NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Lily

Rumah Untuk Lily

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Egha sari

Rumah sudah kokoh berdiri, kendaraan terparkir rapi, tabungan yang cukup. Setelah kehidupan mereka menjadi mapan, Arya justru meminta izin untuk menikah lagi. Istri mana yang akan terima?
Raya memilih bercerai dan berjuang untuk kehidupan barunya bersama sang putri.
Mampukah, Raya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya? Apalagi, sang mantan suami hadir seperti teror untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Ikhlas tapi tak Ridho

Raya tinggal seorang diri dalam kamar yang berukuran 4x4 meter. Ia sudah mengatur pakaian, mencuci piring dan menyapu. Kamar sesempit ini, tidak ada lagi pekerjaan, yang bisa ia lakukan. Retno sudah pergi bekerja dan gadis itu akan pulang agak larut.

Sepi dan bosan, Raya memilih membuka galeri ponselnya. Ada banyak foto Lily dan Arya didalam. Tanpa pikir panjang, Raya menghapus semua foto mantan suaminya, tanpa menyisakan satu pun. Untuk apa, dia menyimpan jika hanya membuat sakit hati. Raya sudah menerima takdir dan tidak mau melihat kebelakang lagi. Ia ingin bebas dan tidak ingin menyimpan dendam. Bagaimana pun, mereka pernah hidup bersama dan punya kenangan.

Namun, tiba-tiba sesuatu terlintas. Dia sudah pergi dua hari, namun Arya tidak juga menelpon. Raya tidak mengharapkan agar pria itu mencarinya, seolah-olah menyesal karena kehilangan. Tapi paling tidak, bajingan itu menanyakan kabar putrinya. Apa kehadiran sosok wanita baru, membuatnya lupa pada darah dagingnya sendiri? Apa kasih sayang yang ia limpahkan untuk anak pertamanya, hilang begitu saja? Raya tidak habis pikir, kenapa begitu mudahnya Arya berpaling? Jadi ini, yang dia maksud bersikap adil? Cicak pun, akan tertawa mendengarnya.

Raya melihat sekeliling. Ia teringat ucapan Retno, bagaimana jika ia membawa Lily bersamanya. Sepertinya, gadis mungil itu akan hidup menderita, karena terkurung. Mengingat, usia Lily yang ingin lebih banyak mengenal sekitarnya.

"Halo, Ret." Raya mengangkat panggilan, saat ponselnya berdering.

"Aku ada lowongan CS dirumah sakit. Mau tidak? Gajinya lumayan."

"Mau, Ret. Apa aja, yang penting halal."

"Ya, sudah. Kamu siapkan berkas. Aku akan kirim, apa saja yang mereka butuh. Besok pagi, aku antar."

HP dimatikan. Raya langsung membongkar tas dan mencari dokumen yang diperlukan. Ia juga perlu menulis lamaran dan mengisi CV. Raya juga mencari foto dalam dompet, siapa tahu masih ada. Dan ternyata, masih ada.

Begitu malam tiba, Raya menjadi sangat merindukan putrinya. Apalagi ia seorang diri dan lihatlah bagaimana kesepian memporak-porandakan hatinya. Ia menangis sembari memandang foto Lily. Dan entah mengapa, semua hal yang ingin ia buang, teringat kembali.

Arya yang berselingkuh, setelah 3 tahun lebih usia pernikahan mereka. Belum lagi, pria itu meminta izin untuk menikah. Dan yang paling menyesakkan, Raya harus menitipkan putrinya kepada sang ibu. Ia ingin membuang semua kesedihan itu. Tapi, kenapa malam ini ia justru kembali mengingatnya.

"Anakku, maafkan mama, Nak. Mama janji akan pulang cepat."

Raya terus meminta maaf, beriringan air matanya yang sudah seperti anak sungai. Jika saja Lily sudah besar, ia tidak akan sesakit ini meninggalkan putrinya.

Pukul 10 malam, akhirnya Retno pulang dengan tangan penuh kresek. Ia kaget melihat wajah Raya yang sembab.

"Kamu kenapa?" Retno meletakkan kantong plastik diatas tikar dan menghampiri Raya diatas kasur.

"Tidak ada. Aku hanya rindu, Lily." Raya mengusap air matanya.

"Ya ampun, Ra. Aku pikir, kamu kenapa-kenapa. Mukamu sembab, kalau dilihat besok bagaimana."

"Aku akan cuci muka." Raya bangkit menuju kamar mandi. Sementara, Retno membuka kresek dan memindahkan makanan diatas piring.

Retno bekerja di sebuah restoran ternama. Beruntung, ia memiliki bos yang mengijinkan mereka membawa makanan yang tidak habis, daripada terbuang sia-sia.

"Kamu bawa apa?" Raya duduk bersila, setelah merasa lebih baik.

"Makanan. Di tempat aku, kalau masalah bahan harus fresh semua. Jadi, bahan yang tidak habis, dimasak dan dibagi-bagi ke kita."

"Bos kamu, baik juga."

"Makanya, aku betah."

Pagi ini, Raya sudah siap untuk mengantar berkas, ke salah satu Rumah sakit swasta terbesar. Ia pergi seorang diri, karena mendadak Retno harus menggantikan temannya di Shift pagi.

Sebuah gedung, yang didominasi warna putih. Raya masuk di lobby rumah sakit yang penuh dengan pasien mengantri. Ia bingung harus memberikan berkasnya kepada siapa. Hingga akhirnya, ia memilih menemui security.

"Ada apa, mbak?"

"Begini, Pak. Saya mau lamar kerja. Tapi, bingung ini berkasnya mau dibawa kemana?"

"Mbak, ikut saya saja."

