Tak mau anaknya tumbuh menjadi mafia, Erika nekat pergi meninggalkan Ervan, suaminya sendiri. Mengingat sang suami adalah ketua mafia yang paling ditakuti dan kejam.
Demi sang anak, Erika rela meninggalkan kehidupan mewah dan dunia gelapnya. Namun kaburnya Erika tentu tak lepas dari perhatian Ervan. Karena itu, Erika beberapa kali harus berpindah-pindah tempat tinggal untuk menghindari kejaran sang suami.
Suka dan duka dilalui Erika. Hidup di luar dari kebiasaannya tidak mudah. Apalagi saat dia harus bekerja di bawah pimpinan orang. Alhasil Erika mencoba membuat usaha. Ia pergi ke desa dan membeli lahan luas di sana. Erika memutuskan bercocok tanam buah dan sayuran sebagai mata pencaharian baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27 - Hukuman Dengan Cara Sendiri
"Aku berniat akan melepaskan mereka kembali pada Mr. Sullivan. Aku juga ingin mereka menyampaikan pesan bahwa aku tak bisa dikalahkan semudah itu," kata Erika. Ia sengaja mengabaikan pertanyaan Ethan yang penuh kecurigaan.
"Aku rasa itu bukan ide bagus. Menurutku menjadikan mereka budak lebih bagus," sahut Ethan santai. Ia memilih tak membahas perkataan Erika sebelumnya.
"Mmmph! Mmph!" Andy langsung melakukan protes, meski mulutnya kini sedang tertutupi lakban.
"Aku tak menyangka kau punya pemikiran kejam begitu," komentar Erika.
"Menurutku hukuman itu setimpal untuk tukang perkosa seperti mereka," balas Ethan sambil menunjuk Andy dan ketiga temannya dengan tatapan jijik.
"Tukang perkosa?!" Mata Erika menyalang hebat. Dia tahu Andy, Patrick, dan Morgan kurang ajar, namun tak menyangka mereka sebajingan itu.
"Iya. Lagi pula kalau kau melepas mereka begitu saja, mereka dan Mr. Sullivan pasti akan balas dendam padamu. Aku yakin mereka akan membawa banyak pasukan untuk menyerangmu," jelas Ethan. Sebagai warga tetap desa Lotuscia, dia tentu tahu banyak hal kebiasaan Mr. Sullivan dan anak buahnya.
"Kalau begitu aku akan tetap menyekap mereka di sini. Mereka juga bisa aku pekerjakan untuk mengurus kebunku," ucap Erika seraya menatap tajam Andy dan kawan-kawan. Rasa kasihannya sudah tak ada lagi untuk tukang perkosa seperti mereka. Terlebih sebagai seorang perempuan, Erika sangat menjunjung tinggi kehormatannya.
"Bagus! Tapi aku sarankan untuk mempekerjakan mereka saat malam saja. Supaya tidak ada orang yang tahu. Terutama Mr. Sullivan. Aku yakin sekarang dia pasti menunggu kedatangan mereka," kata Ethan.
Erika menatap Ethan dengan dahi berkerut. Dia merasa heran terhadap sikap Ethan sekarang. Terasa jauh berbeda dibanding sebelumnya.
"Kau pasti penasaran kan kenapa aku bersikap begini?" seolah tahu dengan isi hati Erika, Ethan berucap begitu.
"Ya. Kau sangat berbeda hari ini," tanggap Erika.
"Ayo kita bicara. Tapi tidak di hadapan orang-orang ini," ajak Ethan. Dia dan Erika lantas memilih bicara ke teras rumah.
...***...
Setelah sekian lama tak sadar, Ervan akhirnya membuka mata. Ia menemukan dirinya berada di sebuah ruangan gelap dan bau. Ervan seketika ingat ruang apa itu. Ruangan tersebut tidak lain adalah ruangan khusus tawanan. Tepatnya tawanan untuk korban yang akan di ambil organnya.
"Sialan! Huek!" Ervan merutuk. Lalu dilanjutkan dengan muntah. Sebab ruangan itu tercium aroma darah, pesing dan kotoran yang bercampur aduk.
Ervan juga menemukan dirinya di ikat pada kursi. Ia pun mencoba melepaskan diri sekuat tenaga. Namun yang ada Ervan malah jatuh terhempas ke lantai.
Di sisi lain, Roby baru saja siuman. Berbeda dengan Ervan, dia berada di ruangan biasa. Di hadapannya terlihat ada dua orang wanita yang berjaga.
"Dia sadar!" seru salah satu wanita.
"Aku akan laporkan pada Zivanna!" sahut wanita yang satunya.
Tak lama kemudian, Zivanna datang. Dia membawakan segelas air untuk Roby.
Tanpa berpikir macam-macam, Roby minum saja air yang diberikan Zivanna. Setelah dahaganya terpuaskan, dia merasa lebih baik. Roby menatap Zivanna dengan serius.
"Kenapa kau melakukan ini?..." lirinya.
"Tentu saja karena kesal. Ervan membuat amarah yang aku pendam bertahun-tahun meledak," jawab Zivanna.
Roby mengedarkan pandangan ke segala arah. Ia berusaha menemukan Ervan.
"Dia tidak ada di sini. Kau harusnya beruntung tidak aku tinggal bersama monster itu!" ungkap Zivanna. Seakan tahu dengan isi pikiran Roby.
"Lalu dimana Ervan sekarang? Apa kau membunuhnya?" tanya Roby.
Zivanna menghela nafas panjang. "Masih belum. Aku sepertinya ingin membuatnya kapok terlebih dahulu. Aku ingin dia merasakan sakit seperti korban-korbannya," ungkapnya.
feeling aku sih masih hidup dan entah sekarang ada di suatu tempat mungkin... kalau enggak lagi dalam masa penyembuhan...
mau kemana coba... anak buah udah pada dibantai sama evan
Penasaran akan tindakan Erika menyelesaikan masalah anak² 🤔💪
syukurlah.....
emang cinta itu rumit ya... kita nggak bisa milih mau jatuh cinta ke siapa...🥰🥰🥰