Dijodohkan sejak bayi, Zean Andreatama terpaksa menjalani pernikahan bersama aktris seni peran yang kini masih di puncak karirnya, Nathalia Velova. Memiliki istri yang terlalu sibuk dengan dunianya, Zean lama-lama merasa jengah.
Hingga, semua berubah usai pertemuan Zean bersama sekretaris pribadinya di sebuah club malam yang kala itu terjebak keadaan, Ayyana Nasyila. Dia yang biasanya tidak suka ikut campur urusan orang lain, mendadak murka kala wanita itu hendak menjadi pelampiasan hasrat teman dekatnya
--------- ** ---------
"Gajimu kurang sampai harus jual diri?"
"Di luar jam kerja, Bapak tidak punya hak atas diri saya!!"
"Kalau begitu saya akan membuat kamu jadi hak saya seutuhnya."
-------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 - Terlambat!!
Firasat Zean sudah sangat buruk sejak Yudha menghalanginya. Kini, matanya dibuat memanas dengan apa yang terjadi di ruangannya. Sejak pagi hati Zean benar-benar damai, dan mendadak kacau ketika masuk ke ruangannya.
"NATHALIA!!"
Suara Zean bahkan terdengar hingga ke luar, Yudha segera bertindak agar mereka yang berada di lantai yang sama untuk pergi lebih dulu. Kali pertama Zean membentak istrinya begitu, dia yang terkenal halus jika terhadap pasangan kini terlihat berbeda.
"Gila? Obatmu habis atau kenapa? Hm?" tanya Zean menatapnya tajam dan mengguncang tubuh Nathalia hingga bahu wanita itu terasa sakit.
"Semalam kemana?" tanya Nathalia menuntut penjelasan.
Setelah pulang dari club malam itu, Nathalia mendadak gundah. Kekhawatiran serta ketakutan mencekam dirinya. Terlepas dari fakta yang dia temui itu Sean atau Zean, dia tetap takut.
Terlebih lagi, Zean tidak bisa dihubungi hingga tiga hari. Biasanya, sekalipun pergi Zean akan memberi kabar pada asisten rumah tangganya, akan tetapi kali ini dia benar-benar menghilang tanpa memberikan titik terang sedikitpun.
"Penting bagimu?"
"Jawab aku, Zean."
Sungguh, dia sebenarnya ingin memastikan yang dia temui di club itu adalah Zean atau bukan. Beberapa luka yang kini sudah mengering membuat dia semakin kalut lantaran mengingat pria yang dia temui malam itu juga mengalami luka dan lebam di wajahnya.
"Cih, tumben sekali bertanya seperti itu."
Zean bersandar ke meja seraya menghela napas panjang. Dia harus meredam kemarahan dan hati-hati dalam bicara, walau jujur saja dia ingin sekali menampar wanita di hadapannya ini.
Selama dia hidup, baru kali ini seseorang berani menghancurkan tempatnya. Ruangan kerja Zean yang begitu tertata rusak begitu saja akibat perbuatan Nathalia, entah apa yang dia cari hingga dokumen dan seluruh berkas penting di ruangannya kacau persis kapal pecah.
"Tiga hari, Zean ... tanpa kabar, setidaknya izin padaku."
"Izin padamu untuk apa? Aku sudah minta izin mama. Kamu lupa, dalam pernikahan kita tidak boleh mencampuri urusan pribadi?"
Zean ingin sedikit menegaskan, siapa tahu Nathalia lupa dengan kesepakatan yang dia ciptakan sendiri awal menikah. Selama ini dia lah yang egois dan Zean membebaskannya lantaran malas untuk terlalu peduli. Namun, kali ini tampaknya Nathalia mulai melanggar kesepakatannya sendiri.
"Ka-kamu tidak punya wanita lain, 'kan, Zean?"
Akhirnya, pertanyaan yang mengganggu dirinya sejak malam itu terungkap juga. Nathalia mendadak bergetar sebenarnya, luka dan lebam di wajah Zean membuatnya mendadak yakin dengan ucapan Janny. Kemungkinan terkait Zean yang memiliki wanita idaman lain besar sekali.
