NovelToon NovelToon
KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Akademi Sihir / Light Novel
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: NAJIL

Menceritakan perjalanan raja iblis tak terkalahkan yang dulu pernah mengguncang kestabilan tiga alam serta membuat porak-poranda Kekaisaran Surgawi, namun setelah di segel oleh semesta dan mengetahui siapa dia sebenarnya perlahan sosoknya nya menjadi lebih baik. Setelah itu dia membuat Negara di mana semua ras dapat hidup berdampingan dan di cintai rakyat nya.

Selain raja iblis, cerita juga menceritakan perjuangan sosok Ethan Valkrey, pemuda 19 tahun sekaligus pangeran kerajaan Havana yang terlahir tanpa skill namun sangat bijaksana serta jenius, hidup dengan perlakukan berbeda dari ayahnya dan di anggap anak gagal. Meskipun begitu tekadnya untuk menjadi pahlawan terhebat sepanjang masa tak pernah hilang, hingga pada akhirnya dia berhasil membangkitkan skill nya, skill paling mengerikan yang pernah di miliki entitas langit dengan kultivasi tingkat tertinggi.

Keduanya lalu di pertemukan dan sejak saat itu hubungan antara bangsa iblis dan ras dunia semakin damai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAJIL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Enzo bangkit dari duduknya dan mengalihkan pandangan ke ladang yang kini hancur berantakan akibat pertempuran. Tanahnya hangus, pepohonan tumbang, dan kehancuran ada di mana-mana. Ia terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang. Menyalahkan keadaan tidak akan memperbaiki apa pun.

“Hei, kau... Daripada tidak ngapa-ngapain bisa bantu aku menata ini,” panggil Enzo, suaranya tegas namun tidak kasar. “Ini semua akibat temanmu yang ceroboh itu. Lihatlah, kebun ku sampai jadi seperti ini.” Sambil berbicara, ia memasukkan kedua pedang hitamnya ke dalam gumpalan asap hitam yang perlahan memudar.

Sang kurcaci mengangguk gugup. “Baiklah, aku dengan senang hati akan membantumu. Terima kasih karena telah mengampuni kami sebelumnya,” ucapnya masi penuh ketakutan, meski nada suaranya terdengar tulus.

"Sudah ku bilang santai saja. Lagipula, ini hanya kesalahpahaman. Aku tidak ingin menciptakan masalah. Justru masalahlah yang tiba-tiba muncul di depanku, seperti kau dan teman kadalmu itu,” ujarnya dengan nada datar, sambil mulai memperbaiki kebun yang hancur.

Sang kurcaci bergegas membantu, meski pikirannya terus melayang. Ia tertegun dengan sikap Enzo. Sosok iblis ini benar-benar berbeda dari semua iblis yang pernah ia lawan dan temui. Ucapannya lembut, tidak kasar, dan bahkan terasa rendah hati.

Sesekali, kurcaci itu mencuri pandang ke arah Enzo. Memastikan kembali, tatapannya tidak lagi dipenuhi rasa takut, melainkan kekaguman. Dia melihat Enzo begitu telaten menata kembali tanaman-tanaman yang hangus terbakar. Cara Enzo merawat kebun itu seolah menunjukkan betapa pentingnya tempat itu baginya—mungkin lebih dari sekadar kebun biasa.

Mereka berdua semakin tenggelam dalam obrolan yang penuh kehangatan. Pandangan sang kurcaci terhadap Enzo kini berubah total—tak lagi ada ketakutan, keraguan, atau rasa gentar yang sempat membekap dirinya.

Perlahan namun pasti, ia mulai merasa nyaman berbicara lama dengan pemuda bertanduk itu. Bukan lagi dengan suara terbata-bata atau hati yang penuh kehati-hatian, melainkan dengan keyakinan tulus bahwa Enzo bukanlah iblis berbahaya seperti yang ia bayangkan sebelumnya.

Di dunia tempat mereka hidup, anggapan bahwa iblis adalah perusak sudah mendarah daging. Maka, apa yang dilakukan sang kurcaci—perlahan membuka dirinya—adalah hal yang tak biasa.

