Bagaimana rasanya ditinggal suami saat sedang mengandung demi menikahi perempuan lain, apalagi kakaknya sendiri ? inilah cerita shanaya yang mencoba menyelesaikan masalalunya demi kebahagiaanya kedepan bersama kedua anak kembarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risss___, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Pov Hakim
Hakim sudah sampai di Bandara Internasional Syamsuddin Noor tepat jam 3 siang hari ini, ia langsung menuju ke Rumah Shanaya.
Saat sampai disana pintu masih tertutup, sepertinya mereka belum pulang. Dipandanginya rumah dihadapanya ini, ia tiba-tiba teringat saat-saat dia meninggalkan Shanaya di rumah ini empat tahun yang lalu. Sungguh setan saat itu sedang mempengaruhinya, dia begitu tega meninggalkan Shanaya sendirian dalam keadaan mengandung apalagi hanya meninggalkan uang yang tak seberapa.
Meski begitu dia tak pernah menyesali perbuatanya dulu, setidaknya dia mengabulkan keinginan terakhir Ayana dan berada disampingnya disaat-saat terakhir sebelum meninggalkan dunia ini. Hatinya pun lega melihat keadaan Shanaya yang baik-baik saja apalagi dengan anak-anak yang tumbuh sehat. Rasa bahagia tak bisa dia pungkiri, ternyata Shanaya melahirkan anak kembar yang banyak mewarisi gen-nya.
Noval menunggu sampai Jam lima. Sampai dia mendapati mobil berhenti didepan rumah, lalu keuar wanita paru bayah yang menggandeng Abi dan Ana
“Papaaa!!” Teriak Ana berlari ke arahnya di ikuti Abi dibelakangnya
Hakim langsung memeluk Ana dan Abi
“Kakak sama adek baru pulang sekolah ya?” Tanhya Hakim
“Iya Pa. Teruss kita jalan-jalan sama Oma” jawab Abi sambil menatap Ibu Iren
Hakim juga ikut menoleh menatap Ibu Iren, yang menatapnya dengan pandangan bertanya. Hakim yang melihatnya langsung memperkenalkan diri
“Saya Hakim Bu. Suaminya Shanaya sekaligus Papanya Abi sama Ana” Ucap Hakim
Ibu Iren menatap Hakim, meneliti penampilan suami Shanaya itu dari kepala sampai kaki.
“Owh ini suaminya Shanaya. cihh sekarang baru jengukin anak-anaknya, dulu kemana aja. Kalau dilia-liat gantengan juga anak aku kemana-mana”ucap ibu Iren dalam hati
“Owh iya-iya. Saya ibunya Noval” Ucap Ibu Iren mencoba tersenyum, walau didalam hatinya memaki Hakim habis-habisan
“Jadi ini Ibunya Noval, sebenarnya sejauh apa hubungan mereka sampai-sampai ibunya saja sudah seakrab ini dengan sikembar”ucap Hakim bertanya dalam hatinya
“Maaf bu? Shanaya nya kemana ya? Inikan sudah jamnya pulang kerja?” tanya Hakim kepada Ibu Iren
“Owh Shanaya lagi ada rapat hari ini jadi pulangnya agak larut malam, makanya saya yang jagain sikemabar” Jawab ibu Iren
“Terima kasih banyak ya Bu, udah jagain Abi sama Ana” Ucap Hakim
“Sekarang biar saya yang jagain Bu, Sekali lagi terima kasih karna sudah jagain anak-anak saya bu” lanjut Hakim merasa tak enak
“Ngak papa, saya memang sering jagain Sikembar kalau Shanaya lagi lembur. kalau gitu saya pulang dulu, kalau mereka rewel kamu bisa panggil saya, rumah saya di sebelah sana. Tiga rumah dari sini. Ini kunci rumah, kalau anak-anak mau makan ada Naget di kulkas tinggal di goreng” Ucap Ibu Iren sambil menyerahkan kunci rumah ditangan Hakim
“Abi sama Ana jangan nakal ya, Sebentar lagi Ayah sama Bunda akan pulang. Oma juga mau pulang dulu” Ucapnya menasehati sikembar
Sengaja menyelipkan kata Ayah dan Bunda, biar laki-laki dihadapanya ini tau kalau yang cocok jadi suaminya Shanaya itu Noval
“Iya Oma” Jawab Abi dan Ana bersamaan
“Kalau gitu saya permisi dulu ya” Ucap Ibu Iren pada Hakim
“Iya Bu” jawab Hakim
Ibu Iren berlalu dari hadapan mereka dan menaiki mobil yang dikendarainya tadi
Hakim menatap kepergian Ibu dari Noval itu. Satu lagi fakta yang dia ketehui, ternyata Noval dan Shanaya bertetangga. pantas saja anak-anak sangat akrab dengan Noval dan Ibunya
Setela mobil melaju. Hakim langsung menuntun anak-anak untuk masuk ke dalam rumah dengan kunci yang sempat diberikan oleh Ibu Iren, ditatapnya rumah yang ditinggalkanya empat tahun lalu, masih sama tidak ada yang berubah.
Abi lalu membantu sikembar mandi dan mengganti pakaianya, lalu membuatkan makanan untuk. Setelah makan mereka menonton TV sambil menunggu Shanaya pulang. Saat sibuk menonton tayangan kartun dihadapanya, Hakim menoleh ke samping ternyata anak-anaknya sudah tidur. Dia langsung mengangkat mereka satu persatu kekamarnya, setelah itu dia menutup pintu.
Dia melangkah kaki keruang tamu menatap foto-foto yang disusun rapi didinding. Ada foto Abi dan Ana saat masih bayi, lalu memasuki usia delapan bulan, adajuga foto saat mereka ditaman bermain bersama Shanaya kira-k-ra umurnya sudah menginjak satu tahun.
Tanpa terasa Air matanya menetes melihat foto-foto itu. Anak-anaknya benar-benar tumbuh tanpa kasih sayangnya, diaman seharusnya dialah orang pertama yang melihatnya lahir didunia tapi dengan teganya dia meninggalkan mereka bahkan saat masih dalam kandungan. Nyatanya dia tak ada dalam momen bahagia itu, dia tak ada saat sikembar belajar merangkak, berjalan, dan belajar berbicara. Rasanya tak heran mengapa sikembar jauh lebih dengan Noval daripada dirinya yang notabenya adalah Ayah kandung mereka.
Puas menatap foto-foto sikembar, Dia kemuudian melangkah keluar rumah. namun tak ada tanda-tanda kedatangan Shanay, padahal sudah jam 10 malam. Dia meutuskan menunggu Shanaya di teras rumah sambil mengecek tugas Mahasiswa yang dikirim lewat email.
Saat jam menunjukkan pukul seblas malam mobil Noval berhenti di sebrang jalan. Sepertinya mereka sudah pulang. Saat pintu terbuka dia melihat Shanaya yang sepertinya akan turun dari mobil. Namun tiba-tiba dia menoleh dann......
NOVAL MENCIUM BIBIR ISTRINKU
Dia tidak salah lihat, walaupun pencahayaan kurang dan jaraknya cukup jauh. dia dapat melihat dengan jelas Noval mencium bibir Shanaya
Matanya membola melihat itu, kepalanya tiba-tiba menjadi panas. Apa-apan mereka ini!!, Hakim langsung berdiri dan menatap mereka dengan tatapan tajam dan tangan yang terkepal kuat.