Judul: KEBANGKITAN PENDEKAR ABADI
Deskripsi:
Ling Chen, seorang pemuda tangguh yang penuh dengan pengalaman pertempuran, terjebak dalam perjalanan menuju takdir yang lebih besar. Setelah terluka parah oleh makhluk tingkat Emperor Bintang 9 di Hutan Terlarang, ia menemukan dirinya berada di ambang kematian. Namun, sebuah kekuatan misterius, Sistem Dewa Alam, terhubung dengannya, membuka jalan baru yang penuh dengan peluang dan tantangan.
Dengan bimbingan sistem dan hadiah luar biasa yang diterimanya, Ling Chen bertekad untuk menguasai kekuatan baru, memperbaiki kesalahan masa lalunya, dan menaklukkan dunia yang dipenuhi makhluk-makhluk legendaris. Dalam perjalanan ini, ia tidak hanya harus melawan kekuatan besar dari luar, tetapi juga menghadapi ambisi dan kesombongannya sendiri yang perlahan ia ubah menjadi kebijaksanaan.
Akankah Ling Chen berhasil mencapai puncak kekuasaan dan membalas dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Axellio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 SELEKSI MASUK SEKTE
Bab 7 Lanjutan: Ketenangan Ling Chen di Tengah Ancaman
Aula pendaftaran murid sekte dipenuhi dengan berbagai peserta seleksi yang bersemangat, masing-masing dengan ekspresi penuh harapan dan kecemasan. Suasana pagi itu terasa tegang, seolah-olah setiap orang menyadari bahwa ujian besar ada di depan mereka, menentukan nasib mereka di dunia sekte yang penuh persaingan. Namun, di tengah keramaian itu, ada satu sosok yang tampaknya berbeda dari yang lainnya—Ling Chen.
Ling Chen berdiri dengan tenang di tengah aula, tatapannya tak terganggu oleh kerumunan orang di sekitarnya. Ia tidak terburu-buru, tidak menunjukkan kegelisahan, dan bahkan sedikit pun tidak terlihat panik. Meskipun kesadaran akan ancaman yang mungkin datang menghampirinya menyelubungi udara, Ling Chen merasa bahwa ini hanyalah bagian dari perjalanan panjangnya, yang telah dilatih oleh pengalamannya selama bertahun-tahun.
Di luar kesibukan di aula, beberapa peserta yang lebih berpengalaman mulai memperhatikannya. Mereka melihat sosok pria muda berpakaian hitam dengan topi jerami yang terkesan sederhana, namun cara ia berdiri, cara ia memperhatikan sekitar tanpa menunjukkan kegelisahan, memberi kesan bahwa dia bukanlah seseorang yang mudah ditaklukkan. Pemandangan itu membuat beberapa orang bertanya-tanya.
Duan Xia: "Lihat anak itu, dia terlihat sangat tenang. Ada apa dengannya?"
Jiang Lei: "Aku dengar dia yang semalam membuat masalah dengan Wang Tianhao. Tidak tahu bagaimana dia bisa begitu tenang setelah dihina seperti itu."
Mereka berbicara pelan, namun perbincangan itu sampai juga ke telinga Hu Lang, senior sekte yang sudah berencana menjatuhkan Ling Chen. Hu Lang, yang bersama dua rekannya, memandang Ling Chen dengan tatapan tajam, mencurigai bahwa ketenangan yang ditunjukkan Ling Chen bukanlah sesuatu yang biasa.
Hu Lang: "Dia... dia tidak seperti yang mereka katakan. Ada sesuatu yang berbeda tentang anak ini. Apa dia benar-benar tidak sadar kalau kita mengincarnya?"
Salah satu temannya yang juga senior sekte, seorang pria tinggi besar dengan postur mengancam bernama Zhang Wei, menanggapi dengan sinis.
Zhang Wei: "Lihat saja. Kami akan menangani anak itu di ujian nanti. Tidak ada yang bisa lolos dari kami."
Namun, meskipun Hu Lang dan Zhang Wei berbicara dengan penuh percaya diri, ada sedikit keraguan di hati mereka. Ling Chen tetap berdiri di sana dengan ekspresi datar, seolah tidak ada yang bisa mengganggunya, bahkan dengan ancaman yang jelas di sekelilingnya.
