Gibran Erlangga terpaksa menikahi Arumi Nadia Karima karena perjodohan orang tuanya yang memiliki hutang budi.
Dua tahun pernikahannya Gibran selalu perhatian dan memanjakan Arumi.
Arumi mengira dirinya wanita paling beruntung, hingga suatu hari kenyataan pahit harus ia terima.
Gibran ternyata selama ini menduakan cintanya. Perhatian yang ia berikan hanya untuk menutupi perselingkuhan.
Arumi sangat kecewa dan terluka. Cintanya selama ini ternyata diabaikan Gibran. Pria itu tega menduakan dirinya.
Arumi memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka. Saat Arumi telah pergi barulah Gibran menyadari jika ia sangat mencintai istrinya itu.
Apakah Gibran dapat meyakinkan Arumi untuk dapat kembali pada dirinya?.
Jangan lupa tekan love sebelum melanjutkan membaca. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Perpisahan Akan selalu Meninggalkan Luka
Dalam sebuah hubungan, ada kalanya perpisahan terjadi. Sebuah perpisahan yang terjadi pun tak selalu karena sudah tak ada cinta, melainkan agar tidak makin saling menyakiti satu sama lain.
Perpisahan bisa menjadi pilihan terbaik agar tidak makin saling menyakiti lebih dalam lagiJika terus bersama hanya menambah luka, maka perpisahan menjadi jalan keluar terbaik yang perlu diambil bersama.
Daripada terus saling menyakiti dalam hubungan, ada baiknya untuk berpisah dan mengambil jalan masing-masing. Sebuah perpisahan bisa jadi awal untuk sebentuk kebahagiaan baru.
Arumi menangis di kamar tamu dengan air mata yang terus turun membasahi pipinya. Tidak pernah ia berpikir jika rumah tangganya akan berakhir.
Semua yang terlihat hanya semu, kebahagiaan yang selama ini ia rasakan ternyata hanya kebohongan dari Gibran.
Arumi memegang dadanya yang terasa sesak, telah lebih dari satu jam Arumi menangis. Gibran dari tadi mengetuk dan memanggil nama Arumi meminta wanita itu membukakan pintu. Akan tetapi Arumi tak menggubrisnya.
"Mas Gibran, Kau bagai duri yang menyakiti sebegitu parah, namun bedanya luka yang diberikan olehmu tak dapat ku obati secara instan. Hatiku seakan berdarah karena menggenggammu terlalu erat. Bagaimanapun aku berusaha kau tidak akan pernah melihat ke arahku, maka kucukupkan aku dan hatiku untuk saling menyakiti”
"Luka akibat sebuah perpisahan selalu menjadi yang terperih diantara luka lainnya, bagaimana tidak perpisahan adalah batas dari kebersamaan yang entah kapan akan terulang”
Arumi akhirnya tertidur setelah lelah menangis. Gibran yang mendapatkan kunci kamar dari bibi membukanya. Ia melihat Arumi yang tertidur dengan meringkuk.
Gibran mengusap pipi Arumi yang masih menyisakan air mata. Gibran membelai rambut istrinya itu.
Arumi terbangun merasakan belaian dan umpan ditipunya. Akan tetapi ia enggan membuka mata, karena tahu pasti jika semua itu dilakukan Gibran.
Gibran sempat melihat Arumi membuka mata dan menutupnya kembali. Gibran sadar, pasti saat ini Arumi sedang tak ingin melihat dan bicara dengannya.
"Jika aku dapat memiliki kesempatan lagi, aku akan menarik kembali kata-kata yang telah aku katakan, minta maaf karena telah membuat perasaanmu sakit."
"Jika saja waktu dapat berputar, aku ingin mengenalmu terlebih dahulu sebelum aku jatuh cinta dengan wanita lain. Kamu wanita terbaik yang pernah aku kenal, tapi aku terlambat jatuh cinta denganmu."
"Akan egois jika aku meminta kamu memberikan aku waktu dan kesempatan kedua untuk merubah semua yang telah aku lakukan. Aku hanya ingin melihat kamu bahagia. Jika berpisah adalah jalan terbaik yang akan membuatmu menemukan kebahagiaan dan orang yang benar-benar mencintaimu, aku akan terima semua dengan lapang dada."
"Aku nggak akan menahanmu untuk tetap bersamaku, karana itu terlalu egois. Tapi dari hatiku terdalam aku memohon maaf karena telah membuat kamu terluka."
"Kamu wanita istimewa, aku yang bodoh karena terlambat menyadari rasa cintaku. Saat semua terungkap dan kamu sudah terlanjur terluka dengan kebohonganku, baru aku menyadari jika kamu sangat berarti bagiku. Sekali lagi maafkan aku."
"Kata-kata maaf memang tidak cukup untuk merasa lebih baik. Permintaan maaf yang sederhana tidak akan cukup untuk menghapus rasa yang aku sebabkan. Tetap saja, dari lubuk hatiku, aku sangat menyesal. Aku berharap aku bisa menebusnya untukmu."
Gibran mengecup pipi Arumi dan menghalus kembali sisa air mata yang jatuh di pipi wanita itu. Setelah itu Gibran menyelimuti tubuh Arumi. Ia keluar dari kamar itu untuk memberikan waktu bagi Arumi.
Ketika Gibran menutup pintu kamar, Arumi membuka matanya. Ia membekap mulutnya menahan isak tangisnya.
Bersambung
makin menarik alur ceritanya..😁😁😁
GIBRAN YG SALAH, GIBRAN YG MARAH 😡😡.
tapi cinta mu pada Arumi tak bisa di paksakan.
lebih baik sama Alana saja😉