Fiona dan Fiora, saudari kembar putri presiden. mereka sudah saling menyayangi sejak mereka masih kecil, saling membantu jika salah satu mereka kesusahan. tetapi saat mereka memasuki usia remaja, Fiora yang merasakan pilih kasih di antara mereka berdua, Fiona yang mendapatkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya, sementara dia tidak pernah merasakan itu, hari demi hari berlalu kebencian di hati Fiora semakin memuncak karena suatu peristiwa saat dia berkelahi dengan Fiona. Fiora lari meninggalkan istana dengan air mata di pipinya akibat makian ayahnya, sampai detik itu dia tidak pernah kembali ke rumah mereka lagi.
Fiona yang merasakan perasaan bersalah di hatinya memikirkan saudaranya pergi yang tidak pernah kembali lagi, kini mereka sudah dewasa. Fiona mengambil ahli mengurus semuanya bersama Aaron. setelah beberapa waktu banyak terjadi penghianatan di negara itu yg mengakibatkan banyak korban jiwa, siapa menyebabkan itu semua? apakah orang yang paling mereka tidak sangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon strbe cake, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
awal mula
Suara jeritan mulai terdengar di ruangan itu, Robert yang mendengar teriakan Rosella dengan kesakitan segera menjadi lebih khawatir, dia berjalan mondar-mandir di depan pintu kamar dengan gelisah meremas jari-jarinya dengan erat hingga memutih.
Rosella terus berteriak sambil mengeram dengan mata berkaca-kaca, menatap ke langit-langit kamar dengan kesakitan yang tidak tertahankan karena kelahiran putrinya.
para dokter terus berusaha dengan semaksimal mungkin, kepala bayi mulai terlihat ke permukaan, para dokter pun segera menariknya keluar dengan hati-hati dan keahlian mereka, begitu bayi keluar dokter segera menggendongnya, mengambil kain putih membalutkan kain pada tubuh bayi lalu meletakkan di atas tubuh Rosella, dokter segera meminta beberapa perawat di sana untuk mempersiapkan peralatan medis memeriksa bayi Rosella.
Rosella memeluk bayinya perlahan dengan mata berkaca-kaca saat merasakan bayi bergerak dan menangis.
mendengar suara bayi tangisan, Robert segera membuka pintu bergegas berlari menuju Rosella, melihat Rosella yang memeluk bayi mereka, mata Robert segera berkaca-kaca, membungkuk untuk memeluk Rosella dengan putrinya.
“oh sayang akhirnya, aku sungguh menghawatirkan mu dan bayi kita.” gumamnya dengan suara gemetaran menatap istrinya.
Rosella yang menatap Robert ada di sampingnya, air matanya segera berjatuhan di pipinya.
“sayang... kita berhasil setelah penantian lima tahun, kita akhirnya memiliki putri yang cantik.” ucapnya dengan suara terbata-bata di sela-sela tangisannya.
Robert yang mendengar perkataan Rosella merasakan hatinya sakit sekaligus gembira, ia mengusap air mata Rosella yang berjatuhan dengan jari-jarinya.
“aku bangga padamu sayang, kau wanita hebat yang tidak menyerah.” Robert berbicara dengan pelan berusaha menahan air matanya agar tetap kuat di hadapan Rosella.
Rosella yang menganggukkan kepalanya, tiba-tiba merasa sakit bercampur mulas di dalam perutnya kembali yang membuat ia tersentak kesakitan.
Robert yang melihat itu segera panik memanggil para dokter untuk kembali.
“cepat kesini! istriku butuh bantuan dia kesakitan!” teriak Robert.
dokter yang mendengar itu segera bergegas menuju Rosella melebarkan kakinya perlahan.
Robert pun segera mengambil bayi yang berada di samping Rosella, menggendong bayinya berjalan mundur perlahan menyaksikan kembali Rosella yang kesakitan.
para dokter terus menginstruksikan Rosella untuk mengeram agar bayi satunya yang kini Masi di dalam perutnya untuk keluar.
Rosella berteriak keras mencekam Sisi tempat tidur dengan erat.
melihat kepala bayi yang terlihat di permukaannya perlahan dokter segera menariknya keluar di selingi dengan dorongan Rosella, mereka membalutkan kain pada tubuh bayi yang baru saja keluar, memotong tali pusar bayi meletakkan ya perlahan di atas tubuh Rosella.
Rosella yang terengah-engah dengan lemah, mencoba sisa tenaganya untuk memeluk bayinya dengan tubuh yang gemetaran dan kesakitan.
Robert dengan cepat menyerahkan bayi yang ada di tangannya kepada suster yang sedang berjaga, lalu segera memeluk Rosella.
Rosella yang merasakan pelukan Robert segera menangis pelan membalas pelukan hangat itu, suara bayi yang Masi menangis bergema di ruangan bercampur dengan tangisan terharu mereka.
suster yang lainnya pun mendekat perlahan, “nona, saya akan memeriksa kesehatan bayi, sekarang, tolong berikan pada saya.” gumamnya meminta izin.
