NovelToon NovelToon
Tumbal Pasung Perjanjian Gaib

Tumbal Pasung Perjanjian Gaib

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror / Suami Hantu / Iblis / Roh Supernatural / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Tumbal
Popularitas:828
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

Hal yang mengejutkan dialami oleh Nurhalina, gadis penjaga toko swalayan. Ia menjadi korban penculikan dan dijadikan tumbal untuk sebuah perjanjian dengan sebelas iblis. Namun ada satu iblis yang melanggar kesepakatan dan justru mencintai Nurhalina.

Hari demi hari berlalu dengan kasih sayang dan perhatian sang iblis, Nurhalina pun menaruh hati padanya dan membuatnya dilema. Karena iblis tidak boleh ada di dunia manusia, maka dia harus memiliki inang untuk dirasukinya.

Akankah cinta mereka bertahan selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Benarkah Dia Wanita Gila

...Panca...

...────୨ৎ────...

"Kak, sadar!"

Sebenarnya aku tak bermaksud untuk bersikap kurang ajar. Dia tampak tak bergerak dengan gayung itu. "Kak, halooo!!! Sadar, kak!!!"

Aku hanya tak tahu harus bagaimana, wanita ini tetap saja mematung dengan memeluk gayung di dadanya.

Aku tak mungkin meninggalkannya sendiri. Si Mbah juga tidak memberi tahuku doa untuk menangkal orang kerasukan. Aku benar-benar tak tahu harus bagaimana.

Sudah dua kali adzan berkumandang sejak kami di sini, tapi dia belum juga selesai dari mandinya. Ketika aku coba datangi malah jadi seperti ini.

"Kak, ayo dong sadar!!!"

Aku meraih gayung itu, terlihat sisa beberapa bunga bercampur air di dalamnya.

"Maaf..."

Aku mencoba melepaskan gayung itu dari dekapannya. Namun aku benar-benar tak sengaja menyenggol sesuatu yang kenyal di balik gayung yang dipeluknya.

Byuuuurrrrr

Akhirnya aku berhasil memandikannya dengan air yang tersisa di gayung tersebut.

"Kak!!!"

"Arrrggghh Ayaaaarhh auuuuuuhh eenyiiiii," pekiknya tiba-tiba.

Aku langsung berbalik badan agar tak melihat tubuhnya. Jangan sampai dia mengira aku lelaki mesum. Tapi aku harus melakukan itu, karena bisa dipastikan dia belum menuntaskan siramannya yang ke 11 nya, sampai-sampai dia kerasukan seperti itu.

"Kak, pakai jariknya buruan. Udah malam, kita harus cepat-cepat pulang dari sini." pintaku. Kuambil keranjang dan naik dari sumber air. Aku menunggunya, karena tak ingin terjadi sesuatu lagi padanya.

"Arrrgghh," teriaknya seperti memanggil.

Aku putar badan dan membuka mataku perlahan.

Dia masih seperti itu, bahunya yang terlihat terang memantulkan cahaya bulan dan rambutnya tampak jatuh menutupi sebagian dadanya. Tentu saja itu membuatku berpikiran aneh, karena dia belum memakai jariknya.

Ada yang membusung di bagian dada, perutnya rata kakinya.....

Stop!

Panca!

Berhenti memikirkan hal itu!

"Inyyaaaargghh," teriaknya lagi, kali ini air matanya jatuh. Beriringan dengan butiran air yang menempel di rambutnya.

Dia begitu cantik.

Ahhhh Stoop!!

Kulihat jariknya sudah tak ada lagi di sana. Mungkin telah hanyut dan dia tidak sadar.

"Iya udah, pakai ini!" Aku lepas sarung dan kuberikan kepadanya untuk menutupi auratnya yang membuatku gila.

Sambil menutupi bagian depan celanaku yang sedikit menonjol karena bereaksi terhadap penampakan barusan, kami berjalan menuju rumah yang berjarak sekitar 100 meter.

