan meskipun selama ini cintanya bertepuk sebelah tangan.
Satu minggu berlalu, Rani merasa tubuhnya sudah mulai fit. Ia keluar kamar kos pagi ini, ia berniat mencari pekerjaan.
Dari satu tempat ke tempat lain nya Rani selalu di tolak karna membawa ijazah atau apapun, hingga beberapa hari ia mencari pekerjaan.
"Dikota besar seperti ini sangat sulit mencari pekerjaan untuk orang seperti kita, orang-orang yang terbuang" ucap seorang wanita seusianya. Di suatu malam, saat Rani merasa sudah putus asa.
Rani tersenyum miris, cape-cape dia belajar du bangku sekolah namun hidupnya luntang- lantung bagai orang jalanan.
"Kenalkan namaku Lyra, aku bisa kasih kamu kerjaan, asalkan kamu mampu menjalaninya" ujar Lyra.
"Pekerjaan apa yang kamu maksud, jangan bilang kalo kamu m*njual diri" selidik Rani.
"hahaha jaman sekarang pekerjaan apa yang lebih baik dari itu untuk orang seperti kita, kita tidak akan makan jika menjadi orang yang sok suci" ujar Lyra yang berhasil membuat Rani berpikir.
"Aku telah melakukan kesalahan dimasa lalu, aku bahkan tidak mau mengulangi kesalahan yang sama" ujar Rani yang masih mengingat jelas kesalahan nya.
"Tapi kamu butuh ngisi perut kan?" ujar Lyra lagi seolah memaksa pikiran Rani untuk memikirkan tawaran nya.
"Ok kalo kamu berubah pikiran kamu bisa hubungi nomor ini" ujar Lyra sembari memberikan secarik kertas bertuliskan nomor HP milik nya.
Lyra pergi meninggalkan Rani yang tengah berpikir keras untuk menerima tawaran Lyra atau tidak.
Rani tak putus asa setelah pertemuan nya beberapa hari dengan Lyra, ia berusaha bertahan dengan pendirian nya, ia masih berusaha mencari pekerjaan, yang begitu sulit dan menguji kesabaran baginya.
"Ya Tuhan.. Ampuni lah hambamu yang lemah ini begitu berat ujian yang aku hadapi, ampuni aku jika aku menyerah" lirih Rani yang kemudian memanggil nomor Lyra.
"Halo" ucap Lyra dari seberang. Rani terdiam sesaat.
"Halo siapa ini jangan main-main ya?" ucap Lyra dari seberang yang terdengar kesal.
"Ha halo.. Lyra ini aku Rani" kata Rani sedikit gugup.
"Oh ya ampun Rani...akhirnya kamu hubungi aku apa kabarmu? Dan apa maksudmu menghubungi aku, apa ada yang bisa aku bantu?" kata Lyra panjang lebar dari seberang.
"A apa kita bisa bertemu di tempat terakhir kita ketemu?" tanya Rani dengan ragu.
"Oh tentu bisa jam berapa kamu ngajak ketemuan?" dengan senang hati Lyra mengiyakan pertemuan yang di minta oleh Rani.
"Jam 20:00 aku akan menunggumu" kata Rani kemudian menutup sambungan telefon.
"Ya Tuhan semoga ini jalan yang terbaik untuk ku dan menjadi awal yang baik juga untuk hidupku" lirih Rani kemudian melangkahkan kaki nya untuk kembali ke kosnya.
Sampai di kamar kos Rani segera mengunci pintu dan menghempaskan tubuh lelahnya di atas tempat tidur sederhana.
Sesuai waktu yang di janjikan Rani dan Lyra bertemu. " Hay...apa kabarmu" ujar Lyra berbasa basi.
"Aku baik, kita ke inti pembicaraan saja ya?" Rani merasa tak nyaman dengan pandang orang-orang di sekitarnya.
"Kenapa buru-buru...pesanlah makan dan minum biar aku yang traktir" kemudia Lyra melambaikan tangan pada seorang pelayan Resto.
"Buatlah pesanan yang kamu suka jangan sungkan, aku ke toilet dulu" ujar Lyra kemudian meninggalkan Rani sendiri.
Lyra kembali setelah beberapa menit, tak lama pesanan Rani pun dihidangkan.
Lyra yang melihat semua jenis makanan pesanan Rani tersenyum.
"Seleramu lumayan bagus" kata Lyra dengan senyum yang mengembang.
"Bagaimana dengan mimpiku, Bu? Apa aku tak berhak untuk memiliki mimpi atau mewujudkannya?" Melia nelangsa, dengan derai air mata bla bla bla
semisal,
Di hadapan
Diduga
dan untuk nama menggunakan huruf kapital. Melia
dan untuk kata -nya itu digabung, bukan dipisah ya.