FIKSI karya author Soi. Hanya di Noveltoon.
Novel perdana author.
Berawal dari gadis biasa yang menghadapi diskriminasi dan hinaan orang banyak di sekitarnya, Clara membuktikan kemampuannya dengan bekerja sebagai ahli keuangan yang mengesankan bagi seorang bos konglomerat. Di satu sisi, Clara menjadi salah seorang kepercayaan bagi atasannya. Namun, di sisi lain ia menyadari bahwa pekerjaannya berkaitan dengan hal-hal berbahaya yang tidak manusiawi. Pertemuan kembali dengan Kent, sahabat pada masa remajanya, memberikan Clara keberanian untuk menguak kejahatan orang-orang kelas atas yang berkaitan dengan berbagai kasus misterius. Akankah Kent tergerak untuk menolong Clara seperti sedia kala?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon soisoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nostalgia
Seminggu setelah pertemuan terkini Adi dan Kris dengan Franc Raharja, tak diduga pria itu mengusulkan janji bertemu dengan Kent.
Kent sempat bergumul untuk menemuinya atau tidak, lalu akhirnya setuju.
"Ternyata memang kamu, Kent. Kau sudah menjadi pria dewasa. Ayahmu pasti bangga melihatmu, seandainya dia masih hidup. Bagaimana kehidupanmu? Semua baik-baik saja?" ucap Franc, bernostalgia.
Ditanyai oleh seorang teman baik almarhum ayahnya, entah mengapa Kent kesulitan menyampaikan pikirannya. Franc yang peka dan cerdas pun langsung paham seketika memperhatikan gerak-gerik Kent.
"Tidak apa-apa. Aku takkan memaksamu menceritakan semuanya kepadaku, bila tak sesuai kemauanmu," kata Franc sabar.
"Mengapa Paman Franc ingin bertemu denganku?" tanya Kent penasaran.
"Apa kamu takut bila Paman mungkin berniat untuk menyelidikimu?" respon Franc, terus terang.
"Paman memang orang yang hebat dan sangat bisa menilai lawan bicara," puji Kent.
"Kamu tidak perlu khawatir. Aku masih Paman Franc yang kau kenal semenjak masa remajamu, dan bagiku kau juga Kent Wahyudi, putra sahabatku yang baik hati dan sangat berbakat."
Dipuji seperti itu, Kent merasa miris akan kenyataan hidupnya, lalu berkata; "Aku hanya orang gagal. Setelah kedua orang tuaku tiada, hidupku hanya terpacu pada pelarian dan balas dendam."
Mendengar ungkapan pribadi dari Kent, pria yang setua Sean Wahyudi itu menyentuh pundak Kent yang terkulai.
"Kamu bukan orang gagal, karena kamu adalah putra Bapak Sean Wahyudi. Dalam dirimu, ada kemauan dan perjuangan keras. Dan karena itulah, kamu selalu bisa memulai dari nol hingga titik balik dalam hidupmu."
Nasihat dari Franc Raharja perlahan diterima dengan baik oleh Kent.
"Sejujurnya, aku berniat menawarkan pekerjaan padamu sebagai peneliti sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi CSR yang kukembangkan sejak lama bersama ayahmu. Itu sebelum aku menyadari bahwa kau ingin membalas dendam demi mengurangi korban komunitas Rosario di masa depan. Tujuanmu memang mulia, namun kusarankan kamu tidak membuang seluruh masa mudamu yang berharga," tambah Franc.
"Terima kasih karena Paman sudah memperhatikanku. Namun, balas dendam yang kuinginkan tidak sesederhana itu. Setidaknya, aku harus membuat mereka kehilangan arah dan pekerjaan, mengemis, lalu meminta belas kasihan agar tidak dibunuh. Itulah cara mereka mempermainkan orang lain. Seperti yang Paman ketahui, Rosario adalah komunitas yang jauh lebih berbahaya dan luas jaringannya dibandingkan geng mafia biasa. Oleh karena itu, sangat sulit menjarah dan menangkap para penjahat ini satu per satu. Mana bisa aku duduk bekerja di kantor, sementara mengetahui bahwa di luar sana jumlah korban tidak bersalah yang dihasut dan harus membayar dengan nyawa mereka terus bertambah?" sebut Kent sopan, namun tegas.
Franc sangat memahami Kent yang berpendirian kuat dan susah dibujuk. Pria paruh baya itu pun hanya tersenyum.
"Baiklah, lakukan yang terbaik sesuai caramu. Sebagai informasi tambahan sebelum kita berpisah, posisi untuk bekerja di CSR bersamaku akan selalu terbuka untukmu."
Seusai bertukar pendapat, Kent menyimpan kalimat terakhir Bapak Franc dalam hatinya.
"Ternyata, masih ada sedikit kenalan lama ayahku yang belum berubah," gumam Kent, tersadar akan sikapnya yang keliru.