"Kenapa lama sekali, Panca?" tegur si Mbah menungguku di depan perapian.

Memang setiap malam Jumat-Legi begini, si mbah sering menghidupkan api unggun, konon kata beliau selain asapnya dapat mengusir nyamuk dengan menghidupkan api di malam hari juga dapat mengusir jin, setan, iblis yang levelnya masih magang.

"Dia kerasukan, Mbah."

"Kamu sudah memandikannya dengan benar? Sesuai yang kuperintahkan tadi?"

"Su—sudah, dia mandi sendiri," jelasku kepada si Mbah.

"Bodoh, seharusnya kamu memandikannya! Ya sudah, kamu rias, sekarang. Selendang dan kebayanya ada di dalam!" perintah Si Mbah.

Cepat, aku langsung membawa gadis itu ke dalam dan memberinya waktu merias wajahnya sendiri.

Kalau di pikir-pikir wanita ini sepertinya paham dengan apa yang aku katakan. Dia bukan orang gila seperti yang di ceritakan si Mbah kepadaku. Dia mengerti cara memakai bedak, lipstik dan penghitam alis. Mana mungkin orang gila bisa semahir itu melakukanya.

Dan orang gila mana yang tampak anggun dengan kebaya merah hati berpadu dengan rok terusan model batik dengan jarik melintang di tubuhnya. Sungguh, baru kali ini aku menemukan orang gila secantik dia.

Dia masih menatap dirinya di cermin. Merapikan rambutnya yang sedikit jatuh kebelakang.

"Kak, aku tunggu di depan ya..."

Dia tampak bingung seperti mencari sesuatu di meja sebelum membuka beberapa laci.

"Oooonyooorghhh!!" gumamnya.

Dia meraih selembar kertas rokok berlogo bagong dari kresek hitam yang entah dari laci mana dia dapatkan dan dengan pensil alisnya ia menulis.

"TOLONNG AKU."

...Degggghhh Degghhhh...

Perasaan aneh tiba-tiba muncul di benakku. Kita sama-sama bengong.

Mengapa aku mengira ada sesuatu yang salah, dia jelas bukan orang gila. Dia sadar, dan dari raut wajah itu. Benar-benar tatapan tulus.

Mungkinkah dia sadar kalau dirinya akan dijadikan tumbal?

Siapa dia sebenarnya?

...Nurhalina...

...────୨ৎ────...

Dia hanya diam menatapku. Setidaknya aku sudah berusaha

Apa mungkin pria ini percaya padaku?

"Pancaa! Udah selesai belum?" panggil si Kakek dari luar, merusak keheningan yang sempat terjadi beberapa saat.

"I—Iya Mbah, sebentar!" sahut pemuda yang dipanggil Panca itu.

Pakaian ini cukup sesak di tubuhku, tampak kainnya sudah cukup usang dan rapuh, ada bercak darah di selendangnya. Aku sempat berpikir jangan-jangan sebentar lagi mereka akan membunuhku. Tapi mengingat apa yang dilakukan Panca tadi, aku jadi tak begitu yakin.

Panca membawa tanganku lembut untuk keluar dari rumah menemui si Kakek tua dan seorang pemuda lainnya yang sudah akrab berbincang-bincang.

"Jadi, bisa saya bawa sekarang, Mbah?"

"Iya silakan. Tapi ingat, jangan sekali-kali kalian berani melanggar aturan itu!" jelas si Mbah. "Ikuti saja semua yang kuperintahkan tadi."

"Siap, Mbah. Kalau begitu kami pamit dulu. Assalamualaikum."

Si Mbah hanya mengangguk sambil membalas salam, sedangkan Panca masih terlihat bingung melihat kedua tanganku diikat dengan kabel tip berukuran besar.

