Dia yang memberiku kehidupan.. tapi justru dia sendiri yang menghancurkan hidupku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Aprinsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 25
Pak Teguh sibuk mendampingi jagoan kecilnya bermain. Kediamannya yang biasanya terasa sepi meskipun begitu banyak penghuni di dalamnya, kini berubah menjadi hangat. Dengan kehadiran Gabriel di rumahnya, membuat semua orang nampak ceria dan bahagia.
Gabriel bagaikan Bos kecil yang memegang kendali atas semua anak buah dari Pak Teguh yang berada di Rumah itu. Mengajak mereka ikut serta bermain peran seperti film yang biasa Gabriel tonton. Namun tak ada rasa sungkan sedikitpun dari para Paman yang biasa Gabriel sebut Paman hulk tersebut. Semuanya larut dalam keceriaan layaknya anak kecil pada umumnya.
“Paman, awas! Ada musuh yang menyerang. Tembak! Dor! Dor! Dor!” Teriak Gabriel dalam permainannya.
Pak Teguh yang menyaksikan keaktifan cucu kesayangannya itu, hanya bisa tertawa melihat para anak buahnya yang bertubuh besar di kalahkan oleh sang cucu. Namun meskipun begitu, konsentrasinya tidak hanya tertuju pada keadaan rumahnya saat ini. Secara diam-diam, dirinya telah memerintahkan dua orang anak buahnya yang lain untuk mengawasi kediaman Sinta dan juga suaminya. Pak teguh lumayan peka, ketika Sinta mengalami kesusahan ataupun sedang ada masalah. Seperti saat ini, entah kenapa meskipun dirinya sudah mengutus dua orang anak buahnya untuk menjaga Sinta, perasaannya mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang terjadi dengan keadaan Sinta. Hingga membuatnya tak tenang.
Tiba-tiba salah seorang anak buahnya yang berada tepat di sampingnnya, mengatakan bahwa ada laporan terkait kondisi keluarga Sinta saat ini.
“Pak, mereka melaporkan bahwa Pak Bagas baru saja keluar dengan mobilnya setelah keduanya bertengkar hebat. Sementara Bu Sinta masih berada di rumahnya.”
“Suruh salah satunya mengikuti kemana Bagas pergi! Dan satunya lagi jaga dan awasi Sinta dengan baik. Kalau perlu periksa, bagaimana keadaan Sinta setelah mereka bertengkar!”
“Baik.”
Tak lama setelah perintah dari Pak Teguh di laksanakan. Anak buahnya kembali melaporkan kondisi Sinta saat ini.
“Pak, Bu Sinta pingsan! Saat ini Beliau sedang di larikan kerumah sakit. Jadi kita bisa menyusulnya kerumah sakit,” ucap salah seorang anak buah Pak Teguh.
“Pingsan?! Siapkan mobil. Kita ke rumah sakit sekarang juga!” Perintah Pak Teguh.
Namun sebelum Pak Teguh Pergi, ia menyempatkan diri untuk berpamitan dengan sang cucu kesayangannya terlebih dahulu.
“Gabi sayang, kakek ada urusan di luar sebentar. Gabi tetap bermain bersama paman-paman di sini dulu ya. Kalau nanti Gabi ngantuk, Gabi minta paman disini untuk menemani Gabi bobok. Jadi Gabi tidak perlu menunggu kakek. Ya?”
“Yach kakek pergi. Gabi kan mau bobok sama kakek.”
“Kakek hanya keluar sebentar. Nanti begitu kakek pulang, kakek langsung menyusul Gabi untuk bobok bersama. Bagaimana?” Ucap Pak teguh lembut.
“Yasudah deh, kakek jangan lama-lama dan hati-hati kakek.”
“Iya anak manis. Kakek pergi dulu ya. Dan kalian jaga cucuku dengan baik!”
Setelah selesai berpamitan, Pak Teguh langsung menuju rumah sakit untuk melihat keadaan Sinta. Sungguh dirinya sangat khawatir saat ini. Ia tahu bagaimana riwayat kesehatan Sinta selama ini. Dan dirinya pun sudah bisa menebak jika kemungkinan saat ini Sinta mengalami Panic Attack. Penyakit yang biasa Sinta alami saat dirinya mengalami kecemasan atau ketakutan berlebih dan tak bisa mengendalikan diri. Biasanya Sinta akan merasakan pening yang sangat hebat. Tubuhnya bergetar, jantungnya berdetak kencang serta sesak nafas hingga akhirnya pingsan. Terakhir kali Sinta terkena Panic Attack, ketika Sinta mengalami kecelakaan 10 tahun silam. Saat dirinya tak sengaja menabrak seorang wanita, hingga menyebabkan kematian.
Setelah sampai di rumah sakit, Pak teguh tak kuasa melihat Sinta yang terbaring lemas di sebuah ruang perawatan VVIP rumah sakit dengan selang infus yang menempel di badannya.