Namun di balik itu, ada keberanian besar yang memutus rantai ketakutan. Sebuah keberanian untuk melihat Enzo bukan dari wujudnya, melainkan dari isi hatinya.

Obrolan mereka terus mengalir, tak sekadar obrolan ringan, tetapi juga diselingi tawa hangat yang perlahan menghapus jarak di antara mereka. Rasa tegang yang semula membayangi pertemuan ini kini menghilang, tersapu oleh suasana obrolan yang murni. Dalam canda dan tawa itu, keduanya seakan melupakan perbedaan yang selama ini menjadi jurang.

Kurcaci itu, ternyata, adalah seorang koki ulung dengan kemampuan memasak yang luar biasa. Ia tak hanya ahli mengolah makanan, tetapi juga memiliki bakat istimewa dalam mengenali kualitas bahan baku hanya dari bentuk dan pola permukaannya. Sebuah keahlian yang, tanpa diragukan lagi, membuatnya menjadi sosok koki yang hebat.

Mendengar cerita itu, Enzo terkejut, bahkan terpesona. “Aku tidak hanya mendapatkan bantuan,” pikirnya, “tapi juga ilmu baru.” Sang kurcaci mulai memberitahu tentang segala jenis tanaman obat-obatan dan bahan makanan langka yang tersembunyi di Hutan Kematian. Enzo menyimak dengan penuh perhatian, mencoba menyerap setiap informasi baru yang ia dapatkan.

Namun, saat ia mengajak sang kurcaci masuk ke gudang penyimpanannya, reaksi yang muncul benar-benar di luar dugaan.

Kurcaci itu membeku di ambang pintu, matanya membelalak. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Gudang itu dipenuhi berbagai tanaman dengan kualitas yang, baginya, tak pernah terbayangkan. Setiap daun, buah, dan akar tampak sempurna, seolah dipahat langsung oleh tangan dewa.

"Ini… Ini tidak mungkin!" serunya dengan suara bergetar. Ia mendekati salah satu tanaman, jemarinya menyentuh daun hijau tua yang terlihat seperti berkilau. “Bagaimana Anda bisa menanam tanaman dengan kualitas seperti ini? Ini tidak masuk akal!”

Enzo, yang tak pernah menganggap kebunnya istimewa, hanya mengangkat bahu. “Aku hanya menyiram setiap hari,” jawabnya dengan nada polos. “Tidak ada yang istimewa. Aku bahkan tidak tahu hasil panenku sebagus ini.”

Kurcaci itu tertawa kecil, namun wajahnya masih dipenuhi kekaguman. “Tanaman dengan kualitas seperti ini bernilai sangat mahal! Jika dijual di pasar, ini akan menjadi rebutan semua orang,” katanya dengan nada penuh semangat.

Enzo tersenyum canggung. Ia memang tak begitu paham tentang perdagangan, tetapi antusiasme sang kurcaci cukup membuatnya penasaran. “Wah, kedengarannya menarik,” gumamnya, meski ia merasa sedikit bingung dengan potensi yang disebutkan.

Namun, yang sebenarnya menjadi rahasia di balik keajaiban ini bukanlah sekadar tanah subur dari Hutan Kematian. Energi surgawi Count 4 lah yang menjadi sumber penyebabnya. Aura kehidupan yang memancar dari tubuh Enzo mampu menciptakan tanaman dengan kualitas yang melampaui batas alam.

Meskipun begitu, energi ini tidak ada yang bisa merasakannya karena memang yang bisa merasakannya hanyalah mereka yang mampu menguasai energi tersebut.

Di sisi lain, sang kurcaci masih terpaku, menyusuri setiap sudut gudang dengan tatapan tak percaya. Hatinya bergemuruh oleh rasa kagum yang luar biasa. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia menyaksikan tanaman dengan kualitas sempurna seperti ini—sesuatu yang bahkan tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Sebuah rasa hormat yang mendalam kembali mulai tumbuh di hatinya untuk Enzo. Meski sosok pemuda bertanduk itu masih terasa asing, kini ia melihatnya bukan sebagai iblis, melainkan sebagai seseorang yang membawa kekaguman.