Di sisi lain, Wang Tianhao, yang telah berusaha memanfaatkan pengaruhnya untuk menjatuhkan Ling Chen, tetap marah dan tak terima atas peristiwa semalam. Ia menyaksikan dari kejauhan, mulutnya sedikit terbuka karena rasa kesal yang tak tertahankan. Tatapannya penuh kebencian dan kemarahan yang terpendam.
Wang Tianhao: (dalam hati) Aku tidak akan membiarkan penghinaan ini berlalu begitu saja. Aku akan buat dia membayar mahal atas kesalahannya.
Namun, meskipun keinginan untuk membalas dendam begitu kuat, Wang Tianhao tahu betul bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertindak terburu-buru. Bagaimanapun juga, ujian seleksi ini adalah kesempatan besar, dan ia tidak ingin merusak kesempatan itu hanya untuk membalas dendam kecil. Tapi dendam itu tetap ada, terpendam dalam dirinya, menunggu saat yang tepat untuk diluapkan.
Sementara itu, Ling Chen berdiri tegak di dekat meja pendaftaran, yang sudah dipenuhi peserta lain yang sedang menunggu giliran mereka. Ia membuka sedikit topi jeraminya, membiarkan angin pagi yang sejuk menyentuh wajahnya. Meski dunia di sekelilingnya penuh dengan bisikan dan pandangan penuh curiga, Ling Chen hanya melangkah maju dengan santai.
Ia tidak merasa perlu terburu-buru. Bagi Ling Chen, ujian ini hanyalah langkah kecil dalam perjalanannya yang jauh lebih besar. Ia memanfaatkan waktu yang ada untuk berbicara dalam hati dengan Sistem, menganalisis teknik pedang yang baru saja ia beli dan bagaimana cara mengoptimalkan kekuatan teknik tersebut.
Ling Chen: (berbicara pelan kepada sistem) "Teknik pedang ini... sepertinya mengandalkan kekuatan fisik yang luar biasa, namun jika digabungkan dengan pengendalian energi internal, serangannya bisa jauh lebih efektif. Tapi aku perlu lebih banyak waktu untuk menguasainya sepenuhnya."
Sistem: "Benar. Potensi teknik ini besar, tapi menguasainya membutuhkan waktu dan latihan yang tekun. Namun, dengan pengalaman dan kemampuanmu saat ini, kamu sudah berada di jalur yang benar."
Ling Chen mengangguk dalam hati, berfokus pada teknik itu lebih dalam lagi. Ia mulai membayangkan bagaimana gerakan pedangnya akan terlihat setelah ia memodifikasi alur gerakan dengan kecepatan dan presisi yang ia miliki. Ia tahu bahwa ini bukan hanya soal kekuatan fisik, tetapi juga kecerdasan dalam memanfaatkan momen yang tepat, suatu keahlian yang telah ia pelajari melalui pengalaman bertahan hidupnya di Hutan Terlarang.
Tiba-tiba, suara lantang dari meja pendaftaran menghentikan diskusinya.
Panitia: "Semua peserta seleksi, harap berkumpul! Pendaftaran calon murid sekte akan segera dimulai. Segera serahkan formulir kalian untuk diproses!"
Suara itu memecah konsentrasi Ling Chen, namun ia hanya melangkah maju dengan santai, seakan tidak ada yang bisa menggoyahkan ketenangannya. Ia menyerahkan formulir pendaftaran dan menerima tanda pengenal peserta. Dengan ekspresi datar yang tetap tenang, ia melangkah ke bagian lain dari aula, menghindari pandangan penuh curiga dari beberapa peserta lainnya.
Namun, dalam hati Ling Chen, perasaan waspada masih tetap ada. Ia tahu bahwa ancaman dari Wang Tianhao dan kelompoknya belum berakhir. Semua ini hanyalah awal dari sebuah permainan besar yang akan segera dimulai. Tapi untuk saat ini, ia tetap tenang, menunggu momen yang tepat untuk menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Ling Chen tidak peduli dengan tatapan yang mengarah padanya. Tidak peduli seberapa besar ancaman yang datang. Baginya, ini adalah bagian dari takdir yang sudah ia pilih—untuk menjadi lebih kuat dan melangkah lebih jauh, menaklukkan semua rintangan yang menghadangnya.
