Assalamu'alaykum
Selamat datang di karyaku dan terima kasih sudah membaca dan mendukung cerita ini.
🌺
WARNING!!
KARYA MENGANDUNG BAWANG DAN KEHALUAN TINGKAT TINGGI BAHKAN DILUAR NALAR MANUSIA NORMAL!
Pernahkah kalian berfikir jika anak genius itu ada? Jika di film mungkin sudah kita temui, yang berjudul baby bos.
Di dalam dunia nyata, kehadiran anak jenius memang jarang terjadi, namun mereka juga memiliki bukti Ekisitensi yang dapat dilihat dari begitu banyaknya kemajuan yang terjadi saat ini.
Namun bagaimana ketika kalian dipertemukan dengan anak genius berusia 2 tahun yang bisa menggebrak dunia dengan hasil ciptaannya.
🌺🌺
Fajri Hanindyo. Sang Anak genius, memiliki IQ yang sangat tinggi Yaitu 225. Ia lahir dari malam dimana rusaknya mahkota Fajira, sang ibunda. Dengan otak yang genius tanpa sadar, ia bekerja sama dengan Ayahnya dan membuat Fajri menjadi anak yang kaya raya dalam waktu singkat ketika berhasil memproduksi mesin rancangannya sendiri.
Irfan yang yang begitu mendambakan sentuhan Fajira berusaha untuk membuat gadis itu kembali kedalam pelukannya. Keegoisannya runtuh, ketika ia berhasil menemukan Fajira dan juga mendapatkan bonus seorang anak yang tampan yaitu Fajri.
bagaimana kisah selanjutnya? yuk baca cerita ini.
terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Aji Gak Suka Sama Om Itu Bunda!
Fajira menatap Fajri yang sangat pendiam di kelas itu dengan tersenyum, ia terus mengintip di balik jendela untuk melihat bagaimana anaknya berinteraksi dengan anak yang lain.
"selanjutnya siapa yang mau memperkenalkan diri kedepan?" ucap ibu Rully yang kebetulan menjadi wali kelas Fajri.
"Saya buk" tunjuk Fajri dengan lantang.
"iya silahkan Fajri untuk memperkenalkan diri di depan nak"
Fajri berjalan dengan wajah datar menuju ke depan, ia berdiri tepat di samping bu Rully yang sudah menyambutnya dengan senyuman.
Huh ngapain sih seperti ini, buang-buang waktu saja, mendingan Aji ikut Bunda kuliah, ilmunya lebih banyak dan gak main-main seperti ini. batinnya menggerutu.
Sebentar ia melihat ke arah Fajira yang tengah menahan senyumnya sedari tadi yang melihat Fajri sudah merasa bosan duduk di dalam sana.
Bunda ngapain juga tertawa seperti itu? huaa apa Bunda menertawakan Aji disini?. Kesal sudah Fajri berdiri di depan.
"Ayo Fajri, silahkan perkenalkan diri kamu nak"
"iya bu. Perkenalkan nama saya Fajrianda Hanindyo, umur saya baru 3 tahun, terima kasih. Sudah bu" ucapnya dan kembali berjalan ke menuju tempat duduknya.
"eh Fajri ibu belum bertanya lo nak"
"sudah ibu, Aji bosan. Kapan kita belajarnya?" lirih Fajri cemberut.
"ya sudah, Fajri nanti ikut ibu ya, kita keruangan ibu" ucap ibu Rully tersenyum.
"iya bu"
Ucapan ibu Rully membuat beberapa orang wali murid terkejut, ada apa sebenarnya ini? begitu isi kepala mereka bertanya. Sementara Fajira juga ikut mengernyit, ia hanya melihat Fajri yang mulai mengambil tas dan keluar dari ruangan itu bersama dengan ibu Rully.
"bu Rully" panggil Fajira.
"eh iya Bunda Fajri"
"apa Fajri membuat kesalahan bu?" tanya Fajira hati-hati.
