Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 11" Ribut
Plakkkk" Tiba - tiba tamparan mendarat di pipiku ternyata setelah aku menoleh orang yg menamparku itu tak lain adalah kak Adi.
" Kak kenapa aku di tampar?" Aku mengelus pipiku yg terasa panas, karna tamparan itu.papah dan nenek segera menghampiri ku. Mamah berjalan mendekat, di susul kak Ryan.
"Elu harus jauhin Ellena!!!" Kak Adi menatap tajam mataku.dia menunjuk sambil mencengkram kerah bajuku.
" Aku nggak ada rasa sama dia, aku akan menjauhi nya , kakak tenang aja!" aku memengang tangan nya dengan kuat, agar tidak mencekik leher ku.
" Elu bohong!!!" Kak Adi melayangkan pukulan ke wajah ku, lalu menendang perut ku hingga aku tersungkur .
" Uhukkk" Aku batuk sambil menahan sakit itu, papah langsung membangunkan tubuh ku, kecemasan nya terlihat. Mamah dan kak Ryan hanya diam melihat ujung bibir ku yg berdarah.
"Plakkkk .... Plakkkkk." Keterlaluan!!!" Papah menampar dan mencengkram kerah baju kak Adi. Membuat nya kaget dan merasa kesakitan . Dia mengelus pipi nya yg terasa panas dan pedas.
" Sayang ayo!" Papah merangkul pinggang ku, amarah nya kini tak bisa tertahankan lagi, beliau sangat terlanjur emosi akan kelakuan kak Adi pada ku.
Aku mengangguk, sambil tersenyum tipis,papah membawa ku ke kamar, beliau sangat kesal pada kak Adi karna selalu menyakiti aku, padahal papah sangat menyayangi nya sama seperti aku. Keributan hari ini cukup membuat kak Adi puas walau dia di tampar oleh papah kandung nya . karna dia tidak mau kalau aku bahagia.
Hembusan angin hari ini sangat menyegarkan, di tambah bunyi kicauan burung yg saling bersahutan membuat hari ini sangat indah tapi tidak bagiku.
Aku sudah sampai di kamar, papah dengan cepat mengambil kotak P3K dan mengeluarkan kapas beserta obat merah.
Dengan pelan papah mengobati luka ku, aku meringis karna perih. Tapi itu tak sebanding dengan keperihan hati ini ketika tidak di anggap ada oleh mamah dan kak Ryan yg merupakan ibu kandung ku sendiri dan kakak kandung ku.
" Ssshhhh sakit" aku meringis sambil menahan rasa sakit itu.perut ku juga sakit karana tendangan kak Adi sangat keras dan kuat.
" Tahan, sedikit lagi" Papah meringis juga melihat sku yg kesakitan, beliau pernah mengalami luka juga saat kecelakaan di masa lalu yg merenggut nyawa ibunda kak Adi . Saat itu kak Adi masih kecil belum mengerti apapun. kejadian itu tidak di beri tahu pada kakak, karna papah belum sanggup.
" Sakit pah, tapi aku masih bisa menahan nya, sakit ini tak sesakit hati ku, karna mamah dan kak Ryan tak peduli pada ku." Aku meringis sambil menatap sendu papah.
" Papah tau, kamu harus bisa menjalani ini terus sampai kebahagiaan menghampiri, papah yakin di balik semua ini ada sesuatu yg akan membuat mamah dan kakak mu menyesal seumur hidup nya" papah memeluk erat tubuh ku, punggung aku beliau belai dengan lembut. Papah Nazar memiliki hati yg sama seperti almarhum papah Zahran, karna mereka lebih mengutamakan keluarga , orang yg mereka sayang.
"Pah ,makasih ya, buat semua ini,aku pengen mamah dan kakak yg seperti ini juga, tapi semua itu tak nyata ada nya" Aku mengusap pipi ku yg masih terasa sakit .
" Ma sama sayang, papah akan melindungi mu, semampu dan sebisa papah, walau papah tau kau bukan darah daging diri ini, tapi papah nggak akan menyakiti mu , karna kamu anak yg baik jauh lebih baik dari Adi putra kandung papah sendiri" Papah mengecup kening ku sambil tersenyum manis.
Aku hanya tersenyum, memeluk nya. Aku belum yakin akan bisa memperjuangkan cinta ini untuk Ellena karna sikap dan kecemburuan kak Adi tadi membuatku takut akan menjalin cinta dengan nya.
Keributan pagi ini sangat membuat nenek pusing dan lebih memilih masuk ke kamar .