“Menikahlah denganku, lahirkan keturunanku, dan aku akan membantumu.”
Penawaran dari Sagara dengan imbalan yang cukup fantastis membuat Lisa seakan mendapatkan angin segar di tengah tuntutan hutang yang menggunung. Namun, gadis itu tak memiliki cukup keberanian untuk mengambil tawaran itu karena Lisa tahu bahwa Sagara telah memiliki istri dan Lisa tidak ingin melukai perasaan istri Sagara.
Hingga akhirnya Lisa kembali dihadapkan pada kabar yang mengguncang pertahanannya.
Ia harus memilih antara menjadi istri kedua dan melahirkan keturunan Sagara dengan imbalan yang besar, atau mempertahankan harga diri dan masa depannya, tetapi ia harus kehilangan orang yang ia sayangi.
Lalu, bagaimana dengan keputusan Lisa? Dan apa sebenarnya yang buat Sagara akhirnya berpaling dari istrinya?
Yuk, ikuti terus kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasihat
Ketegangan semakin memanas ketika Lisa mencoba melindungi Sagara dari amukan Liam. Gadis itu tidak ingin sang adik melakukan tindak krimin*al pada pria yang akan menolong mereka.
Biarkan saja Lisa dianggap gila dan tidak punya otak, yang penting semua hutang-hutangnya bisa segera lunas dan keluarganya bisa menjalani kehidupan normal seperti biasanya. Ya, begitu buntunya pikiran Lisa sehingga dia tidak berpikir lebih luas.
“Kakak minggir biar Liam hajar pria ini, Kak!”
“Tidak! Jangan, Liam. Kakak nggak mau kamu mengotori tanganmu dengan kekerasan. Kalau kamu kecewa dan marah, lampiaskan semua sama kakak!”
Sagara masih tetap diam, bukan karena tidak ingin menjelaskan atau melerai perdebatan antara dua bersaudara itu, tetapi pria itu mencoba memberi ruang untuk Liam menyalurkan semua emosinya agar nanti ketika dirinya angkat bicara, Liam tidak lagi meledak-ledak seperti tadi.
“Ya Tuhan… .” Liam mengusap wajahnya kasar, pria muda itu tidak menyangka kalau keluarganya akan begitu hancur akibat ulah sang ayah.
Bu Sekar yang sedari tadi menyaksikan perdebatan anak-anaknya pun mulai melerai. Dengan air mata yang sudah membasahi ke dua pipinya wanita itu berucap lirih.
“Liam, sabar, Nak. Jangan mudah terbawa emosi. Kita tunggu dulu penjelasan dari kakakmu juga dari Nak Sagara. Ibu yakin, mereka pasti memiliki alasan untuk itu.” Kemudian tatapannya teralih ke arah Lisa.
"Tolong jelaskan sama ibu, Lisa. Bukannya katamu nak Zaki anak melamarmu ketika dia pulang kampung? Kenapa tiba-tiba kamu ingin menikah dengan pria lain? Apa benar yang ibu dengar barusan? Kamu akan menikah dengan nak Sagara karena uang?”
Suasana mendadak hening. Hawa panas yang semula melingkupi ruangan itu perlahan menghilang. Baik Lisa maupun Liam masih terdiam, mereka masih mengatur emosinya akan kembali stabil.
Sagara yang melihat Lisa tidak menjawab pun akhirnya maju. Pria itu mulai mendekati bu Sekar dan duduk di kursi samping brankar.
“Maaf jika kedatangan saya membawa kegaduhan, Bu. Saya hanya ingin menyampaikan keinginan saya terhadap Lisa. Saya benar-benar ingin meminang Lisa menjadi istri saya,” ucap Sagara begitu tenang.
Lisa tampak melengos ketika Sagara menyampaikan maksudnya pada sang ibu. Meski ia telah menerima, tetapi tidak dipungkiri bahwa hatinya memberontak ingin membatalkan perjanjian itu.
“Kamu sudah menikah, Nak. Bagaimana bisa kamu ingin menikahi putri ibu. Memang benar kami ini keluarga miskin yang hanya memiliki banyak hutang, tetapi kami tidak akan mempermainkan pernikahan dengan menukarnya dengan uang. Menjadi orang ke tiga di dalam rumah tangga orang lain itu buruk di mata Tuhan dan masyarakat, Nak," jelas bu Sekar.