"Coba ulangi pertaanyaanmu?"
Zean khawatir telinganya salah dengar, ini adalah kali pertama Nathalia mempertanyakan hal semacam ini. Pria itu bahkan terkekeh setelahnya, andai saja Syila yang bertanya mungkin dia akan berdebar. Namun, perasaan itu sama sekali tidak ada kala mendengarnya dari Nathalia.
Perubahan Zean begitu jelas, walau memang sebenarnya mereka terbiasa berdebat jika hanya berdua. Akan tetapi, kali ini Nathalia merasa berbeda dan ketakutan akan Zean berkhianat sebagaimana yang dia lakukan tiba-tiba saja menyeruak.
"Kamu datang hanya untuk mempertanyakan hal itu?"
Zean ingin sekali marah, andai bukan wanita sudah benar-benar dia hajar persis Sean. Jika sudah begini, siapa yang akan direpotkan selain Yudha. Zean tidak mau siapapun masuk dan menyentuh berkas penting itu sembarangan, hal itu juga berlaku untuk mainan-mainan yang dia simpan di laci mejanya.
Nathalia mengepalkan tangannya, pikiran tentang wanita lain begitu mengusiknya. Akan tetapi, dia sudah pastikan tidak ada hal mencurigakan di ruangan ini. Di meja kerja Zean hanya ada foto pernikahan mereka, jika memang benar Zean memiliki simpanan, pasti sudah dia temukan, pikir Nathalia.
"Pergilah, sebelum aku benar-benar marah."
Kali pertama Zean tidak mengantar Nathalia baik-baik ke luar, tampaknya dia memang sangat marah karena ruangannya sudah dibuat kacau begini. Akan tetapi, sama sekali Nathalia tidak menyesal sekalipun sudah membuat kepala suaminya sakit sekali.
"Awas saja sampai berani selingkuh dariku, Zean!!"
Zean terbahak dalam hatinya, sampai berani katanya? Terlambat. Sudah Zean lakukan, dia sudah menyalakan api dan tidak akan pernah dia padamkan.
"Oh iya, aku dengar-dengar kamu kemarin mabuk di club malam, benar begitu?" tanya Nathalia sebelum dia keluar dari ruangan Zean.
Dia tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Jujur saja dia khawatir jika Zean sampai tahu ulahnya di hari pemakaman Ibra, pasti Zean kian marah.
Zean tampak berpikir, dia menatap mata Nathalia yang tampak serius bertanya. "Kamu melihatku? Ck, kenapa kita tidak pulang bersama malam itu."
Mata Nathalia membulat sempurna kala Zean mengatakan hal itu. Dadanya berkecamuk dengan sejuta perasaan yang tidak bisa dia jawab. Menyesal sekali dia bertanya hal itu, jika benar itu Zean artinya sang suami tidak sepolos itu, pikirnya.
"Bu-bukan aku, ta-tapi temanku," jawab Nathalia gugup dan takut sekali kali ini.
"Ah temanmu, mungkin juga ... aku jadi lupa karena terlalu mabuk malam itu, Opa membuatku gila ternyata."
Nathalia tidak lagi berani berucap, dia berlalu pergi dan meninggalkan Zean yang kini tersenyum miring. Mudah sekali menjebaknya, hanya dengan sebuah kalimat konyol begitu sudah gentar. Padahal, sekalipun Nathalia mabuk dan pesta semalam pasca Ibra pergi, sama sekali Zean tidak peduli.
"Sean masih di sini, ck ... apa lambungnya tidak bocor minum terus-menerus," umpat Zean kala Nathalia sudah benar-benar pergi.
Saat ini yang dia pikirkan justru Sean, saudara kembarnya. Bingung juga bagaimana dia bertahan hidup dengan mempertahankan kehidupan yang begitu. Walau Zean sudah berusaha mengintai keberadaan Sean tanpa seizin Mikhail, sama sekali tidak ada yang Zean temukan tentang Sean. Entah bagaimana pria itu bersembunyi hingga dunia seakan menganggapnya benar-benar mati.
.
.
- To Be Continue -