NovelToon NovelToon
Bahu Bakoh

Bahu Bakoh

Status: tamat
Genre:Tamat / Romansa
Popularitas:3M
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Sebuah cerita perjuangan hidup seorang ayah yang tinggal berdua dengan putrinya. Meski datang berbagai cobaan, selalu kekurangan, dan keadaan ekonomi yang jauh dari kata cukup, tapi keduanya saling menguatkan.

Mereka berusaha bangkit dari keadaan yang tidak baik-baik saja. Ejekan dan gunjingan kerap kali mereka dapatkan.

Apakah mereka bisa bertahan dengan semua ujian? Atau menyerah adalah kata terakhir yang akan diucapkan?
Temukan jawabannya di sini.

❤️ POKOKNYA JANGAN PLAGIAT GAESS, DOSA! MEMBAJAK KARYA ORANG LAIN ITU KRIMINAL LHO! SESUATU YANG DICIPTAKAN SENDIRI DAN DISUKAI ORANG MESKI BEBERAPA BIJI KEDELAI YANG MEMFAVORITKAN, ITU JAUH LEBIH BAIK DARI PADA KARYA JUTAAN FOLLOWER TAPI HASIL JIPLAKAN!❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3. Ingatan Tentang Nur

Pak Teguh. Dia bukan lelaki tua berambut putih seperti yang dibayangkan. Usianya saja baru tiga puluh dua tahun. Menikah di usia muda, waktu itu pak Teguh nekat menikahi ibu Ayu yang bernama Nur tanpa persiapan ekonomi yang matang sebelumnya.

Nur gadis cantik yang rajin. Setelah tamat pendidikan menengah pertama, Nur dengan ijin orang tuanya merantau ke kota Jakarta. Kota seribu impian. Kota yang mempertemukannya dengan Teguh. Lelaki yang lantas menjadi suaminya.

Sama-sama orang perantauan, hanya bermodal nekat yang mereka punya setelah berpacaran hampir dua tahun, mereka putuskan untuk menikah. Restu turun begitu mudah dari orang tua Nur waktu itu. Mereka tak memandang harta atau pemikiran 'kamu punya apa?' saat Teguh meminta ijin mempersunting Nur.

Di desa mereka, gadis seusia Nur rata-rata sudah memiliki momongan. Itulah alasan utama orang tua Nur dengan mudah menerima lamaran Teguh untuk putrinya. Mereka takut Nur jadi perawan tua. Sebenarnya banyak yang ingin menjadikan Nur pendamping hidup tapi, pilihan Nur jatuh pada Teguh. Pemuda yang mengambil hatinya sejak pertama kali tatapan mata mereka bertemu.

Singkatnya Teguh dan Nur menjalani biduk rumah tangga dengan bahagia. Mereka berdua tinggal di rumah kecil yang dibangun di sepetak tanah pemberian orang tua Teguh untuk dirinya dan juga istrinya.

Tak lagi merantau, Teguh memutuskan bekerja sebagai tukang becak di kampungnya. Nur membantu ekonomi keluarga mereka dengan berjualan nasi bungkus di sekitar area pasar. Tidak memiliki kios sendiri membuat Nur sering berpindah-pindah saat berjualan.

"Mas, ini kopinya." Nur menaruh secangkir kopi tanpa gula di meja. Teguh meminta Nur duduk di sampingnya.

"Dek, kamu enggak usah jualan lagi ya." Ucap Teguh.

"Kenapa mas?"

"Kandungan mu udah menginjak tujuh bulan. Kalau kamu terus bekerja seperti itu pasti capek. Apalagi bolak-balik dari rumah ke pasar... Udah biar aku aja yang kerja."

Nur, meski usianya menikah dibilang masih remaja, delapan belas tahun. Tapi, cara pikirnya tidak kekanak-kanakan. Dia bisa memposisikan diri dengan baik sebagai seorang istri.

"Kan aku berangkat pulang pergi diantar mas. Tak perlu khawatir mas, kalau berdiam diri di rumah malah bikin aku bingung mas. Mending jualan, itung-itung bisa menambah tabungan kita buat persalinan nanti. Ya kan?" Senyum itu begitu tulus.

"Maafin aku dek, aku merasa gagal menjadi imam untukmu. Membiarkan mu banting tulang dalam kondisi seperti ini, belum bisa mencukupi mu dan calon anak kita." Hampir jatuh air mata Teguh saat Nur mengusap punggung tangannya.

