NovelToon NovelToon
ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Non Mey

Amira kira setelah menikah hidupnya akan bahagia tapi ternyata semua itu tak sesuai harapan. Ibu mertuanya tidak menyukai Amira, bukan hanya itu setiap hari Amira hanya dijadikan pembantu oleh mertua serta adik iparnya. Bahkan saat hamil Amira di tuduh selingkuh oleh mertuanya sendiri tidak hanya itu setelah melahirkan anak Amira pun dijual oleh ibu mertuanya kepada seorang pria kaya raya yang tidak memiliki istri. Perjuangan Amira begitu besar demi merebut kembali anaknya. Akankah Amira berhasil mengambil kembali anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Non Mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perceraian

Ratna selalu menuduh Amira sering membawa lelaki yang berbeda di kontrakannya, itulah yang dia jelaskan kepada anak sulungnya itu, Angga.

"Angga, apa lagi yang kamu tunggu? Amira benar-benar mencoret nama baik kita!" ucap Ratna terlihat marah yang dibuat-buat.

"Aku tahu, Ibu tidak menyukai Amira tapi tidak perlu menuduh seperti itu!"

"kalau kamu tidak percaya sama, Ibu. Tanyakan sendiri kepada Amira!" sahut Ibunya. Setelah berkata seperti itu, Ratna lekas meninggalkan Angga seorang diri diteras rumah.

Dengan langkah cepat, Angga menemui Amira yang sedang bekerja di laundry Bu Sari.

"Amira! Amira! Apa benar yang dikatakan Ibu, kalau kamu sering membawa lelaki yang beda-beda ke kontrakan mu?" tanya Angga dengan hati penuh amarah.

"Pasti Ibu sudah memfitnah ku lagi, aku lelah selalu difitnah," batin Amira.

"Iya! aku selalu membawa lelaki berbeda-beda ke kontrakan ku, aku juga butuh kehangatan. Kalau kamu bisa menghianati ku kenapa aku tidak melakukannya?" ucap Amira dengan mata berkaca-kaca.

Betapa hancur hati Angga mendengar penjelasan Amira, air matanya langsung jatuh dipipinya.

"Oh, jadi benar."

Setelah berbicara seperti itu, Angga langsung pergi tanpa berkata apapun lagi. Semua pegawai yang bekerja disana nampak diam, mereka tahu kalau Amira hanya berbohong, mereka tahu Amira bukan wanita seperti itu.

Tiba-tiba saja Bu Sari keluar karena mendengar keributan diluar.

"Amira, kenapa kamu berbohong seperti itu?"

"Aku lelah selalu dituduh, Bu. Kalau memang perceraian akan terjadi aku sudah mempersiapkan hati ku untuk belajar ikhlas," jelas Amira.

"Ya Tuhan, malang sekali nasib mu, Amira." Bu Sari memeluk tubuh Amira yang kini bergetar menahan tangisan. Melihat hal itu pegawai lain yang kini menjadi teman Amira juga mendukung Amira agar bisa bersabar.

Beberapa bulan berlalu namun Angga belum juga memutuskan untuk menceraikan Amira, dia masih belum siap.

Pagi itu, Nia, Angga dan Ratna pergi kesalah satu dokter untuk memeriksakan kandungan Nia, tanpa disangka mereka bertemu dengan Amira yang juga ingin memeriksa kandungan kedokter yang sama. Amira ditemani Reza dan Ibunya nampak terkejut karena pertemuan yang sangat menegangkan.

Angga, Nia dan Ratna nampak membelalakan matanya melihat Amira yang ternyata hamil dan sedang ingin memeriksakan kandungannya juga.

"A-Amira? kamu hamil?" tanya Angga.

Belum sempat Amira menjawab, Ratna sudah memotong pembicaraan. "Lihatkan sekarang Angga, wanita murahan itu sekarang hamil tanpa seorang suami!" ucap Ratna dengan mata melotot.

"Amira Amira bisa-bisanya kamu hamil dengan pria lain saat kamu belum diceraikan oleh suamimu sendiri," ucap Nia dengan wajah yang memperlihatkan senyuman mengejek.

"Amira, katakan padaku itu anak siapa?" tanya Angga.

Amira tidak menjawab apapun, entah kenapa dia tidak bisa berkata-kata bukan karena dia takut, tapi karena terlalu sakit melihat suaminya kini membawa seorang wanita ke dokter kandungan apalagi wanita itu adalah yang sudah menghancurkan rumah tangganya disaat dirinya juga sedang hamil.

"Dia mana berani menjawab, kan sudah jelas dia juga berselingkuh. Cepat ceraikan saja wanita ini, Angga." Ratna berucap.

"Diam kalian, tidak sepantasnya memperlakukan Kak Amira seperti ini," bentak Reza yang kesal.

"kenapa kamu yang marah bocah tengil, apa jangan-jangan anak yang ada didalam kandungan Amira itu anak kamu?" tuduh Nia.

Bu Sari hanya bisa menggelangkan kepalanya melihat Angga yang hanya diam tanpa ada niat membela Amira.

"Iya, anak itu memang anakku. Puas kalian? Ibu, Kak Amira lebih baik kita pergi dari sini," ajak Reza yang semakin panas melihat keadaan itu.

Angga hanya terdiam tanpa tahu harus berbuat apa lagi, mengetahui Amira berselingkuh hingga hamil membuatnya begitu kecewa dan sedih.