Namun pada saat itu juga suasana di aula pendaftaran tiba-tiba berubah drastis. Sebuah aura yang sangat kuat mengguncang seluruh ruangan, membuat tanah seolah bergetar dan udara menjadi semakin berat. Beberapa peserta yang lebih lemah terjatuh ke lutut, dan wajah mereka tampak pucat saat merasakan tekanan luar biasa yang datang tanpa peringatan.
Di antara mereka, hanya Ling Chen yang tetap berdiri dengan tenang. Meskipun tekanan itu sangat kuat, Ling Chen tetap tidak terganggu. Ia pernah merasakan aura jauh lebih kuat sebelumnya—sebuah kekuatan yang datang dari seorang Emperor Bintang 9—dan itu jauh lebih menakutkan daripada apa yang ia rasakan sekarang.
Dengan ekspresi datar, Ling Chen memperhatikan sekelilingnya. Di depan aula, dua sosok muncul, menguasai ruangan dengan aura mereka yang begitu dominan. Patriak Xian, seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam dan aura yang begitu menekan, berdiri tegak bersama Tetua Sekte, seorang wanita tua dengan tatapan tajam yang tidak kalah kuat.
Patriak Xian: (dengan suara menggema) "Kalian yang hadir di sini, para calon murid, adalah harapan bagi sekte kami! Kami adalah sekte yang memiliki empat gunung besar yang mendukung kekuatan kami. Setiap gunung memiliki spesialisasi yang berbeda, namun semuanya bertujuan untuk memperkuat kekuatan dunia kami."
Setelah itu, Patriak Xian mengangkat tangannya, dan sejenak seluruh aula menjadi hening. Tatapannya melingkar di antara para calon murid, dan aura yang mengelilinginya semakin menebal.
Patriak Xian: "Gunung pertama adalah Gunung Pendekar, tempat para ahli pedang dan seni bela diri lainnya yang akan membentuk kekuatan fisik yang luar biasa! Gunung kedua adalah Gunung Pandai Besi, yang mengasah kemampuan membuat senjata, alat, dan segala benda yang berguna untuk menunjang pertarungan! Gunung ketiga adalah Gunung Pengobatan, untuk mereka yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dan merawat luka dengan ilmu pengobatan yang sangat dalam! Dan gunung keempat adalah... Gunung Ilmu Ilahi, yang mendalami pengetahuan esoterik dan kekuatan spiritual yang akan memperkaya kekuatan sekte kita."
Ling Chen mendengarkan, namun perhatiannya hanya sedikit terganggu oleh ucapan Patriak. Baginya, semua itu tidak penting. Ia tahu apa yang ia inginkan—menjadi lebih kuat. Dan jika gunung mana yang dia pilih bisa membantunya menuju itu, maka ia akan melangkah tanpa ragu.
Tetua Sekte: (suara serak dan dalam) "Setelah kalian mendengarkan sambutan dari Patriak. sekarang saatnya untuk memulai ujian! Ujian ini terdiri dari tiga rintangan utama yang akan menguji kekuatan, ketahanan, dan strategi kalian. Jangan anggap enteng ujian ini. Hanya yang terkuat yang bisa bertahan dan menjadi bagian dari sekte kami."
Setelah kata-kata Tetua Sekte yang menggetarkan itu, suasana aula kembali penuh dengan kegembiraan dan kecemasan. Semua calon murid mulai bersiap, mengetahui bahwa ujian besar sudah menanti.
Rintangan pertama dimulai dengan sebuah medan yang sangat berat. Sebuah jalur yang penuh dengan batu-batu besar, lumpur tebal, dan jebakan yang tersebar di sepanjang jalan. Para peserta harus bergerak sejauh mungkin melalui jalur yang penuh rintangan ini tanpa terjatuh atau terperangkap dalam jebakan.
Di depan, Hu Lang terlihat sangat percaya diri, meskipun tubuhnya cukup besar dan berotot, tampaknya dia sudah terbiasa dengan jenis ujian seperti ini. Sebaliknya, beberapa peserta lainnya terlihat kebingungan dan gugup, memandang jalur yang sepertinya mustahil untuk dilewati.