Raya memperhatikan sekeliling, saat ia mengikuti security dari belakang. Ada banyak pengunjung, entah pasien atau keluarga yang mengantar. Raya memperhatikan keadaan mereka. Ada yang duduk menunggu, dengan wajah yang tampak biasa saja. Ada juga yang harus duduk di kursi roda dan ada, yang menunggu dengan tubuh diperban.

"Mbak, masuk saja."

Raya mengangguk, lalu mengetuk pintu. Didalam, ada wanita bertubuh montok, tatapannya tajam dan sama sekali tidak tersenyum.

"Pagi, Bu. Saya bawa berkas lamaran."

Wanita itu tidak menjawab. Ia menyambar map besar berwarna biru dari tangan Raya. Membacanya, sekilas. Lalu, meletakkan diatas meja dengan asal. Ternyata, ada banyak tumpukan map disana.

"Duduk!" perintah wanita itu, "Sudah pernah bekerja sebelumnya?"

"Belum, Bu. Saya ibu rumah tangga."

"Oh," ucapnya, "jadi, sudah terbiasa bersih-bersih, yah?"

"Iya, Bu."

"Nanti saya hubungi, kalau diterima."

"Terima kasih, Bu. Saya permisi."

"Hmm."

Raya segera keluar, tidak nyaman rasanya bertemu dengan wanita judes. Namun, ia berprinsip selama ia tidak diganggu, ia tidak akan melawan.

Karena masih sangat pagi, Raya berpikir mampir ke pasar untuk membeli bahan. Kulkas Retno kosong, hanya ada beberapa biji tomat dan sayur seikat. Gadis itu, jarang memasak karena selalu membawa makanan, saat pulang. Namun, langkah kaki Raya terhenti didepan lobby. Ia melihat sang mantan suami yang baru tiga hari menalaknya, bersama calon istri barunya.

Raya memperhatikan mereka. Arya sedang mengambil antrian, sementara Tari duduk menunggu. Tak lama, Arya pergi setelah memberikan kecupan.

Raya muak, hatinya memanas. Ia memang sudah ikhlas, tapi setelah melihat langsung, keikhlasan di hatinya lenyap entah kemana. Tangan yang sudah terkepal, gatal rasanya jika tidak diayunkan.

"Tari," sapa Raya. Wanita itu, shock melihatnya. Ia bahkan, menengok kebelakang mencari sosok Arya. "Kenapa, kau takut?" Raya menatap sinis.

"Tidak, Mbak. Aku hanya kaget. Mbak, sedang apa di sini?" Tari bangkit, memegang perutnya yang masih rata, seolah memperlihatkan kehamilannya.

"Mbak?" Raya menyeringai, "sepertinya, kau salah. Karena, aku lebih muda darimu. Bukankah begitu?"

"Maaf, Mbak. Aku bingung harus memanggilmu, apa."

"Ayolah, Tari. Jangan, sok lugu! Karena kita sudah bertemu, bagaimana kalau kita mengobrol."

"Tapi, aku harus ke dokter. Bagaimana kalau lain kali saja, Mbak?"

Raya maju dan duduk disebelah Tari. Wanita itu, kebingungan harus berbuat apa. Karena, tempat ini terlalu ramai untuk mengobrol.

"Mbak, kita ke cafe depan saja," ajak Tari, yang kembali duduk ditempatnya.

"Bukankah, kau harus periksa?" Raya tersenyum sinis, membuat Tari merinding. "Bagaimana rasanya, tidur dengan suamiku?" Raya sengaja meninggikan volume suaranya. Sontak, di sekeliling mereka langsung memperhatikan.

"Mbak." Tari langsung bangkit, dengan tangan terkepal, wajahnya memerah menahan amarah bercampur malu. Apalagi, pandangan orang-orang langsung ke arahnya.

"Kenapa?" Raya juga bangkit, lalu berbisik, "kau malu? itu tidak seberapa, jalang!"

Setelah mengatakan itu, Raya tersenyum mengejek. Lalu, pergi begitu saja.

🍁🍁🍁

1
🌻Nie Surtian🌻
seenaknya saja suruh orang keluar kerja...😡
Rini Susanti
aku suka gaya penulisannya.aku tunggu kelanjutannya ka
retiijmg retiijmg
knp adrian lemah?
tidak mau memperjuangkan raya
retiijmg retiijmg: syukurlah klo arland
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: soalnya jodohnya bukan adrian, tapi aland...
total 2 replies
Tini Laesabtini
lanjut....
Tini Laesabtini
mencaci ,mengumpat dilarang tp buat pelakor aku sgt setuju ,lanjutkan....👍
Tini Laesabtini
cerita yg bagus kenapa yg like dikit
Tini Laesabtini
novel yg bagus ,alur yg menarik sekelas dg penulis yg udh tetnama
Tini Laesabtini
dua ceritamu sudah aku lalui ini yg ke 3, penasaran coba baca yg on going,awal yg bagus cerita yg menarik 👍👍👍👍👍
🌻Nie Surtian🌻
Nach begitu Raya...baru keren...jangan mau di tindas terus..
Amie Layli
bagus raya,jangan pernah takut sama orang2 yg sudah menyakitimu.
retiijmg retiijmg
ayo raya lawan jgn mau dihina,direndahkan & diinjak2 harga diri km.
bntar lg km ketemu sm laki2 yg tulus yg mampu bahagiakan km.
plg suka crita klo perempuannya tangguh & kuat
Amie Layli
semangat raya,buktikan ke arya kalau kamu bisa sukses,bisa memberi kehidupan yg layak untuk lily tanpa bantuan si arya
🌻Nie Surtian🌻
Tetap semangat Raya...💪💪💪 Demi Lily, ibu dan adikmu...
irma hidayat
yang kuat raya Tuhan lagi menguji kesabaranmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!