Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Tidak Punya Pilihan
Alina sampai tidak bisa berkata-kata saat bertemu dengan teman 1 sekolahnya.
Alina yang tidak mengatakan apa-apa lagi langsung pergi dari hadapan Fiony. Tetapi Alina masih menoleh ke belakang yang melihat Fiony menawarkan browser tersebut.
"Benar! dunia ini memang berputar. Akhir-akhir ini aku selalu dipertemukan dengan orang-orang yang pernah menjadi masa lalu ada yang semua tidak sesuai dengan ekspektasi yang mana sama saja seperti apa yang aku lihat hari ini. Sungguh tidak percaya jika Fiony sekarang menjadi sales dan dia bahkan tidak mengenaliku," batin Alina dengan geleng-geleng kepala.
Alina yang tidak memikirkan apa-apa lagi langsung meninggalkan tempat itu. Cukup kaget dengan ketemuan dengan orang yang telah membullynya dan sungguh hal itu benar-benar tidak di duga.
****
Pagi ini mobil Alina yang berhenti di lokasi syuting. Alina yang keluar dari mobil dengan membawa keranjang buah dan juga buket bunga.
"Aku tidak percaya jika harus disuruh datang ke tempat ini dan meminta maaf kepadanya secara langsung!" kesal Alina dengan mulutnya yang terus mengoceh.
Pasti tujuan Alina untuk datang menemui Fathan. Alina yang kembali mendapatkan ocehan dari Monica dan Monica menyarankan Alina meminta maaf agar kontrak berjalan dengan lancar. Karena Monica sudah tidak tahu harus menggunakan aktris siapa.
Alina seperti biasa akan menolak, tetapi di sana yang artinya ada sesuatu yang dilakukan Monica atau memberikan ancaman yang membuat Alina menurut permintaan Monica.
Sebelumnya Monica sudah menelpon Manager Fathan untuk meminta maaf secara langsung. Tetapi ternyata Manager Fathan menyarankan untuk meminta langsung kepada Fathan dan dari itu Alina diperintahkan langsung untuk datang ke lokasi syuting yang sudah dipastikan Fathan ada di sana.
"Ini benar-benar sangat memuakkan!" umpat Alina dengan kesal yang melangkah dengan sangat terpaksa.
Saat berada di lokasi syuting kepala Alina berkeliling mencari orang yang ingin dia temui matanya berhenti pada sosok yang duduk di salahku satu kursi yang juga terdapat payung sebagai pelindung dari cahaya matahari. Laki-laki tampan itu yang tak lain adalah Fathan yang memang sedang beristirahat.
Huhhhh.
Alina menghela nafas dan langsung melangkah menghampiri Fathan.
"Hmmmm!!!!!"
Fathan yang santai tertidur tiba-tiba membuka mata dengan dan menoleh ke samping yang ternyata sudah ada Alina yang cukup membuatnya kaget.
Fathan menegakan posisi duduknya yang melihat Alina yang datang dengan membawa bunga dan keranjang buah. Alina jadi mengingat apa yang di katakan Managernya kemarin.
"Maaf aku mengganggu!" ucap Alina dengan nada datar.
"Kau bicara padaku?" tanya Fathan.
"Jika tidak denganmu lalu dengan siapa lagi?" Alina balik bertanya dengan ketus.
"Baiklah! Kalau begitu ada apa?" tanya Fathan yang juga memperlihatkan wajah datar dan sedikit cuek.
"Aku datang kemari ingin meminta maaf atas kejadian tadi malam dan sebagai tanda permintaan Maaf ku. Aku memberikan ini kepadamu!" Alina yang langsung to the point memberikan apa yang dia bawa.
Cih.
Fathan mendengus kasar ke samping yang seperti mengejek Alina. Reaksi Fathan seperti itu membuat Aruna bingung.
"Apa yang lucu?" tanya Alina heran.
"Ternyata memang seperti ini sutradara dari produksi Picture. Melakukan kesalahan dengan mudah dan meminta maaf juga dengan mudah," ucap Fathan dengan nada mengejek.
Alina tidak menanggapi apapun yang dikatakan Fathan.
"Apa permintaan maafmu juga ingin kembali mengajakku untuk bekerjasama dalam film mu?" tanya Fathan memastikan dengan alis yang bertautan.
"Jujur saja aku sama sekali tidak ingin kau berada dalam film ini. Tetapi, aku harus melakukan ini dari pada aku kehilangan pekerjaanku," jawaban itu hanya diucapkan di dalam hati Alina.
