Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Terungkap
Raja melihat ke sebrang jalan. "Sayang, sepertinya itu anak buah Papa kamu," ucap Raja.
"Hah, mana?"
"Itu, di seberang jalan sana," tunjuk Raja.
"Kamu benar, itu anak buahnya Papa. Tapi mereka sedang ngapain di sini? apa mereka tahu aku ada di sini?" ucap Tessa panik.
"Bahaya, cepat-cepat kamu masuk ke dalam mobil nanti aku nyusul," titah Raja.
"Baiklah."
Tessa pun mengendap-endap untuk masuk ke dalam mobil, untung semuanya fokus melihat ke arah gerbang sekolah. Tessa tidak tahu kelakuan bejad Papanya, hanya adiknya Marisa yang tahu semuanya. Setelah membayar makanan, Raja pun segera menyusul Tessa masuk ke dalam mobil.
Tidak lama kemudian, Arsy keluar dari gerbang sekolah dan anak buah Takeda tampak mengerutkan keningnya. "Rezeki kita, lihat bukannya itu anak yang kemarin di Mall? yang Tuan Takeda inginkan?" tunjuk si A.
"Ah iya, benar juga kamu," sahut si B.
Arsy celingukan, namun Raja melambaikan tangannya sehingga Arsy pun dengan cepat berlari dan masuk ke dalam mobil. "Sial, anak itu di jemput sama orang tuanya," ucap si C.
"Gak apa-apa, kita ikuti saja mereka setidaknya kita harus tahu di mana anak itu tinggal," sahut si A.
"Tapi, kok mobilnya tidak jalan? apa jangan-jangan anak yang satunya lagi sekolah di sini juga?" seru si B.
"Bisa jadi, kita tunggu saja," sahut si C.
Beberapa jam kemudian, Ratu pun keluar dan langsung berlari lalu masuk ke dalam mobil itu. "Benar 'kan, anak itu adik kakak," ucap si A.
"Ayo kita siap-siap ikuti mereka," ucap si B.
Ketiga anak buah Takeda pun mengikuti mobil Raja namun Raja mengetahuinya. "Bagaimana ini sayang, mereka mengikuti kita. Mereka benar-benar tahu aku ada di sini," ucap Tessa panik.
"Jangan panik, mereka tidak akan bisa menangkap kamu. Semuanya pegangan yang kuat," seru Raja.
Raja mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat semuanya merasa ketakutan. Raja mengira memang mereka ingin membawa pulang Tessa, tapi pada kenyataannya mereka tidak tahu mengenai keberadaan Tessa yang mereka inginkan hanya Arsy dan juga Ratu. "Pelan-pelan Papi, Ratu takut," ucap Ratu ketakutan.
"Pegangan sayang, kalau kita tidak cepat-cepat, penjahat itu akan menangkap kita," sahut Raja.
Di depan terlihat lampu berubah menjadi merah, Raja semakin menancap gas dan menyalip mobil yang ada di depannya. Raja menerobos lampu merah, dan hampir saja terjadi tabrakan bahkan klakson sudah terdengar sangat nyaring tapi Raja tidak memperdulikannya. Dan benar saja, anak buah Takeda terjebak di lampu merah dan tidak bisa mengejar Raja.
"Ah, sial cepat sekali dia melajukan mobilnya," geram si A.
Sementara itu, Raja tampak menyunggingkan senyumannya karena anak buah Takeda tidak bisa mengejarnya. Raja pun menurunkan kecepatan mobilnya membuat semuanya menarik napas panjang merasa lega. "Astaga sayang, aku sampai takut banget. Rasanya nyawa aku sudah di depan mata," ucap Tessa.
"Kamu lupa siapa aku, sayang. Aku sudah profesional, apalagi sekarang aku sedang membawa orang-orang yang aku sayangi tidak mungkin aku sampai ceroboh," sahut Raja.
Ratu mengerutkan keningnya mendengar panggilan sayang yang diucapkan oleh Raja dan Tessa. "Kenapa kalian saling memanggil sayang?" tanya Ratu dengan tatapan menyelidik.
Seketika Raja dan Tessa saling pandang satu sama lain, mereka keceplosan dan lupa jika di mobil itu ada Arsy dan Ratu. Keduanya diam seribu bahasa, tidak tahu harus menjawab apa. Hingga tidak lama kemudian, Raja pun mengalihkan pembicaraan karena melihat ada penjual es krim.
"Ah, ada penjual es krim, kalian mau gak?" seru Raja sedikit gugup.
"Mau!" teriak keduanya kegirangan.