Rosella yang mendengar itu mengangguk perlahan melepaskan pelukan Robert menyerahkan bayi itu kepada suster.
suster segera menggendong bayi dan berjalan keluar ruangan bersama suster lainnya yang sedang mengendong bayi juga.
Robert mengelus-elus ujung kepala Rosella dengan tersenyum, dengan tangan lainnya menggenggam tangan Rosella yang hangat dengan erat.
tangan mereka saling menyatu saat dokter mulai menjahit kemaluan Rosella yang robek setelah ia melahirkan.
Rosella yang tersentak segera berteriak mencekam tangan Robert dengan sangat erat hingga terlihat terluka, tubuhnya menggeliat pelan akibat rasa sakit yang dirasakannya.
Robert yang melihat Rosella kesakitan hatinya tidak tega, ia terus mengelus ujung kepala Rosella dengan lembut seolah ingin menenangkannya.
“sayang aku di sini bertahan la sedikit lagi, setelah itu kita bisa melihat anak-anak kita yang cantik kan.” bisik Robert dengan suara yang pelan saat ia mencium pucuk kepala Rosella.
Rosella yang terus merintih kesakitan menggigit bibirnya perlahan berusaha untuk menahan itu.
Robert yang melihat wajah Rosella saat berusaha menahan rasa sakit itu dia merasa sangat terpukul, terus mencium pucuk kepala Rosella berkali-kali membisikkan kata-kata penenang di sana.
dokter terus melakukan perawatan terhadap Rosella dengan keahlian mereka.
setelah beberapa saat para dokter menyelesaikan jahitan itu memberi beberapa pendingin di permukaan tubuh Rosella yang terluka lalu meresepkan obat-obatan untuk Rosella saat berbicara dengan Robert.
Rosella yang terbaring dengan kelelahan dengan mata setengah terbuka hanya bisa terdiam di tempatnya.
Robert yang terus berbicara dengan dokter beberapa kali menoleh untuk melihat kondisi Rosella.
segera para dokter bersiap-siap untuk pergi meninggalkan ruangan.
Robert berjalan menuju Rosella yang terbaring di ranjang, menatap Rosella yang sudah sangat kelelahan, Robert membungkuk perlahan Duduk di sisi tempat tidur memegangi tangan Rosella sambil mengelus-elus telapak tangannya yang dingin.
“sayang beristirahatlah aku di sini, aku akan memeriksa putri kita nanti, mereka pasti aman jangan khawatir.” bisik Robert dengan lembut terus membelai telapak tangan istrinya.
Rosella yang mendengar perkataan Robert mengangguk perlahan ia pun menutup matanya.
Robert yang melihat Rosella akan tertidur hanya bisa tersenyum lembut menunggu beberapa saat untuk lebih memastikan keadaannya.
setelah beberapa menit berlalu, Robert hanya terus memandanginya wajah istrinya yang tertidur pulas, terlihat Sangat damai setelah kejadian tadi ia pun melepaskan tangan Rosella perlahan menarik selimut untuk menutupi tubuh Rosella, memastikan semuanya beres, Robert berbalik berjalan meninggalkan ruangan.
Robert melangkah dengan hati yang penuh haru menuju ruangan di mana putrinya berada, Setiap langkahnya dipenuhi dengan rasa tak sabar dan kebahagiaan yang meluap-luap di hatinya, Tiba-tiba di tengah perjalanan Robert bertemu dengan temannya, yang tidak lain ingin mengunjunginya dia dengan Rosella
“Robert, selamat atas kelahiran putrimu, Setelah penantian yang lama, akhirnya keluarga kalian lengkap sudah.” Dia tersenyum sambil memeluk Robert dengan ringan menepuk-nepuk punggungnya dengan beberapa kali.
Robert tersenyum membalas pelukan temannya itu.
“Terima kasih telah mengunjungi aku dan Rosella, Bagaimana kabarmu, Kevin?” tanya Robert sambil melepaskan pelukan itu perlahan.
“Aku baik-baik saja, Robert. Kau tahu, di wilayahku akan ada pesta tahunan, Aku harap kau datang dan memperkenalkan bayimu yang cantik kepada bangsawan lainnya, Aku akan mempersiapkan pesta yang meriah untuk menyambut kalian.” katanya dengan tersenyum lebar.
Robert yang mendengar itu segera menganggukkan kepalanya.
“Tentu saja aku akan datang, Kevin. Terima kasih telah mengundangku sekaligus menyediakan pesta itu untuk menyambut anak kami. Kau memang teman yang terbaik." balas Robert dengan tertawa ringan.
“Tidak masalah, Robert. Aku sudah menganggap mu sebagai saudaraku sendiri, Oh ya, Robert, apa kau ingin melihat putrimu di ruang bayi? Aku akan menemanimu. Aku juga ingin melihat putrimu yang cantik,” ucapnya dengan antusias.
Robert yang mendengar itu mengangguk kepalanya lalu berjalan terlebih dahulu dari Kevin.
“Tentu saja, aku sudah tidak sabar melihat putriku. Mari kita pergi bersama-sama Kevin.