Rahasia besar dibalik persaingan dua kedai yang bertolak belakang dalam segala hal.
Saat yang nampak tidak seperti yang sesungguhnya, saat itu pula keteguhan dan ketangguhan diuji.
Akankah persaingan itu hanya sebatas bisnis usaha, atau malah berujung pada konflik yang melibatkan dua sindikat besar kelas dunia?
Bagi yang suka genre action, kriminal, mafia, dengan sentuhan drama, romansa dan komedi ringan, yuk.. langsung di klik tombol "mulai baca"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 14
"Konichiwa...!", terdengar sapaan sumbang dan pelafalan keliru dari pintu masuk.
Sekelompok pemuda tanggung berbeda ras memasuki kedai Akita dengan gestur menyebalkan. Sangat jauh dengan sikap yang seharusnya mereka tampilkan saat mengucap sapaan itu.
Seorang berkulit hitam yang sepertinya pimpinan kelompok itu mendekati Nami yang terlihat gugup. Ia mengunyah permen karet yang entah sudah berapa lama menghuni rongga mulutnya. Tangannya menggenggam sebuah tongkat besi yang tak biasa, ada beberapa bagian yang terlihat janggal.
"Halo.. Nona cantik. Kami ingin memesan ramen. Tolong kau siapkan segera, dan aku ingin kau yang mengantarkannya ke meja kami dengan tersenyum. Mengerti?", Perintahnya disambut sahutan dan tawa sukacita oleh pengikutnya.
Nami hanya mengangguk takut lalu mendatangi Abe yang wajahnya terlihat masam.
Anak-anak ini, entah apa yang mereka alami. Lingkungan tempat tinggal dan pergaulan yang tak kondusif telah memberi pengaruh buruk pada hidup mereka.
Abe cukup sering mendengar tentang perkelahian antar kelompok seperti mereka. Tak jarang pula beberapa nyawa melayang percuma hanya sebab perkara remeh yang kadang tak masuk di akal.
Hidup mereka memang keras. Ya, Abe paham tentang itu. Kenyataan yang terjadi adalah, bila tak menjadi yang me-, maka akan menjadi yang di-. Sebuah standar hukum rimba yang entah mengapa masih bisa eksis di saat ide perjalanan dan kehidupan di Mars sedang dirintis.
Abe tiba-tiba teringat calon bayinya. Tidak! Dia takkan membiarkan anaknya berakhir seperti mereka. Abe sudah bertekad.
Tapi sekarang, ia terpaksa harus melayani keinginan para bocah ingusan ini kalau tidak ingin kedai mereka berakhir berantakan.
Seorang pria baru saja memasuki kedai, diikuti oleh dua orang lainnya dengan mata sinis menatap tajam para pemuda berandal itu. Anehnya, hanya dengan itu saja sikap mereka sudah berubah total.
"Kemari bocah", panggil pria itu pada si pemimpin.
"Duduklah di sini", dia menarik sebuah kursi di sampingnya.
Si pemuda yang kini nampak gemetar karena takut, menuruti ucapannya. Sementara sisanya bergerombol di salah satu sudut kedai dengan tangan yang terbujur bertaut.
Abe pun membatalkan niatnya membuat pesanan ramen dan memilih menunggu apa yang terjadi.
"Apa yang kau lakukan di sini?", tanyanya dengan suara lembut namun terasa mengintimidasi.
"A..aku.. Maksudku kami.. ingin memesan ramen", sahutnya pelan dan terbata, dahinya sudah di basahi keringat dingin.
Plak!!
"Jawab yang jelas berandal! Jangan berlaku tak sopan pada Tuan Gambino!", bentak salah seorang pengikut Luca setelah menampar wajah pemuda itu.
Luca mengangkat tangannya, menyuruh orang itu untuk berhenti.
"Apakah bos kalian tak memberitahu kalau kalian tak boleh memeras kedai-kedai di sini?", Luca menyalakan rokoknya kemudian menghisapnya.