Beberapa saat kemudian, Debry tiba-tiba menelepon Kent.
"Apa maumu? Bukannya kita telah sepakat bahwa hari ini libur?" ucap Kent, seketika menerima panggilan ponselnya.
"Kau memang sangat menyebalkan," geram Debry, namun berusaha mengontrol emosinya.
"Untuk apa aku mendengarkan umpatanmu? Kumatikan--"
"Tunggu!" sanggah Debry cepat, lalu menambahkan; "Aku akan mendanaimu dengan tinggi, asalkan kau mau menjadi sekretarisku."
Mendengar ucapan tidak masuk akal dari Debry, lelaki itu memijat keningnya selama dua detik sebelum menjawab.
"Rupanya, kau ingin memanfaatkanku karena kau sangat kekurangan informasi mengenai ayahmu. Kutolak."
"Tunggu! Jangan menutup telepon dariku. Kubilang tunggu," sanggah Debry untuk ke-dua kalinya.
"Apa yang bisa kau tawarkan padaku, jika aku setuju?" tanya Kent akhirnya.
"Apapun yang kau inginkan," balas Debry, sedikit terdengar frustrasi.
"Kalau begitu, pertama, deskripsikan pekerjaanku sebagai sekretarismu," kata Kent.
"Sebagai sekretarisku, aku ingin kamu menata ulang data karyawan, riwayat transaksi klien, dan memberikan penawaran menarik bagi klien penting bersama tim produksi. Bagaimana? Apa itu cukup membuatmu tertarik?" usul Debry.
"Hmm, boleh juga. Tapi, ingatlah bahwa tugasku sementara. Kau boleh menggunakan kemampuanku hanya jika aku dapat menemukan sesuatu yang berguna," putus Kent.
"Baiklah. Aku akan menganggapmu partner sementara dan juga sekretaris freelance-ku," ucap Debry sepakat.
"Tak kusangka, kita akan bekerja sama secepat ini. Kapan kau ingin aku memulainya?" tambah Kent.
"Secepat mungkin atau sesukamu, yang penting pekerjaan kita selesai. Sama denganmu, aku tidak suka membuang waktuku," jelas Debry.
"Ok. Ternyata, kau bisa bersikap profesional selain bersikap ketus. Sampai jumpa," kata Kent singkat, kemudian langsung menutup telepon sebelum Debry hendak mengucapkan kata-kata terakhirnya.
"Dasar menyebalkan! Ah, biarlah. Yang penting, aku sudah berhasil memasukkan orang pintar dalam proyek pentingku kali ini," gerutu Debry, namun cukup puas dengan hasil usahanya kali ini.
Di hari itu, malam harinya Clara mendapatkan sebuah email dari Presdir Linardi. Walau mengantuk, dirinya masih mampu beranjak dari ranjang untuk mengecek isi pesan di laptopnya.
Untuk Clara.
Mulai besok, kau akan menemui seorang klien penting yang mempercayai kemampuanmu selama perjalanan bisnis di Singapura. Kamu hanya perlu melakukan pekerjaan yang seperti biasanya. Gunakan ilmu yang telah kau pelajari mengenai perusahaanku.
Dari Presdir Linardi.
Setelah membaca pesan singkat itu, mata Clara langsung berbinar.
"Uwaah! Benarkah ini terjadi padaku?" serunya gembira, hingga melompat-lompat kecil.
Saking senangnya, Clara hampir melupakan rasa lelahnya. Rasa percaya diri yang bertumbuh dalam diri Clara membuatnya tidak takut lagi pada masa depan. Selain itu, timbul keinginan baru dalam benaknya.
Selama 30 tahun hidupnya, Clara belum pernah berpacaran dengan siapapun. Meski Clara sering teringat akan Kent, semua itu hanyalah khayalan atau cinta monyet di masa remajanya.
Ingatan tentang perjumpaan terkininya dengan Kent memberinya suatu dorongan yang berbeda.
"Aku jadi semakin penasaran. Mengapa dia terkesan begitu dingin? Padahal, banyak sekali yang ingin kutanyakan padanya. Jika kita bertemu lagi, akan kupastikan kau tidak kabur dariku."
Dengan naif dan lugunya, Clara berucap dalam selimutnya. Suara angin kencang di luar jendela kamarnya pada musim penghujan pun terdengar bagaikan alunan musik yang membuatnya tertidur lelap dan bermimpi indah hingga pagi.
Begitulah Clara dan Debry. Dua orang gadis dengan takdir dan perjumpaan yang berbeda dengan seorang pemuda yang sama. Keduanya tidak pernah bisa menebak apa yang sebenarnya direncanakan oleh Kent Wahyudi. Selain komunitas Rosario, adakah musuh lainnya dan siapakah yang akan berjuang hingga akhir bersama dengan pemuda itu?
- Bersambung -
kutunggu up next nyaaa
semangatt thor SOI 🔥💜