Desya yang terlahir dari keluarga sederhana ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang lelaki yang dimana lelaki itu inti dari permasalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veli2004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan
Beberapa buah ku ambil dan masukkan ke keranjang, mataku tertuju pada sebuah tes pack aku mengambilnya lalu ku masukkan kedalam keranjang.
Setelah pembayaran selesai bergegas aku pulang namun tes pack itu tidak ku masukkan kedalam kantung plastik melainkan ku simpan di dalam kantung bajuku.
Dengan terburu-buru mobil ku lanjukan dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai. Dengan jalan tergopoh aku masuk kedalam rumah.
Aku membawa semua belanjaan yaitu beberapa buah yang segar lalu ku masukkan kedalam kulkas agar tetap segar.
Bergegas aku masuk kedalam kamar dengan mengendap-endap agar Evan tidak melihatku, tes pack itu aku simpan dibawah bajuku yang tertata rapih di lemari.
"Akhirnya selesai juga" gumamku kemudian berdiri, merasa lega.
"Apa yang kau lakukan Desya? " Ucap seseorang.
Saat aku menoleh kebelakang benar saja Evan sudah berdiri di pintu kamar, dia menatapku seolah-olah minta penjelasan dariku.
"Aku habis membeli baju" ucapku berbohong.
Tak ada jawaban Evan langsung pergi begitu saja.
”Syukurlah dia nggak curiga” batinku.
Setelah Evan pergi, aku menjatuhkan tubuhku keatas kasur empuk. Rasanya sangat nyaman sekali.
Tok tok tok....
Suara ketukan pintu membuatku terlonjak kaget dari tempat tidur.
"Masuk" ucapku.
"Tuan Evan menyuruh anda untuk bersiap-siap Nyonya" ucap lelaki itu.
"Baik" sahut ku, kemudian lelaki itu pergi.
Aku turun dari tempat tidur, lalu berjalan kedalam bathroom. Mengambil handuk lalu membersihkan muka sampai bersih.
Lihat pantulan wajahku, tampak sedih dan lelah.
"Sialan mau kemana lagi dia" gumam ku pelan.
Aku akhirnya selesai membersihkan diri lalu kembali ke kamar.
Melihat banyak gaun tersedia di dalam lemari membuatku bingung harus memakai gaun yang mana.
"Semuanya cantik pantas saja mahal, ada harga ada kualitas" gumamku melihat semua gaun itu.
Aku berdiri sambil membawa gaun pertama kehadapanku lalu melihatnya dengan seksama.
Gaun tersebut berwarna biru muda, dengan aksen renda pada bagian bahu.
Sementara gaun kedua yang aku ambil, yang kali ini berwarna pink.
Gaun tersebut memiliki aksen pita pada bagian dada, membuat dada terbentuk sempurna.
Aku lalu membawa gaun ketiga kehadapanku.
Gaun tersebut berwarna putih. Namun memiliki aksen renda pada pergelangan tangan.
Merasa tertarik, aku membawa gaun tersebut lalu memakainya.
Dan melihat diriku sendiri di depan cermin.
"Cantik dan cocok" ucapku sambil berputar-putar merasa bangga melihat diriku yang berbeda.
Tak lupa untuk memakai make-up agar terlihat sempurna dengan kalung serta anting yang kupakai, sementara rambutku hanya ku gerai .
Selesai bersiap, aku langsung berjalan keluar dari kamar, lalu turun ke bawah.
Terlihat Evan sudah bersiap, wajah tampan nya itu tidak bisa aku lupakan sangat tampan ia adalah lelaki sempurna dimata wanita manapun walaupun sifatnya yang aneh bagiku.
"Ayo" ucapnya, mata nya tertuju kepadaku. Aku lalu mengangguk.
"Baik," sahutku lalu ia membawa tangan ku untuk membantu berjalan menuju mobil.
Satu yang membuatku heran dengan sifat lelaki yang telah menjadi suamiku ini, kadang baik kadang jahat kepadaku entahlah semua itu selalu aku fikirkan dalam otakku.
Aku masuk kedalam mobil lalu duduk pada kursi passenger. Evan lalu ikut masuk dan menutup pintunya.
Setelah sampai di hadapannya, Evan tidak langsung menyalakan mobil malah menoleh kearahku.
"Apa?," Tanyaku heran.
Ekspresinya berubah menjadi lebih dingin. Aku tahu bila wajahnya sudah kayak begitu maka ada apa-apa.
Evan lalu membawa kedua tangan ku ke dalam genggamannya.