"tidak Bunda, Apa Bunda lupa jika hari ini Fajri akan melakukan tes untuk menentukan dimana kelasnya nanti" ucap ibu Rully tersenyum. hal ini sukses membuat semua wali murid menatap Fajri tidak percaya.
"ah iya saya lupa buk. Saya boleh ikutkan bu?"
"boleh silahkan"
Mereka segera berjalan menuju ruangan ibu Rully karna Fajri akan menyelesaikan beberapa soal ujian untuk menentukan di kelas berapa ia akan di letakkan. Setibanya disana mereka segera memasuki ruangan itu.
"Fajri ini di isi ya nak, kalau Fajri gak tau bisa di tinggalkan saja, Nanti hasil ini akan menentukan di kelas berapa Fajri akan masuk nanti. Bunda gak boleh duduk di dalam ya, nanti takutnya Bunda bisik-bisik sama Fajri hehe. Ini ada ibu guru yang akan mengawasi Fajri ujian ya nak. Ibu tinggal ke kelas dulu ya sayang" ucap Ibu Rully ramah.
"iya bu, terima kasih banyak"
Fajri yang di awasi oleh seorang guru mulai mengerjakan soal itu dengan baik tanpa menoleh sedikitpun, sementara Fajira yang menunggu di luar ruangan hanya menatap putranya dengan tersenyum geli mengingat ekspresi Fajri ketika berada di dalam kelas tadi.
Hahah Bunda yakin kamu gak akan betah untuk bermain-main seperti itu nak. Bunda takut kamu gak bisa menikmati masa kecil kamu dengan baik. bathin Fajira meringis geli.
Hingga setengah jam berlalu Fajri sudah menyelesaikan soal yang di berikan oleh ibu Rully tadi.
"ibu, Aji sudah siap. Apa boleh Aji ke tempat Bunda?" ucapnya lirih.
"iya nak, boleh"
Fajri berjalan ke luar dengan mata lelah dan letih. Fajira yang melihatnya langsung menggendong Fajri dan mengelus kepalanya lembut. Ia tau jika Fajri kelelahan karna menguras fikirannya untuk mengisi soal yang di kerjakannya tadi.
"capek ya sayang? tidur ya nak, Bunda disini" ucap Fajira lembut sambil mengelus kepala Fajri.
"hmm" Mata pria kecil nan tampan itu perlahan terpejam, seiring dengan usapan lembut dari tangan bidadari yang paling ia sayangi.
Ibu muda itu tersenyum, sepintar apapun anak pasti akan kelelahan jika dihadapkan dengan hal yang berat seperti tadi. Fajri terlelap hingga ibu Rully datang ke ruangannya karna pembelajaran untuk kelas 1 sudah selesai.
"eh Fajri sudah selesai mengisi soalnya Bunda?"
"sudah bu, maaf ya bu Fajri ketiduran karna lelah usai mengisi soal tadi. Fajri memang seperti ini"
"iya gak apa Bunda Fajri namanya juga anak-anak, gak bisa di paksa. lebih baik kita masuk saja bu, kita mengobrol di dalam" Ajak ibu Rully.
"iya bu, mari"
Fajira meletakkan Fajri di atas sofa setelah masuk ke dalam ruangan itu, sementara ibu Rully memeriksa hasil ujian Fajri tadi. Hampir 15 menit ibu Rully memeriksanya hingga ia bersuara dengan tersenyum.
"hmm, Fajri bisa kita letakkan di kelas tiga Bunda, karna soal matematikanya banyak yang tidak di isi sama Fajri"
"iya gak apa buk. Yang penting Fajri gak tetap di kelas satu, dia orang pembosan kalau mengulang pelajar yang dia sudah bisa"
"iya Bunda tadi di kelas juga sudah kelihatan"
Mereka berbincang mengenai hal yang di rasa perlu untuk kebutuhan Fajri nanti di kelas tiga. Hingga Fajri terbangun dari tidur yang membuat otaknya sedikit lebih segar. Ia celingak celinguk melihat ruangan yang ia tempati nampak berbeda.