Raja menghembuskan napasnya, dia merasa lega karena Ratu tidak memaksa meminta jawaban. Raja pun memesan es krim dari dalam mobil karena Raja tidak bisa berkeliaran di tempat umum takut ada musuh yang melihatnya. Setelah mendapatkan es krim masing-masing, Raja pun melakukan mobilnya menuju rumah.
Di sisi lain, Marsya sudah kembali ke kamarnya. Dia masih belum percaya dengan apa yang dia lihat barusan. "Pantas saja Tuan King mempunyai pistol dan dengan mudah mengancam, ternyata dia seorang Mafia," batin Marsya.
Marsya mengingat kejadian pas pertama kali dia bertemu dengan King. "Waktu itu dia terkena tembak, apa mungkin ditembak sama musuhnya atau polisi? pantas saja dia bisa bertahan tanpa bius, ternyata dia bukan orang sembarangan." Marsya kembali tidak habis pikir.
Tidak lama kemudian terdengar deru mobil berhenti di depan rumah. Marsya mengintip dan ternyata King juga ikut mengintip dari balik jendela ruangan kerjanya. Lagi-lagi King mengepalkan kedua tangannya melihat kebersamaan Tessa dan juga kakaknya.
"Andrew!"
"Iya, Tuan."
"Kamu selidiki Tessa dan Raja, apa yang mereka lakukan di belakang aku. Tapi ingat, jangan sampai kamu ketahuan aku percaya kamu bisa bermain cantik," ucap King.
"Siap, Tuan."
Andrew terdiam, dia tidak percaya dengan apa yang diperintahkan oleh King. "Sekarang aku jadi sedikit curiga kepada mereka, apa benar yang dikatakan wanita itu jika Tessa dan Raja mengkhianatiku?" batin King.
Tessa menaiki anak tangga dan mengetuk pintu kamar Marsya. Dengan cepat Marsya membukanya. "Dr.Marsya, kamu kenapa? kenapa kening kamu pakai perban kaya gitu?" tanya Tessa khawatir.
"Aku tidak apa-apa kok, Nyonya," sahut Marsya.
"Bisa tidak kamu ikut aku ke kamar aku, ada sesuatu yang mau aku bicarakan kepadamu," pintar Tessa.
"Baik, Nyonya." Marsya tidak bisa menolak dan mengikuti Tessa menuju kamarnya.
Untuk pertama kalinya Marsya masuk ke dalam kamar Tessa. Tessa duduk di sofa dan dia menepuk tempat kosong yang ada di sampingnya. "Sini Bu dokter, aku ingin sedikit curhat kepadamu," ucap Tessa.
Marsya pun duduk di samping Tessa. "Nyonya mau curhat apa?" tanya Marsya.
"Aku ingin menjelaskan tentang kejadian tadi malam, aku tahu kamu sudah mengetahui semuanya mengenai hubungan aku dengan Raja tapi aku mohon kamu jangan ikut campur urusan aku, biar nanti aku sendiri yang menjelaskannya kepada King," ucap Tessa.
"Baiklah, lagipula aku sudah tidak mau berurusan dengan keluarga ini karena yang aku inginkan hanya keluar dari rumah ini," sahut Marsya.
"Aku janji, aku akan bujuk King supaya dia mau melepaskan kamu tapi aku tidak janji ya, karena kamu tahu sendiri "kan bagaimana sikap King," ucap Tessa.
Marsya hanya tersenyum tipis. "Aku punya sesuatu untuk kamu, sebentar aku ambil dulu," ucap Tessa kembali.
Marsya menyisir setiap kamar Tessa yang bergaya klasik itu, hingga tatapannya tertuju ke sebuah nakas yang terdapat sebuah foto di atasnya. "Apa itu foto keluarga Nyonya?" tanya Marsya.
"Iya."
"Boleh aku lihat?" izin Marsya.
"Tentu saja, boleh."
Marsya bangkit dari duduknya dan berjalan menuju nakas. Dia mengambil vas foto yang dari tadi menarik perhatiannya. Bagai petir di siang bolong, Marsya tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Tangan dan tubuh Marsya seketika bergetar hebat, bahkan tanpa sadar vas foto itu jatuh dan kacanya pecah membuat Tessa kaget. "Astaga, kamu kenapa?" tanya Tessa.
"A--pa i--tu ora--ng tu--a Nyo--nya?" tanya Marsya dengan bibir bergetar.
"Iya, dia Papaku dan yang di samping aku itu adikku," sahut Tessa.
Marsya mulai merasakan sesak napas, keringat memenuhi wajahnya. Tanpa bicara lagi, Marsya berlari keluar dari kamar Tessa membuat Tessa bingung. King mengerutkan keningnya kala melihat Marsya keluar dari kamar Tessa.
"Ngapain dia dari kamar Tessa?" batin King.