Detak jantungku saat ini tidak karuan dibuatnya, aku juga tidak berani bila menatap kedua bola mata Evan.
"Tidak ada, " Jawab Evan lalu segera menyetir, mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.
Tak lama waktu berlalu mobil pun sampai di tempat tujuan, aku membawa pandanganku pada tempat tersebut tidak lain adalah tempat yang mewah dengan desain yang mencolok.
Lihat ada banyak mobil keren terparkir membuatku heran dengan tempat tersebut.
"Sebenarnya kita ini dimana? dan apa ini soal pekerjaanmu? " tanya ku dengan wajah kebingungan, apalagi aku melihat tempat yang sangat asing ini.
Ekspresi Evan kembali menjadi dingin, membuatku hanya bisa menunduk.
" Kau nggak perlu tau Desya" jawabnya dengan pelan.
”Apa dia akan membunuhku disini” Batinku dengan perasaan takut serta tanganku yang gemetar.
Perasaanku sudah tidak karuan, terlihat jelas ada yang akan terjadi kepadaku namun aku tidak tau itu apa. Tanganku sampai bergetar hebat tidak seperti biasanya.
Setelah sampai didalam, tangan Evan dilingkarkan kepinggangku membuat aku hampir terlonjak kaget.
”Sialan, apa-apaan ini” batinku kesal.
Lihatnya orang banyak yang sudah mulai mengitari kami, membuatku makin takut disini apalagi dengan aura Evan saat ini. Aku hanya bisa terus melangkah mengikuti kemana Evan berjalan.
Akhirnya sampai di pintu masuk tempat tersebut, terlihat banyak orang yang sudah berkumpul di dalam membuatku makin penasaran dengan tempat ini, tempat yang sangat asing dengan banyaknya pria serta ada beberapa juga wanita sexi.
Di dalam hanya bisa aku lihat ruangan besar, banyak orang sudah sampai disini bahkan terdapat bodyguard yang berada pada setiap penjuru ruangan.
"Evan" Gumamku pelan.
"Tempat apa ini?" tanyaku penasaran, kepingan-kepingan kebenaran mulai terpatahkan dalam kepala ku.
Aku mengikuti Evan dengan langkah kaki pelan sambil terus melihat ke beberapa orang yang tengah bersantai sambil meminum wine yang ada ditangan mereka.
Seorang pria berambut gondrong dengan luka dibagian dahinya, menatap kami yang tengah berjalan ke arahnya.
Pria itu tampan namun, wajahnya mengerikan bekas luka itu cukup besar dan luas aku sampai bergidik ngeri apalagi ditangan pria itu banyak tato yang terukir.
"Dia wanita yang pernah aku bilang kepadamu Bryan" ucap Evan sambil melirik kearahku.
Sontak saja aku terkejut dan mundur satu langkah dari Evan, aku tahu jelas apa maksud dari ucapan suamiku.
"Cantik" ucap pria itu yang bernama Bryan.
"Kau pintar memilih wanita cantik Evan" sambungnya lagi dengan menyunggingkan senyumnya.
"Tetap disini Desya, jikalau tidak... " ucap Evan tak melanjutkan perkataannya.
Ia menatapku dengan wajah dingin, aku tau lagi apa maksud dari perkataannya dia mengancam ku saat ini dengan membawa kedua orang tuaku lagi seperti sebelumnya.
Pria itu mengeluarkan sebuah tas berisikan uang, terlihat jelas dimataku saat tas itu dibuka di hadapan Evan.
Evan tersenyum puas, dengan tatapan dingin diwajahnya. Sama dengan pria itu terlihat begitu senang saat memberikan uang tersebut kepada Evan.
Aku hanya terdiam kaget, namun tak bisa untuk melakukan apapun itu untuk menyelamatkan diriku sendiri.
Tas berisikan uang itu lalu ditutup lagi, dan diberikan kepada Evan. Evan langsung menerimanya dengan tatapan dingin.
Walau kedua mataku saat ini tidak menangis, namun dalam hatiku meronta seperti ingin kabur namun tidak bisa. Begitu teganya Evan kepadaku dia menjual ku dengan harga mahal.
Tanganku menarik belakang jas Evan, seketika itu dia menoleh kepadaku dengan tatapan dingin sama seperti sebelumnya.
Dengan tatapan ku yang lemah, dan terlihat sedih dihadapannya namun sama sekali ia tak menghiraukan. Dia menatap kembali pria yang tengah duduk itu.