“Nak.. maafkan Bapak. Bapak tidak becus melindungimu. Sejak awal Bagas datang kedalam kehidupanmu. Bapak tidak pernah menyukainya. Tapi demi dirimu, Bapak rela menurunkan ego Bapak. Tapi setelah ini, Bapak akan membalas perlakuannya kepadamu. Juga Salamah! Sudah saatnya aku membalaskan dendamku kepadamu. Sebentar lagi, kau akan menderita Salamah! Kau akan merasakan betapa hancurnya dirimu di sakiti oleh orang yang kau sayangi. Terlebih itu suami dan anakmu,” gumam Pak Teguh sambil mengusap lembut kepala Sinta.
————
Di sisi lain, Bagas tampak diam merenung dengan sikapnya sendiri. Ia mulai menyesali tindakannya terhadap sang istri. Tidak seharusnya ia meninggalkannya dengan cara seperti ini. Seolah dirinya lebih memilih wanita lain di bandingkan istrinya sendiri. Tapi saat itu, dirinya terlalu emosi. Rasa cemburu terhadap laki-laki yang bahkan tidak ia kenal membuat dirinya merasa kehilangan harga diri. Hingga berfikir untuk membalas rasa cemburunya dengan meninggalkan sang istri dan memilih wanita lain. Gegabah. Ia akui bahwa dirinya sangat gegabah dalam mengambil keputusan. Tanpa memikirkan hubungan mereka ataupun perasaan sang istri. Dan kini ia hanya bisa menyesalinya.
“Mas, kenapa sih? Sejak datang mukanya di tekut begitu. Mas merasa terpaksa ya, menemaniku di sini? Atau jangan-jangan, mas kangen ya sama mbak Sinta,” ucap Sofi menggoda.
Namun respon Bagas terlalu datar, “mas bertengkar dengan Sinta sebelum kesini.”
“Mas, tidak perlu khawatir. Besok juga mbak Sinta akan kembali baik.”
“Tapi mas sudah melukai hatinya.”
“Apa?! Jadi mereka bertengkar dan mas Bagas melukai hati Sinta. Bagus! Aku harus bisa membuat hubungan mereka semakin buruk,” ucap Sofi dalam hati.
“Mas, mbak Sinta itu kan pemaaf. Ingat kan, waktu itu mbak Sinta dengan mudahnya memaafkan mas. Jadi nanti mas tinggal datang untuk meminta maaf sambil bawain hadiah. Beres kan? Sudah ah jangan cemberut begitu. Sekarang lebih baik kita makan. Aku sudah laper banget, nanti maagku kambuh gimana, kan mas juga yang repot.”
“Baiklah, sekarang kita makan.”
“Nah.. begitu dong.”
Tanpa di sadari, mereka telah di pantau oleh seseorang yang siap melaporkan semua pergerakan yang mereka berdua lakukan.
“Lapor Pak, seperti photo yang sudah saya kirimkan. Pak Bagas sekarang sedang berada di rumah kontrakan seorang wanita bernama Sofi. Dan sepertinya, akan ada peristiwa besar yang terjadi di rumah itu.”
“Peristiwa seperti apa yang kau maksud?!”
“Sepertinya seorang wanita bernama Salamah bersama putranya sedang mencoba memprovokasi warga, dan merencanakan untuk melakukan pengrebekan terhadap Pak Bagas dan wanita bernama Sofi tersebut.”
“Brengsek! Ternyata Salamah cukup licik untuk menjebak keponakannya. Ia ingin membuat Bagas menjadi tersangka tindak perzinahan. Dengan begitu, mau tidak mau mereka harus menikah. Tapi aku tidak akan pernah membiarkan rencanamu berjalan dengan lancar Salamah!” Ucap Pak Teguh dalam hati.
“Kalau begitu, buat rencana mereka gagal! Lakukan sesuatu. Beri mereka pelajaran!”
“Baik Pak.”
Sementara itu, Bibi Salamah dan sang anak Bimo sedang mencoba memprovokasi warga sekitar agar mau bekerja sama. Mereka berencana menggrebek pasangan yang mereka anggap sebagai sampah masyarakat.
“Dengar! Bapak pasti tidak rela, jika komplek tempat tinggal warga yang indah ini di cemari oleh pasangan pezina. Jadi saya harap, Bapak sebagai ketua RT di sini bisa mengkoordinir warga masyarakat untuk bersama menggerebek mereka. Dan suruh mereka untuk menikah sekarang juga agar komplek kalian kembali suci dari zina,” ucap Bibi Salamah kepada Ketua RT setempat dan warga yang sedang berkumpul di tempat tersebut.
“Tentu Bu. Sebelumnya terima kasih atas informasinya. Buat warga masyarakat, apakah kalian siap untuk menangkap basah mereka?!” Seru Bapak RT kepada warganya.
“Siap!”
“Siap Pak!”
“Musnahkan perzinahan!”
“Seret mereka dan arak keliling komplek!”
“Mereka harus di nikahkan saat itu juga! Agar komplek kita bersih dari perzinahan.”
Begitulah kira-kira suara para warga yang saling bersautan.
“Kalau begitu ayo! Tunggu apalagi!”
Si shinta bloon, si bagas pilnplan
jangan lupa mampir juga di novel aku
" bertahan luka"
Terima kasih