Hidup tanpa kebahagiaan itu bagai sayap tanpa bulu,sebuah kemustahilan yang tidak dapat masuk logika,setidak berguna sayap pada ayam yang tidak bisa terbang,setidaknya sayap itu masih memiliki bulu yang indah,begitu pun juga dengan kehidupan,seburuk-buruknya hidup,akan ada setitik cahaya kebahagiaan didalamnya,namun semua itu tidak berlaku pada kehidupan yang di jalani oleh sesorang remaja cantik bernama aleza,sebesar apa memangnya penderitaan hidup yang gadis itu alami?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lanjutan
Tanganya bergetar tak karuan,merasakan rasa sakit begitu mendalam didalam hatinya.
Eza kembali memasuki kelasnya,lisa dan antek-anteknya masih setia menunggu kedatangan eza di bangkunya,melihat kedatangan eza,kelompok preman berkedok siswi SMA itu tertawa,seolah-olah tengah menertawakan kemalangan yang kini tengah menimpahnya tanpa pandang bulu.
Eza menatap sembilau pisau yang kini tiba-tiba saja tersimpan di atas kusinya,tatapan nya teralihkan pada gadis sialan itu,mereka semua tertawa.
"Yakkk,gadis pembunuh,apakah pisau itu senjata yang kau gunakan untuk membunuh saudarimu itu haha?!!!, Uhhh kau bahkan membawa pisau itu kesekolah mu,kau begitu berani." Celetuk lisa sembari menoyor kepala eza,semua murid kembali tertawa kencang.
Eza mengepalkan tanganya kuat-kuat,amarah di hatinya menggelora begitu besar,ingin rasanya ia mengulurkan semua kemarahannya ini kepada gadis dihadapannya.
Brak....
Bugh....
Bugh....
Eza bangkit,ia kembali mendorong lisa kebelakang namun kali ini eza tak lupa untuk mbogem wajah rupawan su gadis preman,antek-anteknya yang lain maju satu persatu hendak memukul eza,namun eza bisa dengan mudah menghindarinya dan melontarkan serangan balik.
Kini gadis preman bersama antek-anteknya sudah terkapar lemah dilantai kelas,suasana di kelasnya semakin ramai akibat siswi-siswi dari kelas lain juga ikut menonton.
Eza menatap gadis yang kini tengah terduduk dengan beberapa luka diwajah menggunakan senyum miringnya,eza mendudukan badanya dan mengancungkan pisau di tanganya tepat pada leher gadis prisak ini.
Semua orang histeris melihat tingah laku eza,hingga akhirnya bu alice datang dengan ekspresi panik yang terletak diwajahnya.
"Eza!!!!, apa yang kamu lakukan!!!," Teriak bu alice sambil merampas pisau yang tengah eza pegang.
"Ada apa dengan kaloan?, kenapa malah takut?, sepertu ini kan sifat seorang pembunuh?." Tanya eza sambil mengandeng tubuh lisa.
"Eza hentikan!!!!!." Bukannya berhenti gadis itu malah semakin menggila,ia kembali merampas pisau di tangan bu alice dan menggores kan nya pada wajah lisa.
"Ini untuk yang kemarin."
"Eza!!!!!."
"Berisik!!!!!!." Teriak eza tak mau kalah,ia menatap wajah bu alice dengan senyuman tipisnya.
"Berhenti bergerak,kau membuat telingahku hampir pecah!!!, jangan mengaturku lagi,karena sekarang aku bukan lagi murid disekolah ini."
"Aku keluar." Lanjut eza lagi sambil beranjak pergi begitu saja meninggalkan suasana mencekam didalam ruangan yang dulu sering ia gunakan untuk mencari ilmu."
Eza berjalan tak tentu arah,ia meninggalkan tas nya di kelas,matanya tak sengaja menatap sebuah bangku taman yang terletak dibawa sebuah pohon.
"Huhhhhhh......,sekarang harus gimana?." Keluh eza sambil mendudukan bokongnya di atas bangku.
"Aku sudah tidak sekolah lagi,akan kah bisa menggapai impian ku?, apkah jika aku kembali sekolah aku akan bisa menggapainya?,tapi....jika aku.
Tidak menggapainya bi surti terutama pk hendra psti bakalan sedih."
"Huhhhhhh...." Eza menengadahkan wajahnya ke atas,menatap lagit biru yang seolah tengah memberinya semangat dengan awan serta warna biru yang begitu cerah.
Eza tersenyum tipis,bi surti,pak hendra,kakek,alexa dan ibunya psti senang memberikan semangat untuknya.
"Huhh..., sepertinya aku harus mencari pekerjaan dahulu,mana mungkin aku bisa hidup dengan uang milik orang lain?,kira-kira dimana aku bisa bekerja?." Eza kembali bangkit.
Kakinya kembali melangkah untuk mencari sebuah lapangan pekerjaan yang mau menerima mantan siswa SMA sepertinya.
"Maaf dek,ngak ada lowongan."
"Maaf ya,tapi disini lagi penuh."
"Nggak bisa."
"Tidak menerima murid SMA."
"Penuh disini dek,ngak bisa."
"Aduhh,maaf ya,tapi lagi ngak ada lowongan."
Sudah banyak tempat bekerja yang eza singgahi baik itu berupa kafe,restoran,kantor-kantor kecil,namun mereka selalu menolaknya dengan berbagai alasan.
"Apakah karena aku masih sekolah dan tidak punya pengalaman ya?."
Eza menghela nafasnya berat,kakinya sudah terasa keram,ia mendudukkan bokongnya dipinggir trotoar,menatap setiap kendaraan yang melintas dihadapannya.