Alina memang mendapatkan ancaman dari atasannya. Monica yang merasa Alina sangat keterlaluan dan Monica tidak bisa diam-diam saja yang justru akan merugikan perusahaan produksi entertainment yang dia miliki.
"Apa kau mendadak bisu?" tanya Fathan yang menunggu jawaban sejak tadi.
"Iya. Kedatanganku selain meminta maaf kepadamu, Aku juga ingin kita kembali meeting dan menyelesaikan semua tanda tangan kontrak," jawab Alina dengan singkat.
Dia benar-benar harus merendah di depan Fathan Semua yang dia lakukan lagi-lagi hanya demi pekerjaan.
"Boni!" panggil Fathan.
Wanita jadi-jadian tiba-tiba datang yang sedang kipas-kipas pada wajahnya. Boni berjenis kelamin laki-laki tetapi kelakuannya seperti wanita yang berjalan lenggak-lenggok dengan memakai syal berwarna pink di lehernya.
"Iya bos ganteng," saut pria itu yang sudah dipastikan Boni.
"Kau antar bunga itu ke dalam mobil!" titah Fathan.
"Baik bos, lain kali jangan memberikan izin fans untuk bertemu secara langsung seperti ini," ucap Boni memberi saran.
"What fans," batin Alina dengan dahi mengkerut.
Sementara Fathan hanya tersenyum tipis.
"Nona, hadiahmu sudah kami terima dan sekarang kamu boleh pergi dari sini!" titah Boni dengan nada kemayu yang begitu manja.
"Aku bukan fans. Aku sutradara!" tegas Alina menekankan.
Pria itu langsung melihat penampilan Alina dari bawah sampai atas yang meneliti apakah benar wanita seperti itu sutradara atau tidak. Asisten dari Fathan sepertinya tidak percaya.
"Matamu heh!" Alina terlihat kesal mendapatkan tatapan seperti itu.
"Jangan ngaku-ngaku sutradara jika hanya ingin bertemu idolanya!" julid Boni.
"Aku tidak mengidolakan dia!" tegas Alina dengan penuh penekanan meladeni Boni.
"Semua orang juga mengatakan hal itu demi bertemu dengan idola mereka," sahut Boni.
"Kau..." kesal Alina.
"Sudahlah Boni kau sekarang pergilah antar bunga itu ke mobil," titah Fathan.
"Baik tuan," sahut Boni dengan mengangguk dan langsung pergi.
Fathan menoleh ke arah Alina yang terlihat begitu kesal.
"Baiklah! Aku adalah tipe laki-laki yang tidak suka mempersulit suatu hal. Kau bisa hubungi Managerku dan bertanya kapan jadwal untuk penandatanganan kontrak kembali," ucap Fathan yang setuju begitu saja tanpa memberatkan Alina.
"Jadi kau setuju kembali mengambil film ini?" tanya Alina memastikan.
"Apa kau ragu jika aku yang menjadi pemeran dalam film ini?" Fathan menimpali pertanyaan Aruna.
"Aku hanya ingin filmku sukses," jawab Alina.
"Dan aku tidak pernah gagal membintangi film manapun," Fathan yang tidak kalah menyombongkan diri.
"Jadi jika kita bekerjasama dengan baik antara sutradara dan pemain, aku rasa itu yang akan membuat film ini sukses. Bagaimana pemain bisa mempercayai sutradaranya dan sutradara bisa memberikan kepercayaan kepada pemain. Jadi semua akan dikemas menjadi film yang baik!" ucapnya dengan kata-kata filosofi.
"Baguslah kalau begitu," sahut Alina antara senang atau tidak dan juga masa bodoh dengan semua yang dikatakan Fathan.
"Baiklah! kalau begitu aku pergi!" Alina yang tidak basa-basi lagi dan langsung pergi begitu saja.
"Bahkan tidak mengucapkan terima kasih sama sekali," gumam Fathan tersenyum miring yang geleng-geleng kepala.
Alina kembali memasuki mobilnya dan raut wajahnya terlihat masih sangat begitu kesal.
"Aku tidak percaya dipercepat dalam situasi ini. Dia ternyata menerima film ini dan sementara aku tidak punya pilihan lain. Aku bahkan sudah berusaha agar dia menolak film dan justru bekerja lebih menjadi taruhan," ucap Aruna menghela pasrah.
"Sudahlah Alina, ada sebaiknya dijalankan secara profesional dan lagi pula dia kembali karena tidak mengenalinya dan semua yang terjadi hanya masa lalu," ucapnya yang berusaha untuk tenang karena situasi yang dihadapi sekarang sangat sulit dan hanya ketenangan yang bisa menyelesaikannya.
Bersambung......