Dan pembicaraan berakhir dengan bunyi jangkrik yang memecah kesunyian malam.

Hari berganti bulan, tiba saatnya Nur melahirkan. Perutnya terasa sakit, di punggung juga demikian adanya. Rasa sakit itu menjalar. Membuat butiran keringat muncul di keningnya. Wajahnya memucat.

Teguh yang mengetahui jika istrinya akan melahirkan segera menyiapkan keperluan bayi dan beberapa kain serta baju ganti Nur yang dia masukan dalam tas. Cemas, dia memapah istrinya ke dalam becak menuju rumah bidan setempat. Teguh mengayuh becak di tengah guyuran hujan dengan jarak berkilo-kilo meter. Baginya tak apa, dia hanya ingin lekas sampai di rumah bidan desa.

"Pak, sebaiknya istri bapak di bawa ke rumah sakit. Tensi istri bapak tinggi, tekanan darah yang tinggi saat melahirkan sangat berisiko memutuskan plasenta dari uterus dengan cara yang tidak semestinya. Ini bisa memicu pendarahan hebat saat persalinan. Dan sangat berbahaya. Bahkan bisa menyebabkan kematian ibu dan janin. Di sini tidak ada peralatan medis yang memadai pak."

Penjelasan dari bidan membuat Teguh limbung.

"Saya bantu transportasi ke rumah sakit ya pak. Pak Teguh terus dampingi istrinya. Buat dia tetap tenang, biar tekanan darahnya tidak semakin naik."

Sekali lagi anggukkan cepat Teguh yang menjawab keterangan bu bidan.

Sampai di rumah sakit, Nur langsung mendapat penanganan. Teguh menemani Nur di ruang bersalin. Tangan mereka terus bertaut, berharap semua akan baik-baik saja. Dalam hati, Teguh tak henti berdoa agar istrinya kuat dan proses persalinan berjalan lancar.

Tak perlu operasi karena setibanya di rumah sakit, Nur sudah pembukaan delapan. Yang diharapkan terkabul, Nur dan putri kecilnya selamat. Saat dilahirkan, bayi mungil itu menangis dengan kencangnya seakan memberi tahu pada siapapun yang ada di ruangan bersalin kalau dia sangat sehat.

Setelah menemani Nur di proses persalinan, Teguh di panggil pihak administrasi rumah sakit untuk melengkapi data pasien dan proses pembayaran. Teguh di buat kelimpungan di sini. Uang yang dia bawa ternyata kurang. Apalagi Nur juga masih harus di rawat beberapa hari ke depan untuk memulihkan kondisinya. Dalam kesulitan seperti itu, Teguh masih bisa bersyukur karena anak dan istrinya selamat.

"Dek.. Aku tinggal pulang sebentar ya. Nanti emak sama bapak biar ke sini nemani kamu." Teguh mencium kening Nur. Nur mengiyakan.

Dengan berbagai pertimbangan, Teguh meminjam uang kepada bu Saodah. Orang paling kaya di desanya. Meski Teguh juga harus mendengar rentetan ocehan terlebih dahulu dari bu Saodah sebelum dia menerima uang dari sang juragan.

"Makanya kalau miskin itu jangan sakit! Orang miskin di larang sakit! Biaya berobat mahal, baik-baik jaga kesehatan! Punya anak jangan banyak-banyak. Pusing sendiri nanti kamu. Baru lahir butuh duit, gedein anak butuh duit! Minta jajan lah, biaya sekolah lah, belum lagi kalau nanti sakit.. Hedeeeeh! Ini lima juta aja! Dikasih banyak-banyak takut kamu enggak bisa balikin nanti!"

Dan masih panjang lagi ceramah yang bu Saodah berikan pada Teguh. Teguh hanya bisa diam menunduk dan berterimakasih setelah bu Saodah mau memberi pinjaman padanya. Tak peduli dengan harga diri atau apa namanya yang terus direndahkan bu Saodah, baginya bisa melunasi biaya rumah sakit dan melihat anak istrinya dalam keadaan sehat walafiat sudah suatu yang patut dia syukuri.

Empat hari di rawat, akhirnya Nur beserta bayi mungilnya diperbolehkan pulang. Rasanya Teguh benar-benar senang saat ini. Berkali-kali lelaki itu mengucap syukur atas kepulangan Nur kembali ke rumah.