Kini aku dibawa oleh dua orang pemuda. Kami jalan menuruni bukit, tampak di depan sana sebuah mobil Avanza hitam sedang menunggu, begitu pun dengan si sopir yang terlihat asyik dengan sebatang rokoknya.

"Masuk!!" begitu bentak salah satu mereka.

Aku pun menaiki mobil itu di kursi belakang. Pria yang bicara dengan kakek tua tadi ada di sebelah kiri, dan satu pria lagi di sebelah kanan, tubuhnya cukup berisi dan otot-ototnya tampak mencuat dari balik kaosnya.

"Jalan!" kata pemuda di sebelah kiriku.

"Siap, Bos!" Dari suaranya aku jadi ingat, logat mereka sepertinya orang yang sama dengan yang menghabisiku malam itu.

Aku hanya diam, meski sekarang mataku tak lagi di bungkus kresek hitam, dan mulutku tak lagi disumpal selotif, tak ada gunanya berteriak. Bahkan mengatakan "Tolong" pun aku tak bisa.

"Aarrghhhh," pekikku ketika pemuda yang ada di sebelah kanan diam-diam menyentuh pinggulku.

"Diam!!" balas si Bos, merasa terganggu dengan teriakanku. Tapi pemuda di sebelah kananku tak berhenti menggodaku. Dia tetap mencolek-colek pinggul, perut, kadang menggelitikku dengan sengaja.

Aku paling tak bisa menahan geli, apalagi dengan sentuhan di bagian perut, tubuhku pasti akan seketika menggeliat.

Tidak berhenti di sana, pemuda kekar ini pantang menyerah. Dia mulai naik ke bagian atas, sepertinya dia memang sengaja melakukannya. Dia meremas dadaku bagian kanan.

"Aaarrghhhh, uuuurrgghhh," teriakku.

"Ih, bisa diem gak, sih!" ancam si Bos sebelum beranjak duduk di atasku dengan kedua tangan di leherku. Tapi dia tak berusaha mencekikku, dia hanya menyusuri telingaku yang membuatku merinding.

Aku tak bisa bergerak karena kedua kakiku berhasil didudukinya. Dia menyentuh bibirku dengan telunjuknya yang panjang.

"Ssssttttt," ucapnya

...Mmmmpppppphhhh Mmmmmpppphhh...

Dua kecupan mendarat di bibirku.

Aku berusaha keras menghindari bibirnya, tapi lelaki kekar di sebelah kananku memegangi kepalaku agar tak bergerak.

Mmmmpphhh .... Mmmphhhhhh ....Mmpphhhhh

Si bos berhasil melumat bibirku dengan sempurna, sedangkan pria bertubuh kekar di sebelah kananku juga turut melancarkan aksinya. Meneruskan sentuhan-sentuhannya di pinggang, perut, dada hingga leherku.

Tak disangka air dari kedua mataku mengalir deras, membasahi wajahku. Karena mereka mulai mengerjai kebaya yang kukenakan. Membuka sebagian kancingnya dan keempat tangan gempal itu mulai dengan kasar menjamahi dadaku.

Aku hanya menahan sakit, begitu kerasnya remasan mereka, sama seperti malam itu. Malam di mana semua kesialan ini terjadi kepadaku.

1
Ani
Sungguh wanita bodoh, sudah ada peluang utkmkabur, masih sja mau menuruti aturan. Rasakan, itu krn kebodohan mu, wanita bodoh.
Ani
Bodoh sekali wanita ini, jelas2 dia sudah mendengar tadi bahwa dia mau di jadikan tumbal, ada kesempatan utk. Lari, eh malah mikir nya berulang - ulang, berarti dia memang mau mati percuma, di jadikan tumbal. Dasar wanita bodoh.
Yuli a
loh kk,, disini lagi...
Yuli a: oh... sip lah... biar bisa baca lagi...🥰
Tya 🎀: iya balik lagi, di sebelah nge bug sistemnya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!