NovelToon NovelToon
Perfect Ketos

Perfect Ketos

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Yasmin Dwi

Shani Aira Natio, gadis lemah lembut yang begitu di gemari oleh seluruh orang di sekolah berkat citra baiknya itu ia berhasil menjabat sebagai ketua osis di sekolah nya, Pelita Bangsa. selain itu Shani juga sangat pintar walaupun dia bisa belajar seperti orang orang umum nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

00

" Emh," Shani terbangun saat wajahnya begitu terasa sakit dan nyeri akibat lebam, " Shani, Cici," Shafira terbangun saat tangan putrinya yang ia genggam bergerak.

" Bunda," Shani melihat sang bunda yang sudah ada di jakarta itu, " Bunda kapan pulang?" Shani melihat kantung mata Shafira yang sudah menghitam bahkan sembab membuatnya khawatir.

" Ini Cici atau Shaira?" Shafira tidak bisa membedakan Kedu sifat gadis itu karena sama sama memiliki ciri ciri fisik sama berbeda dengan Aira yang matanya lebih memancarkan amarah dan matanya pun terlihat lebih sipit.

" Cici bun," Shafira menghela nafas lega lalu memeluk putrinya itu, " Maafin bunda ya semalam ga respon telpon kamu, harusnya—" Shafira berhenti ngomong saat putrinya batuk.

" Minum," bunda mengambilkan minum untuk Shani, Shani minum air yang di sediakan, " terimakasih Bun, bunda ga usah ngerasa bersalah emang semalam Shani nya lemah aja dan Aira pun entah kenapa seolah menghilang pas ketemu Ayah."

Shafira mengangguk dan mengelus kepala putrinya, " Bunda kesini sama siapa?" Shani menatap Shafira yang pasti kelelahan itu, " Sama om Pradipta, kebetulan bunda baru selesai tugas."

Shani melihat ke arah sofa yang ternyata Ara sedang tertidur disana, " Ara ga pulang Bun?" pandangan Shani terus tertuju ke Ara yang masih tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

Dia terlihat begitu kelelahan sampai Sampai tidurnya begitu nyenyak, " ga mau, semalam udah mau di anterin om Pradipta tapi katanya mau disini aja sampai Cici balik katanya."

Shani tersenyum, Ara memang selalu mengkhawatirkan kondisi Shani jika Shani tidak sedang mengambil alih tubuhnya.

" semalam juga Ara cerita, katanya dia di telpon sama Akasha karena pelayan bilang kamu ada di pojok cafe sambil nangis ketakutan dan disana juga ada anak kepala yayasan."

" anak kepala yayasan?!" Shani bertanya dengan nada terkejut, berarti semalam Azra mengetahui kepribadiannya sungguh Shani benar benar malu dan takut.

Takut hal yang tidak diinginkan terjadi apalagi menyangkut kehidupan nya di sekolah, Shani tak masalah jika Akasha harus tahu tentang ini toh Akasha tidak begitu memperdulikan hal seperti itu.

...ʕ⁠·⁠ᴥ⁠·⁠ʔ...

" Cici udah bangun," Ara melihat Shani yang sedang di suapin bubur ayam orang Shafira, " Iya Ra, terimakasih ya udah bawa aku ke rumah sakit," Ara bangun dan mendekati Shani.

" Ara minta maaf ya ci, harusnya Ara jangan tinggalin cici padahal kan Ara tahu di sana ada ayah Cici," Shani tersenyum menggelengkan kepalanya, " it's okey Ra, lagian kan aku yang ga mau bareng kamu."

" iya Ara, gapapa kok lagian kan Ara juga udah balik lagi buat bantuin Cici," Shafira mengelus Ara yang ia anggap sebagai anak itu, " Ara sarapan Gih, bunda udah beliin bubur juga tapi ga pakai seledri kan?"

Ara mengangguk, ia memang tidak suka pada daun seledri jadi dia tidak akan makan jika ada daun itu pada makanannya, " Anak bunda paling kecil," Shafira terkekeh mendengar ucapan Shani.

" dah kamu makan juga, abisin biar cepat sembuh," Shafira menyuapkan Shani sebelum anaknya meminum obat, " Ara udah izin ke mamah papah buat ga sekolah?"

" udah ci, pak sopir juga udah bilang ke mamah papah kalau Ara anterin Cici ke rumah sakit," Ara mengenal bundanya Shani begitu juga Shani mengenal orang tuanya Ara karena Ara anak satu satunya jadi mereka ingin tahu siapa saja orang yang bermain dengan anaknya.

Shafira menyuapi putrinya makan dengan begitu sabar karena bibir yang masih terluka membuat Shani sulit membuka mulutnya lebar jadi mau tidak mau Shani hanya bisa makan sedikit sedikit.

" Udah Bun," Shani melihat bundanya yang bersiap untuk menyuapinya lagi, " ih apa sih belum juga setengah bubur," Shafira tetap menyodorkan sendok berisi bubur, " kenyang Bun," Shafira menggelengkan kepalanya.

Mau tak mau Shani harus melanjutkan makannya, hingga akhirnya ia menghabiskan setengah bubur barulah ia boleh berhenti makan dan langsung minum obat agar nyeri lebamnya tidak begitu sakit.

" Bunda lap lap ya," Shafira meletakan mangkuk bubur, Shani makan bubur dari rumah sakit tapi bund juga membeli bubur untuk Ara dan dia, Shafira mengambil wadah berisi air hangat di toilet dan handuk akin bersih.

Shafira mengelap tangan putrinya, kakinya, punggung, dan perut hingga sudah terasa bersih barulah mengganti air dan merendam handuk baru dengan air dingin untuk mengompres luka lebam di wajah Shani.

" enak Bun," Shani memegang handuk dingin yang menempel pada pipinya, nyerinya terasa begitu hilang, " habis ini di pakaikan salep," Shafira meletakan obat obatan Shani di meja.

......................

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!