Dua tahun telah berlalu, Nur dan Teguh menjadi orang tua untuk putri kecil mereka. Semua berjalan sebagai mana mestinya. Teguh bekerja, Nur di rumah mengurus anaknya yang diberi nama Diah Ayu dan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya tanpa perlu bekerja lagi. Teguh bekerja lebih keras untuk bisa membahagiakan keluarga kecilnya.

"Ayu mirip banget sama kamu dek.. Imut, lucu apalagi kalau senyum gitu. Mirip banget. Udah kayak duplikat kamu." Kata Teguh sambil menimang Ayu dalam dekapannya.

"Semoga kita diberi umur panjang agar bisa membesarkan Ayu menjadi anak sholehah yang takut pada Tuhan ya mas." Permohonan sederhana yang terucap dari wanita sederhana.

"Aamiin ya Rabbal Al-Amin."

Nur hendak ke dapur tapi tiba-tiba pandangannya kabur. Selangkah kemudian dia hampir tumbang. Untung saja dia bisa berpegangan pada tiang di sana. Teguh melihat ketidakberesan pada Nur bergegas datang menghampiri istrinya.

"Kenapa dek? Ayo duduk dulu.." Masih dengan menggendong Ayu di tangannya, Teguh membantu Nur berjalan perlahan menuju kursi dekat mereka berbincang tadi.

Teguh mengambilkan segelas air, membantu Nur untuk meminumnya. Mengoleskan minyak kayu putih pada tengkuk dan pelipis Nur. Teguh bisa melihat wajah Nur tampak pucat pasi.

"Apanya yang sakit? Kita ke puskesmas ya dek." Ajak Teguh cemas.

"Enggak apa-apa mas, tadi cuma pusing." Tangannya mencengkeram keras ujung bajunya.

Antara yang diucapkan dan dirasakan berbeda. Saat ini Nur merasakan sakit teramat sangat pada kepala dan seluruh persendiannya. Pandangannya saja masih kabur. Tapi demi menenangkan suaminya, dia berkata demikian.

Teguh duduk jongkok di hadapan Nur setelah menidurkan Ayu. Perasaannya sungguh tidak enak. "Aku antar ke puskesmas aja yuk dek, kamu pucet banget."

Nur menggeleng pelan. Dirasakan sakit di kepalanya berangsur-angsur menghilang. "Aku enggak apa-apa mas.." Diulang kembali kalimat itu.

1
Nik momRiz&Ga
nyebelin nyuyok,,, 😁😁😁
Nik momRiz&Ga
thor km bener2 the best,,,
Nik momRiz&Ga
thor,,, cerita apa sih ini? knp bawang nya banyak bget,,, 😭
Nik momRiz&Ga
🥺🥺
Nik momRiz&Ga
😢🥺😢🥺,, ayu,,,
Irma Minul
Luar biasa
Diana Puji Astuti
sediihhh
Diana Puji Astuti
wkwkwk... othor
Diana Puji Astuti
wkwkwk...othor
Diana Puji Astuti
ceritanya bagus banget Thor...
Diana Puji Astuti
keren
Diana Puji Astuti: bagus banget ceritanya Thor..Dr awal mewek bacanya...mesem baca Komen othor..mewek lg...
total 1 replies
Dy
Luar biasa
Arista Putri
Luar biasa
Basriaty Ny Syahril Ginting
😭😭😭😭😭
Sativa Kyu
👍👍👍
Phoenix
mau mencet 5 bintang..tapi pas jari nggak sengaja nyentuh di tengah yang kuning bs 2 atau 3 atau 4 dan tidak bisa dikoreksi lagi jd 5..
mgkn noveltoon bs memperbaiki ini..
Dfe: Sudah saya hapus. Silahkan lanjutkan membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak di karya saya. Terimakasih 🙏
total 1 replies
Awin Sandika
Wah cukuplah 5 tahun 6 bulan tapi itu disertai sangsi sosial bukan hnya dikurung biasa
Awin Sandika
jadi teringat almarhum istriku
Zha Fian
cerita nya bagus banget... gaya penulisan nya juga rapi daan bener² enak dibaca...
Zha Fian
setuju ga sih kalo pelaku pembullyan di hukum seumur hiduo ato hukuman mati?? krna efek dari perbuatan nya itu dialami korban seumur hidup lho... bahkan ada yg sampe bunuh diri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!