"bunda" panggil Fajri dan duduk di atas pangkuan Fajira.
"mau bangun lagi nak?"
"mau pulang bunda" lirihnya dengan mata terpejam.
"bangun dulu yuk, Aji mau pulang atau ikut sama Bunda ke kampus sayang?"
"ikut ke kampus" ucapnya bangun dan terkejut ketika menyadari ada orang lain di sana.
"eh ibu Rully" ucapnya malu dan turun dari pangkuan Fajira.
"iya Fajri. Gimana masih ngantuk?"
"sudah gak ngantuk lagi bu" Fajri menunduk dengan wajah yang merona
"Hasil ujian Fajri sudah ibu periksa nak, Fajri besok masuk ke kelas 3 ya"
"iya bu" ucao Fajri
"terima kasih banyak buk, karna sudah memberikan yang terbaik untuk Fajri Hmm berhubung sebentar lagi saya akan kuliah, jadi kami pamit terlebih dahulu bu" ucap Fajira sopan.
"iya Bunda Fajri, silahkan"
Ibu dan anak itu berlalu dari ruangan ibu Rully dan segera menuju ke kampus, karna Fajira hampir saja terlambat untuk mengikuti perkuliahan. Setibanya di kampus mereka segera memasuki ruangan dan mengikuti perkuliahan hingga selesai.
Hingga dua jam berlalu dan perkuliahan hari ini selesai. Fajira segera memboyong Fajri ke kantin untuk mengisi perut yang mulai keroncongan berteriak untuk segera di beri makan. Setibanya di sana mereka bertemu dengan Vino yang juga kebetulan sedang duduk di kantin itu.
"Aji mau pesan apa sayang?"
"hmm apa aja Bunda, Tapi suapi ya"
"iya sayang" Fajira memesan nasi dua porsi untuk dirinya dan Fajri.
"hai Ji" sapa Vino membuat Fajri mengernyit.
"Hai kak" sapa Fajira.
"ini anak kamu?"
"iya kak, sayang salim dulu sama om Vino"
Fajri menatap Vino dengan tatapan tidak bersahabat, sungguh ia tidak menyukai laki-laki yang ada di hadapannya ini.
"Fajri" ucapnya mengulurkan tangan.
"panggil om Vino ya" ucap Vino mengelus kepala Fajri, namun pria kecil itu malah menghindarinya dan membuat Fajira mengernyit, ia juga merasakan hal yang sama dengan Fajri, ada rasa tidak nyaman ketika berhadapan dengan Vino. Sementara wajah Vino berubah masam melihat sikap yang di tampilkan oleh Fajri kepadanya.
"Fajri sudah sekolah ya? kelas berapa?" tanya Vino lagi
"tiga" ketus Fajri.
"sayang gak boleh gitu" ucap Fajira mengelus kepala Fajri walaupun ia juga merasakan ketidak nyamanan itu.
"iya Bunda, habis ini kita langsung pulang ya. Aji capek" keluh Fajri bersandar pada Fajira.
"iya nak, habis ini kita pulang ya"
Mereka melanjutkan makan siang tanpa menghiraukan Vino sehingga membuat laki-laki itu kesal dan memilih untuk segera pergi dari sana.
"Bunda, Aji gak suka sama om itu. Bunda gak boleh dekat-dekat ya sama dia, Aji gak suka" ucapnya melotot ke arah Fajira.
Bukannya takut ibu satu anak itu malah tersenyum gemas melihat tingkah Fajri.
"iya sayang. Bunda hanya milik Fajri, untuk Fajri"
"umm" fajri mengangguk sambil menatap Fajira dengan mata bulatnya. Mereka kembali menghabiskan makanan itu hingga tandas dan memilih untuk segera pulang karna fajri sudah terlihat sangat kelelahan siang itu.
💖💖💖
TO BE CONTINUE