"Aku.. aku mengira itu hanya untuk kedai pacar anda Tuan, bukan yang ini", sahutnya sambil meringis memegangi pipinya yang terasa perih. Bahkan di ujung bibirnya sudah terlihat tetesan darah segar, menunjukkan betapa kuatnya tamparan yang tadi ia terima.
"Baiklah, bagaimana kalau begini. Kalian bebas mendatangi kedai manapun di sini, tapi ada yang harus kalian lakukan untukku", Luca kembali menghisap rokoknya dan menghembuskannya tepat di wajah pemuda itu.
"Baik, Tu..an uhuk! Gambi..no uhuk! uhuk!", sahutnya dengan wajah meringis dan terbatuk akibat tertelan asap yang tak berani ia usik.
"Datanglah ke tempat Manuel malam ini jam tujuh. Sebaiknya kau jangan telat", Luca memberi isyarat agar pemuda itu segera pergi.
Namun belum sempat ia berdiri, pengikut Luca sudah menyeretnya bahkan menendangi mereka sampai semuanya menghilang di jalanan.
Abe yang menyaksikan itu penasaran dengan obrolan mereka tadi, tapi lebih penasaran dengan maksud Luca Gambino mampir ke kedai mereka. Ini kunjungan pertamanya, dan itu membuat Abe benar-benar khawatir.
"Mana bos kalian?!", tanya Luca seraya melangkah mendekati Abe.
"Dia.. di lantai atas. Sepertinya sedang tidak enak badan", sahut Abe, jelas hatinya ciut berhadapan langsung dengan kriminal kelas kakap seperti Luca.
Luca mengerutkan dahinya. Tidak enak badan? Sepertinya racun itu memang sudah bekerja. Tak bisa dibiarkan. Bila Sofia berhasil membunuh Akita, berarti harapannya untuk menikahi wanita itu akan terbang begitu saja.
"Temannya? Yang punya bekas luka di dahi", yang ia maksud adalah Ryuu.
"Dia.. juga ada di lantai atas", Abe merasa tak perlu berbohong. Nyawanya patut dipertahankan dan hanya ini cara yang dia mampu.
Luca langsung menuju tangga ke lantai atas seolah kedai ini adalah miliknya.
"Selamat sore Tuan Nakamura", Luca menatap Akita dengan seksama.
Benar saja, pria di hadapannya ini memang terlihat kurang sehat dan ia tahu itu bukan karena penyakit.
Akita terkejut melihat Luca yang tiba-tiba ada di kedainya, ia sontak berdiri dengan siaga. Begitu juga Ryuu yang baru keluar dari kamar mandi. Tangannya refleks mengambil katana yang ia letakkan di samping tempat tidurnya.
"Woo..woo.. sabar Tuan Fujita. Anda tak perlu menunjukkan betapa hebatnya anda menggunakan benda itu", Luca tersenyum sinis.
"Aku kesini untuk menjenguk Tuan Nakamura, karyawanmu bilang kalau kau sedang sakit. Ya.. rupanya memang begitu", Luca kembali mengamati wajah Akita yang terlihat agak merah.
"Aku baik-baik saja, terima kasih atas perhatian anda. Dan kalau boleh, saya ingin istirahat sekarang", Akita kembali duduk, namun jelas sikap waspada masih ia pertahankan.
Sementara Fujita, matanya tak lepas dari dua orang pengikut Luca. Bahkan mereka sepertinya tengah mengadu kekuatan lewat tatapan tajam, satu lawan dua pasang mata.
Akita duh nasibmu terancam
Akita malah bersyukur ada goncangan di pesawat, dapat pelukan tangan...
😘😘😘
👍👍👍
😄😄😄
😅😅😅
Ryuu sudah sangat bosan dengan genre romansa, saatnya genre HOROR & Baku Hantam ...!!!
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya...
Jadi kena juga !!!!