Ling Chen, meskipun tampak tidak begitu mencolok, tetap melangkah maju dengan tenang. Dengan gerakan ringan dan cekatan, ia melangkah menghindari jebakan dan batu besar yang muncul tiba-tiba. Setiap kali ia bergerak, langkahnya terlihat sangat terukur dan efisien. Para peserta lain, meskipun berusaha keras, sering kali terjatuh atau terjebak, namun Ling Chen tetap melangkah dengan kecepatan yang tidak terburu-buru, tetapi tetap lebih cepat daripada banyak peserta lainnya.
Mata-mata yang mengawasi ujian ini mulai memperhatikan keanehan pada Ling Chen. Meskipun ia tidak berlari seperti beberapa peserta lainnya, langkahnya yang tenang dan terkoordinasi membuatnya hampir terlihat seolah-olah ia tidak sedang mengalami kesulitan sama sekali.
Zhang Wei, yang merasa terancam oleh kemampuan Ling Chen, berusaha menambah kecepatan dan melompat melewati beberapa batu besar, tetapi langkahnya tergelincir. Ia jatuh dengan keras ke dalam lumpur, membuat beberapa peserta lain tertawa terbahak-bahak. Zhang Wei segera berdiri dan menggeram, namun raut wajahnya menunjukkan bahwa ia semakin kesal.
Ling Chen melewati rintangan itu dengan mulus, tetap terlihat tenang meskipun dia adalah salah satu yang tercepat menyelesaikan ujian. Namun, ia tidak menarik perhatian berlebihan. Ia hanya memperhatikan sekeliling dengan sedikit rasa ingin tahu, menyadari bahwa para peserta lain mulai melihatnya dengan rasa curiga.
Setelah berhasil melewati rintangan pertama, para calon murid dibawa ke sebuah ruangan besar, dengan meja-meja dan teka-teki yang tersusun rapi di atasnya. Setiap peserta diberikan sebuah teka-teki yang berbeda dan harus memecahkannya dalam waktu yang terbatas. Teka-teki ini bukan hanya soal kecerdasan, tetapi juga soal bagaimana peserta bisa bekerja sama dan menggunakan logika serta strategi untuk mencapai tujuan mereka.
Ling Chen duduk di meja yang sudah disediakan untuknya. Sebelum ia mulai, ia melirik sekitar dan menyadari bahwa beberapa peserta, terutama Hu Lang dan Zhang Wei, dengan sengaja berusaha mengganggu peserta lain agar mereka gagal. Namun, Ling Chen lebih memilih untuk fokus pada teka-teki yang ada di hadapannya.
Hu Lang: (dengan suara rendah, berbisik ke teman-temannya) "Biarkan mereka tenggelam dalam kebingungan. Ini saat yang tepat untuk melihat siapa yang sebenarnya bisa berpikir jernih."
Teka-teki di depan Ling Chen berupa serangkaian angka yang harus diurutkan dan dipasangkan dengan simbol tertentu. Ia menatapnya dengan serius, mulai menyusun pola dalam pikirannya. Saat yang lain terlihat kebingungan dan cemas, Ling Chen tetap tenang. Ia tidak terburu-buru, tetapi tangannya bergerak dengan cepat, menyusun angka dan simbol dengan sangat efisien.
Sementara itu, Zhang Wei dan Hu Lang melirik ke arah Ling Chen, merasa sedikit terancam. Mereka bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda dari pemuda ini. Meskipun ia tidak menonjol secara fisik, kemampuannya dalam berpikir dan memecahkan masalah menunjukkan sesuatu yang tidak biasa.
Ling Chen menyelesaikan teka-teki nya lebih cepat daripada yang lain, namun ia tidak menoleh untuk melihat reaksi peserta lainnya. Semua peserta lainnya terperangah, namun hanya beberapa yang berani berbisik satu sama lain, merasa bahwa Ling Chen jelas memiliki sesuatu yang istimewa.
Namun, meskipun ia tidak berusaha menarik perhatian, Hu Lang dan Zhang Wei merasa dipermalukan. Mereka harus mencari cara untuk "menggali" lebih dalam dan mencoba mengalahkan Ling Chen di rintangan berikutnya.
____________________________________________
TERIMAKASIH YANG SUDAH MEMBACA
See you :)