Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 : VELYN PINGSAN
“Velyn, hei!” panggil Richard menepuk-nepuk pipi istrinya.
Tak ada sahutan apa pun, kulit Velyn terasa sangat dingin. Richard panik, merengkuh tubuh istrinya dan segera merebahkan di ranjang. Melepas sepatu, jas, dan melonggarkan pakaian yang dikenakan oleh Velyn.
Sedikit panik, Richard membuka setiap laci nakas mencari minyak angin. Setelah menemukannya, ia memberi rangsangan pada hidung wanita itu. Membalurkan pada kening, dada, lalu jemari lentiknya.
Napas Richard berembus berat, “Bangun, Vel!” gumamnya, kemudian memijat antara ibu jari dan jari telunjuk tangannya.
Sudah cukup lama melakukannya, Velyn tak kunjung sadar juga. Kini beralih pada kakinya, membalurkan minyak angin pada telapak kakinya yang dingin, lalu memijat titik-titik syaraf untuk menarik kesadaran Velyn.
Velyn melenguh, kepalanya bergerak tidak tenang. Kelopak matanya terasa berat untuk dibuka. Pusing, gelap menyergapnya.
Mendengar lenguhan istrinya, Richard bergegas menghampiri, merapatkan bibirnya pada telinga Velyn. “Vel, Velyn kamu bisa dengar aku?” bisiknya pelan.
Velyn mengernyit kuat sebelum akhirnya membuka kelopak mata dengan perlahan. Kepalanya masih teramat pusing. Napasnya pun berembus dengan berat.
“Ah, akhirnya sadar juga!” desah Richard penuh kelegaan, sembari menyeka keringat di keningnya sendiri.
“Air....” gumam Velyn pelan, mulut dan tenggorokannya terasa kering.
Richard menepuk keningnya, lupa menyiapkan air minum untuk sang istri. “Iya! Tunggu sebentar. Aku buatkan teh hangat. Sabar ya,” balas Richard mengusap pelan bahu Velyn. Sadar atau tidak, Velyn membalas dengan anggukan.
Buru-buru Richard berlari menuju dapur, segera merebus air dan membuatkan teh hangat untuk istrinya. Beberapa saat kemudian, Richard kembali dengan langkah yang cepat dengan secangkir teh hangat di tangannya.
Karena terburu-buru dan tidak fokus dengan jalan, Richard tidak sengaja menabrak Debora hingga minuman itu tumpah mengenai gaun gadis itu.
“What the f**k!” umpat Debora mundur beberapa langkah, melihat gaunnya ternoda. Mulutnya terperangah, matanya membelalak dengan sangat lebar. Perlahan mengangkat pandangan, giginya bergemeletuk dengan sangat kuat.
“Richard! Apa yang kamu lakukan? Mata kamu di mana, hah? Main tabrak aja. Lihat nih baju kesayangan aku jadi basah dan kotor. Kamu tahu berapa harganya? Gajimu setahun di bar saja tidak akan cukup membayarnya!” teriak Debora tidak sopan. Suaranya melengking hingga membuat telinga Richard berdenging seketika.
Pria itu memejam sesaat, menatap Debora dengan kesal. Bibirnya enggan menyahut dan hanya menghela napas berat.
“Malah bengong lagi! Lo denger nggak sih gue ngomong?” sentak Debora melipat kedua lengannya dengan angkuh.
Richard hanya berdecak kasar, memilih jalan lain untuk menghindari adik ipar yang menghalanginya. Hal itu, tentu membuat Debora semakin meradang.
“Richard sialan! Sudah numpang di rumah istri, nggak tahu diri lagi!” pekiknya berkacak pinggang.
Sebelum meniti anak tangga, Richard menoleh, “Velyn pingsan di kamar,” sahutnya lalu kembali ke kamarnya.
“Apa?! Kak Velyn pingsan?” teriak Debora terkejut.
Suara Debora yang menggelegar mengundang perhatian penghuni rumah. Rendra dan istrinya menghampiri putri bungsunya itu.
“Kenapa kakakmu, Ra?” tanya Sabrina dengan raut khawatir.
“Kata Richard pingsan, Ma,” ucapnya.
“Apa?! Pingsan!” teriak Rendra dan Sabrina secara serentak. Debora mengangguk sebagai jawaban.
Ketiga orang itu berbondong-bondong ke kamar Velyn, mereka mendorong pintu dengan kasar. Saat pintu terbuka, pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Richard yang tengah membantu istrinya duduk.
Posisinya seperti berpelukan, memang tak berjarak. Hanya beberapa jengkal saja. Richard meletakkan bantal di punggung istrinya lalu menyodorkan segelas teh hangat. Walaupun sedikit berkurang karena tumpah.
“Astaga, Velyn!” teriak Sabrina histeris mendapati wajah putrinya pucat pasi bak mayat hidup.
Wanita paruh baya itu menarik lengan Richard dengan kuat lalu memberi sebuah tamparan di pipi. “Apa yang kamu lakukan pada putriku, hah? Kau pasti memaksa kehendakmu padanya sampai dia seperti ini. Ayo jawab! Kurang ajar kamu, ya!” cecar Sabrina memukuli lengan kekar Richard.
Baru menelan beberapa teguk minuman hangat itu, Velyn menoleh. Bibirnya bergetar ingin berucap, tapi rasanya masih sangat lemah. Ia ingin mencegah ibunya agar tidak memukuli Richard.
“Cukup, Ma! Kita bawa saja ke rumah sakit!” tukas Rendra menghentikan amukan Sabrina.
Velyn beralih menatap Richard, tersirat permohonan dari manik mata yang kini mulai mengembun dan siap menjatuhkan bulir bening. Kepalanya menggeleng pelan, ia tidak ingin dibawa ke rumah sakit. Bahkan wanita itu terlihat ketakutan.
“Bawa putriku ke mobil. Antar ke rumah sakit sekarang juga!” titah Rendra pada menantunya.
Richard mendekat pada Velyn yang gemetar. Tangan Velyn meraih tepi kemeja Richard dengan sangat kuat. “Aku enggak mau ke rumah sakit,” bisiknya dengan suara yang sangat pelan.
“Buruan, Richard! Lelet banget sih jadi orang!” sentak Rendra.
“Enggak mau, Cad. Aku enggak mau ke rumah sakit,” lirih Velyn di telinga Richard. Cengkeraman tangannya semakin kuat. Air matanya mulai berjatuhan.
Bersambung~
Makasih support dan dukungannya, Best! Tinggalin jejak 👣 yaa 💋
semoga sehat selalu 🤗🤗🤗
ck.. ck.. ck..
Malunya gak akan abis tujuh turunan..
Sulit buat Velyn.. makin cinta dech.. /Heart//Heart/
aq kasih bunga sama Vote
Mana panas pula lihat Stevy dah masuk mobil Delon