“Saya mengerti, Bu. Namun, ada hal lain yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk menikah kembali dan memilih Lisa menjadi istri saya.”
Bu Sekar mengangguk, pasti ada alasan seseorang melakukan tindakan. Seperti putrinya yang bersedia diajak menikah Sagara karena uang, Sagara pun pasti demikian. Menikahi Lisa karena tujuan tertentu yang tidak mungkin dijelaskan.
“Apa istrimu mengetahui bahwa kamu akan menikah kembali?”
“Belum. Istri saya sama sekali tidak mengetahui bahwa saya berniat menikah kembali,”
“Lalu apa alasanmu ingin menikah kembali di belakang istrimu. Dia baik, sopan, suka membantu, lantas apa yang membuat kamu berpaling dari dia? Apa karena kalian belum memiliki keturunan?” tanya bu Sekar yang memang sering membahas mengenai Dewi yang sering wara-wiri di layar televisi bersama Lisa.
Sagara melirik ke arah Lisa kemudian ke arah Liam. Pria itu sebenarnya enggan mengatakan, tetapi bu Sekar pasti akan terus mendesaknya untuk berkata jujur sebab yang akan dinikahi adalah putrinya.
Lisa yang paham akan maksud Sagara pun segera ambil tindakan. Gadis itu mendekati sang adik yang memilih duduk di sofa tak jauh dari ranjang sang ibu sembari menunggu dengan penasaran jawaban dari Sagara.
“Liam, bisa keluar sebentar,” ucap Lisa.
“Memangnya kenapa? Tidak bisakah aku di sini saja. Aku juga berhak tahu alasan dari pria itu ingin menikahi kakak karena nanti akulah yang menjadi wali nikah kakak!”
Gadis itu memejamkan matanya sejenak, “ada sesuatu yang tidak harus kamu ketahui, Liam. Mengertilah,”
Akhirnya mau tidak mau, Liam keluar dari ruangan itu sambil bersungut-sungut. Lisa hanya menghela napas pelan, sungguh dirinya merasa bersalah pada adik laki-lakinya itu.
Setelah memastikan Liam keluar, Sagara pun mulai angkat bicara. Pria itu mengatakan dengan jujur alasan menikahi Lisa, bahkan perjanjian yang sebelumnya mereka bahas pun turut serta ia ceritakan. Perjodohan, penolakan, pengkhianatan, dan tak jarang istrinya menuduhnya berselingkuh pun menjadi penyebab Sagara memutuskan untuk menikah kembali.
Bu Sekar mendengarkan dengan saksama dan tidak menyela sedikit pun. Sedikit demi sedikit akhirnya semua terungkap. Satu hal yang tidak pernah diceritakan Sagara pada Lisa maupun ibunya yaitu mengenai Dewi yang sering melakukan hubungan intim dengan selingkuhannya hingga membuat Sagara akhirnya menempuh jalan lain.
“Jadi karena hal itu akhirnya saya memilih menikah kembali. Selain karena selalu dituduh, saya juga merasa tidak dihargai dan merasa hanya dimanfaatkan saja. Saya lelah jika terus-terusan memaklumi kelakuannya,” pungkasnya.
Bu Sekar mengembuskan napasnya pelan. “Tidak baik sebenarnya lari dari masalah. Tapi saya juga tidak bisa mengatakan hal bijak karena saya banyak kurangnya. Tapi nak Sagara, bukankah lebih baik segera selesaikan permasalahan kalian dengan kepala dingin? Mungkin saja ada alasan lain dari Dewi yang memilih untuk mendua seperti halnya kamu saat ini,”
***
Sagara terus memikirkan ucapan bu Sekar padanya. Nasihat-nasihat wanita tua itu benar-benar membuka mata hati Sagara yang sebelumnya tertutup. Namun, ia tidak akan mundur dengan pilihannya untuk mempersunting Lisa, ia akan terus memperjuangkan Lisa agar wanita itu menjadi istrinya.
Benar kata ibunya Lisa, harusnya aku selesaikan dulu permasalahanku dengan Dewi. Aku tidak boleh terlihat jauh lebih buruk dari apa yang sudah pernah Dewi lakukan di belakangku, batin sagara.
Di tengah rasa bergejolak dalam hatinya pria itu mendapatkan pesan dari orang suruhannya. Satu pesan bergambar yang membuat sebelah bibirnya terangkat.
“Kamu semakin menjadi-jadi, Dewi,” gumamnya pelan.