Tak terasa hampir dua jam lamanya mereka berdua menata kembali kebun yang porak-poranda itu. Sambil menunggu sang naga sadar dari pingsannya, sang kurcaci tidak merasa keberatan membantu. Sebaliknya, ia merasa senang bisa berguna bagi Enzo, sebagai wujud terima kasih atas pengampunan nyawanya.

"Hanya rumah sederhana, tapi kuharap kau senang singgah di sini. Terima kasih telah membantuku," ucap Enzo sambil berjalan ke teras rumah, membawa dua cangkir kopi panas. Ia menyerahkan salah satunya kepada sang kurcaci yang kini duduk di bangku kayu sederhana, setelah mereka selesai membereskan masalah kebun.

"Ah... Terima kasih, aku merasa tidak enak disambut seramah ini," jawab kurcaci itu, meski suaranya terdengar canggung.

Keduanya mulai bersantai, menikmati secangkir kopi hangat sambil memandangi keindahan alam di sekitar rumah Enzo. Angin lembut membawa aroma pepohonan, memberi suasana damai yang perlahan semakin menghapus ketegangan sebelumnya.

"Oh ya, namaku Enzo. Kau sendiri siapa? Dan kenapa tubuhmu begitu kecil?" tanya Enzo santai, tanpa beban.

Kurcaci itu terkekeh pelan, lalu menjawab. "Aku berasal dari Hutan Kematian bagian timur, bukan asli penghuni bagian selatan. Ras kami memang seperti ini, tubuh kecil tapi tangguh! Namaku Leo. Salam kenal, Enzo. Senang bisa bertemu denganmu."

“Oh… Jadi kau berasal dari ras selain manusia?” Enzo bertanya dengan nada heran, alisnya sedikit terangkat. “Aku baru tahu. Selama ini, yang kutahu hanya pengetahuan umum bahwa dunia ini kebanyakan dihuni manusia. Lalu, bagaimana dengan naga besar temanmu itu? Apakah dia juga berasal dari ras yang sama denganmu?”

Leo tersenyum kecil, sedikit mengangguk sebelum menjawab. “Iya, tapi dia lebih tepat disebut sebagai ras naga spesial,” katanya santai, suaranya tenang namun penuh kebanggaan. “Dia bernama Brock. Kami sudah berteman sejak enam belas tahun lalu. Sejak saat itu, kami berdua ditugaskan oleh ayah Brock untuk menjaga Hutan Kematian bagian selatan.”

Enzo terdiam sesaat, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. “Oh… Jadi kalian yang mengawasi hutan ini,” gumamnya pelan, lalu matanya melebar. “Tapi tunggu… Apa maksudmu dengan Hutan Kematian bagian selatan? Maksudku, apakah hutan yang selama ini kukira sangat besar ini hanyalah bagian kecil dari keseluruhan hutan ini?”

Leo terkekeh, mencicipi kopi yang baru saja disuguhkan Enzo. “Kupikir kau sudah mengetahuinya,” jawabnya dengan nada ringan, tapi tetap menjaga pandangan serius. “Seperti yang kusebutkan tadi, hutan ini adalah bagian dari wilayah Hutan Kematian bagian selatan. Hutan ini memang luas, tapi itu hanya sepotong kecil saja dari keseluruhan wilayah yang sebenarnya.”

Enzo menatap Leo dengan sorot mata tak percaya. Ia mencoba membayangkan luasnya hutan ini jika apa yang dianggapnya sudah besar ternyata hanyalah secuil bagian. Bayangan itu membuatnya sedikit bergidik, namun rasa penasarannya justru semakin membuncah.

Leo melanjutkan dengan tenang, suaranya terdengar lebih dalam. “Hutan ini diberi nama Hutan Kematian karena... yah, alasannya jelas. Banyak sekali makhluk mematikan yang tinggal di dalamnya. Mulai dari monster buas hingga roh-roh jahat yang tak segan-segan menyerang siapa saja yang melintas tanpa izin.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!