"Ya Tuhan ternyata beginilah rasanya menjadi Amira, Amira membalas ku dengan cara yang sama," batin Angga.

****

Amira segera mengurus perceraiannya karena Angga tidak pernah mau melakukannya.

Kini Amira memegang akta perceraiannya dengan tangan yang bergetar. Rasanya seperti sebuah akhir dari perjalanan panjang penuh luka dan air mata. Di satu sisi, ia merasa lega bisa melepaskan diri dari hubungan yang terus menyakitinya. Namun, di sisi lain, rasa kehilangan tetap menghantui.

Bu Sari dan Reza selalu berada di sisinya selama proses perceraian itu. Reza, yang awalnya hanya mendengar kisah Amira, kini menjadi semakin peduli. Baginya, Amira adalah wanita kuat yang layak mendapatkan kebahagiaan sejati.

"Kamu benar-benar kuat, Ka Amira," ujar Reza suatu malam. "Tidak semua orang bisa menghadapi apa yang Kakak alami dan tetap berdiri seperti ini."

Amira tersenyum kecil. "Aku nggak punya pilihan, Reza. Kalau aku terus terpuruk, siapa yang akan menyelamatkanku? kalau bukan diriku sendiri"

Di sisi lain, Ratna sibuk mempersiapkan pernikahan resmi Angga dan Nia. Baginya, ini adalah momen kemenangan. Ia merasa telah menyingkirkan Amira yang dianggapnya tidak layak dan menggantikannya dengan Nia, wanita yang lebih sesuai dengan standar hidupnya.

"Semua harus sempurna," kata Ratna kepada Nia saat mereka melihat gaun pengantin. "Kamu harus menunjukkan kepada semua orang bahwa kamu adalah pilihan terbaik untuk Angga."

Nia tersenyum penuh kemenangan. "Tentu, Bu. Aku akan memastikan tidak ada yang bisa meremehkan kita lagi."

Namun, di balik semua itu, Angga tidak bisa mengusir bayang-bayang Amira dari pikirannya. Meski ia setuju untuk menikahi Nia secara resmi, hatinya tidak sepenuhnya di sana.

Setelah perceraian selesai, Amira memutuskan untuk fokus pada pekerjaannya di laundry dan membantu Bu Sari mengelola usaha tersebut. Ia juga mulai menyisihkan uang untuk memulai usaha kecil-kecilan sendiri.

Bu Sari sering memotivasi Amira. "Hidupmu belum berakhir, Amira. Perceraian ini bukan kekalahan. Ini adalah kesempatan untuk memulai hidup baru dengan lebih baik."

Reza juga selalu ada untuk memberi semangat. "Kalau Kakak butuh bantuan, jangan ragu untuk bilang, ya. Aku dan Ibu selalu mendukungmu."

Amira merasa bersyukur memiliki mereka di sisinya. Meski masa lalunya meninggalkan luka yang dalam, ia mulai melihat secercah harapan di masa depan.

Di tengah persiapan pernikahannya dengan Nia, Angga merasa semakin tidak tenang. Malam-malamnya diisi dengan mimpi tentang Amira dan masa-masa mereka bersama.

"Kenapa aku nggak bisa melupakannya?" gumamnya sambil memandang cincin pernikahan yang dulu ia berikan pada Amira.

Ratna, yang melihat Angga melamun, segera menegurnya. "Angga, kamu harus fokus pada pernikahan ini. Jangan pikirkan Amira lagi. Dia sudah bukan bagian dari hidupmu."

Angga hanya mengangguk, tetapi hatinya tetap berat. Ia tahu, meski ia menikahi Nia, cintanya yang sejati akan selalu berada pada Amira.

Beberapa minggu kemudian, Amira dan Reza pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk usaha baru Amira. Saat mereka berjalan keluar dari pasar, mereka bertemu dengan Angga dan Nia yang sedang berbelanja bersama Ratna.

Ratna langsung memandang Amira dengan tatapan penuh sindiran. "Oh, lihat siapa yang sedang bersama pria lain. Cepat sekali, ya, Amira."

Amira hanya tersenyum tipis. "Aku nggak punya waktu untuk memperhatikan apa yang nggak penting bagi hidup ku, Bu."

Reza, yang tidak suka melihat Amira direndahkan, berdiri di depan Amira. "Maaf, Tante. Tapi menurut saya, Amira jauh lebih baik sekarang tanpa beban. Dan kalau Tante tidak punya hal baik untuk diucapkan, lebih baik diam saja."

Angga hanya bisa diam melihat Amira yang kini tampak lebih kuat. Hatinya bergetar melihat betapa mandiri dan tegar Amira setelah semua yang terjadi.

Nia, yang merasa tersaingi, menggandeng tangan Angga erat-erat. "Ayo, Mas, kita pergi. Kita tidak punya waktu untuk orang-orang seperti mereka."

Saat mereka pergi, Amira merasa lega. Ia tahu, ia tidak lagi berada di bawah bayang-bayang Angga atau Ratna. Kini, ia memiliki kebebasan untuk menjalani hidupnya sendiri.

1
Aini Qu
Lumayan
Sri Wahyuni
bagus karya ini,.... ini realisasi kehidupan nyata
Non Mey: Makasih Kakak 🩷
total 1 replies
karya yang bagus, semoga kedepannya Amira punya keberanian untuk melawan mertuanya.gedek juga lihatnya
sangat keren
lanjutkan kakak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!