Bagaimana perasaanmu jika istri yang sangat kamu cintai malah menjodohkan mu dengan seorang wanita dengan alasan menginginkan seorang anak.
Ya inilah yang dirasakan Bima. Dena, sang istri telah menyiapkan sebuah pernikahan untuknya dengan seorang gadis yang bernama Lily, tanpa sepengetahuan dirinya.
Bima sakit hati, bagaimanapun juga dia sangat mencintai istrinya, meskipun ia tahu sang istri tidak bisa memberikannya keturunan.
Bisakah Lily berharap Bima akan mencintainya? Meskipun Bima sangat dingin padanya, tapi Lily telah berjanji satu hal pada Dena. Sanggupkah Lily menepati janjinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trias wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
Aku ******* bibir Lily dengan lidahku. Kedua tangan Lily meremas lengan jasku. Aku semakin merengkuh Lily dengan erat. Jarak tubuh kami semakin tipis. Dan akhirnya Lily berada di pangkuanku.
Ku belai pipi Lily yang lembut, lalu menarik dagunya. Bibir Lily terbuka sedikit memberikan akses untuk lidahku masuk dan mengabsen semua yang ada disana. Kaku. Lily membalas ciumanku dengan kaku seperti baru kali ini saja dia berciuman dengan seseorang. B*jing*n tadi jangan di hitung!
Tangan Lily semakin erat meremas lengan jas ku. Dadanya naik turun. Nafasnya menderu dengan indah terdengar di telingaku.
Aku menjauhkan wajahku saat nafas Lily sudah terengah. Ku lihat Lily membuang wajahnya ke samping dengan semburat merah disana, seperti udang lobster yang kami makan tadi siang saat kami pulang dari lokasi proyek.
Ku ambil wajahnya dengan membingkai menggunakan kedua telapak tanganku dan mencium seluruh wajahnya. Kening, mata, hidung, pipi, dagu, dan terakhir bibir. Lily terdiam, wajahnya semakin merah sekarang.
"Aku udah bersihin semua. Apa ada yang terlewat mungkin?" Lily memegang depan dadanya yang naik turun.
"Di dalam sana?"
Lily mendongak melihat mataku lalu dengan cepat menggeleng.
"Aku akan kembali ke kamarku. Kamu istirahat saja. Kalau butuh apa-apa kamu telfon aku. Oke?" Lily terdiam tampak tidak mengerti. Ah iya aku lupa menjelaskan kalau malam ini aku akan tidur di kamar sebelah.
"Tadi sore aku pesan kamar yang lain. Maaf semalam kita harus tidur satu ruangan karena kamar hotel penuh. Aku ada di kamar sebelah." tunjukku ke arah kamarku yang berada di sebelah kanan kamar ini.
Lily mengangguk pelan. Aku berdiri dan membantu membaringkan Lily di atas kasurnya lalu menyelimutinya hingga ke batas leher.
Aku masuk ke dalam kamarku. Lalu membuka dasi dan melemparkannya di atas sofa. Begitu juga dengan jas ku. Jas yang tidak punya salah apa-apa tapi menjadi pelampiasan amarahku dengan membantingnya ke lantai. Lalu aku memungutnya kembali kardna aku sadar yang salah disini bukanlah kain yang sudah menemaniku seharian ini.
Melihat Lily yang tidak berdaya oleh perlakuan tidak senonoh pria br*ngs*k itu membuatku merasa marah. Bukan karena Lily sudah sah menjadi istriku, meskipun Lily hanya berstatus sebagai sekretaris dan bukan istriku, aku juga akan tetap membela bawahanku. Wanita harus di hormati karena semua makhluk hidup di dunia ini terlahir dari wanita.
B*jing*n itu! Akan aku buat perhitungan dengannya besok!
Bima pov end.
***
Lily Aruna.
Seorang anak dengan tubuh tambun berpipi tembem memakai baju biru langitnya yang cerah, tersenyum hangat ke arahku. Jujur aku sangat bahagia. Setelah sekian lama berpisah dengannya akhirnya aku bisa bertemu dengannya. Bahkan selama ini pun dia seperti enggan menemuiku walau hanya dalam mimpi. Bibirnya melengkung ke atas, senyuman yang selalu aku rindukan selama ini, kini terpampang jelas bisa aku lihat selain di foto yang sama sekali tidak bisa bergerak. Senyumannya terlihat begitu manis di antara pipi chubby-nya.
Aku berjalan mendekat ke arahnya, tapi seiring aku melangkah dia malah menjauh. Aku mulai berlari, tetap saja dia tidak bisa aku dekati meskipun aku melihat kakinya tidak bergerak sedikitpun.
Aku berteriak padanya agar tidak menjauh, aku hanya ingin bercerita tentang keluh kesahku. Aku hanya ingin meminta maaf secara langsung karena tidak bisa menepati janjiku. Aku hanya ingin meminta maaf karena aku tidak bisa menjaga diriku dari tangan kotor laki-laki yang sudah menyentuhku!
Nafasku terengah, kakiku sudah lelah. Aku berhenti dan menopangkan kedua tanganku di atas lutut, keningku sudah berkeringat. Aku ingat dulu biasanya dia akan mengelap keringatku dengan sapu tangan miliknya dan berkata sampai kapanpun dia yang akan mengelap seluruh keringatku. Dia yang akan menjadi pohon dimana aku akan bernaung di bawahnya. Dia akan menjadi payung untuk melindungi ku dari panasnya matahari dan derasnya hujan. Dia akan menjadi cahaya di saat aku merasa gelap melanda. Dia akan menjadi penjaga di saat tidurku dan menghalau mimpi buruk yang akan menghampiriku.
Dia masih tersenyum. Di tangan kanannya memegang sebuah origami berbentuk burung berwarna pink. Aku tersenyum bahagia melihatnya. Origami yang susah payah aku buat untuk pertama kalinya untuk anak lelaki tambun itu. Saat aku sedih dia selalu menghiburku dengan membuatkan aku berbagai macam bentuk origami, hingga aku kemudian tertarik untuk belajar membuat origami darinya.
"Mas.." panggilku. Dia tersenyum.
Aku mendekat, tapi tetap tidak bisa menghapus jarak darinya.
Air mataku mulai turun. Aku frustasi. Aku sangat merindukan anak laki-laki tambun ini.
Semangat thor 💪💪