NovelToon NovelToon
ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Non Mey

Amira kira setelah menikah hidupnya akan bahagia tapi ternyata semua itu tak sesuai harapan. Ibu mertuanya tidak menyukai Amira, bukan hanya itu setiap hari Amira hanya dijadikan pembantu oleh mertua serta adik iparnya. Bahkan saat hamil Amira di tuduh selingkuh oleh mertuanya sendiri tidak hanya itu setelah melahirkan anak Amira pun dijual oleh ibu mertuanya kepada seorang pria kaya raya yang tidak memiliki istri. Perjuangan Amira begitu besar demi merebut kembali anaknya. Akankah Amira berhasil mengambil kembali anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Non Mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melahirkan

Waktu berlalu dengan cepat. Kini, kandungan Amira telah memasuki usia sembilan bulan. Ia merasa cemas sekaligus bahagia, menanti kehadiran buah hatinya. Di tengah persiapan untuk melahirkan, Amira merasa bersyukur memiliki Bu Sari dan Reza di sisinya.

"Semua sudah siap, kan?" tanya Reza sambil memeriksa tas perlengkapan yang akan dibawa ke rumah sakit.

Amira tersenyum lembut. "Sudah, Reza. Terima kasih ya, kamu dan Ibumu sudah banyak membantu."

Reza hanya menggeleng. "Itu kewajiban kami. Kakak sudah seperti keluarga sendiri."

Bu Sari yang sedang duduk di dekat mereka menimpali, "Amira, jangan pikirkan apa-apa lagi. Fokus aja pada kesehatanmu dan bayimu. Kami akan mengurus sisanya."

Amira merasa lega mendengar dukungan itu. Meski perjalanan hidupnya penuh liku, ia mulai menemukan ketenangan.

Di sisi lain, hidup Angga tidak berjalan seperti yang ia bayangkan. Pernikahannya dengan Nia, yang awalnya penuh janji kebahagiaan, justru dipenuhi konflik. Nia yang dulu terlihat penuh kasih, kini sering menuntut dan mengeluhkan banyak hal, terutama tentang keuangan.

"Mas, kapan kamu bisa membelikan aku mobil baru? Lihat, teman-temanku semua sudah punya suami yang mapan," keluh Nia suatu malam.

Angga menghela napas berat. "Aku sedang berusaha, Nia. Tapi tidak semuanya bisa didapatkan instan."

Nia mendengus kesal. "Mas, Kalau kamu dulu menikah dengan ku sejak awal, hidup kita pasti sudah lebih baik."

Ucapan itu seperti pisau yang menusuk hati Angga. Ia tidak bisa berhenti memikirkan Amira dan bagaimana ia telah menyia-nyiakan wanita yang tulus mencintainya.

Pada suatu malam, Amira tiba-tiba merasakan kontraksi. Ia langsung memberitahu Bu Sari dan Reza. Mereka dengan sigap membawanya ke rumah sakit.

"Ayo, Amira, tarik napas dalam-dalam," ujar Bu Sari sambil menggenggam tangan Amira di mobil.

Sesampainya di rumah sakit, dokter menyatakan bahwa Amira sudah siap untuk melahirkan. Setelah beberapa jam yang penuh perjuangan, Amira melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat.

"Selamat, Amira. Bayimu luar biasa tampan," kata dokter sambil menyerahkan bayi itu ke pelukan Amira.

Amira menangis bahagia. "Ini anugerah terindah dalam hidupku."

Reza, yang menyaksikan momen itu, merasa haru. Ia mendekat dan berkata, "Kak, aku janji akan selalu ada untuk kamu dan anakmu."

Bu Sari tersenyum lega. "Ini awal baru, Amira. Tuhan tidak pernah meninggalkanmu."

Kabar tentang kelahiran anak Amira akhirnya sampai ke telinga Angga melalui Loli. Meski Loli kini masih sering datang ke kontrakan Amira untuk membantu, ia sengaja tidak memberitahu ibunya tentang kabar itu karena tahu Ratna akan membuat keributan.

"Mas, kamu tahu nggak? Kak Amira sudah melahirkan," kata Loli dengan nada pelan di telepon.

Angga terdiam sejenak. "Amira… sudah melahirkan? Anak laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki, Mas. Dia sehat. Tapi aku minta tolong, jangan bilang siapa-siapa. Kak Amira pasti tidak ingin tahu kalau kamu tahu."

Angga merasa hatinya teriris. Ia ingin melihat anak itu, tapi ia sadar bahwa Amira mungkin tidak akan pernah memaafkannya.

Kini, Amira memulai hidupnya sebagai seorang ibu tunggal. Meski penuh tantangan, ia merasa lebih kuat dari sebelumnya. Kehadiran bayinya membawa kebahagiaan yang tak tergantikan.

Bu Sari dan Reza masih setia membantu Amira. Reza bahkan sering bermain dengan bayi Amira, memberinya julukan "pejuang kecil."

"Kak Amira, aku yakin anak ini akan tumbuh menjadi anak yang hebat, sama seperti ibunya," kata Reza sambil menggendong bayi itu.

Amira tersenyum. "Aku hanya berharap dia tumbuh bahagia, Reza. Itu saja."

Meski masa lalu masih meninggalkan luka, Amira yakin bahwa masa depannya kini penuh harapan. Dengan dukungan orang-orang di sekitarnya, ia siap menjalani hidup barunya dengan penuh semangat.

"Oh iya Kak, Loli itu sudah punya pacar belum?" tanya Reza tiba-tiba.

"Setahu aku sih dulu punya, tapi sekarang udah putus."

Mendengar penjelasan Amira Reza seperti memiliki harapan baru.

"Kamu suka sama Loli ya?" tanya Amira.

Reza tidak langsung menjawab dia hanya terdiam beberapa saat. "Ah, nggak cuma tanya aja kok kak," jawab Reza dengan sikap salah tingkah.

Loli memang sering mengunjungi Amira di kontrakan kecilnya. Awalnya, ia datang hanya untuk membantu mengurus bayi Amira atau sekadar membawa makanan. Namun, seiring waktu, Loli mulai mengenal Reza, anak bungsu Bu Sari yang juga sering membantu Amira.

Reza adalah sosok yang hangat dan penuh perhatian. Setiap kali Loli datang, Reza selalu menyapa dengan senyuman atau menawarkan bantuan. Awalnya, Loli hanya menganggapnya sebagai teman biasa. Namun, pertemuan mereka yang sering membuat Loli mulai merasakan sesuatu yang berbeda.

Di sisi lain, Loli sedang menghadapi kenyataan pahit dalam hubungan percintaannya. Pacarnya, yang dulu berjanji akan menikahinya, ternyata hanya seorang pembohong. Loli merasa hancur ketika mengetahui bahwa pacarnya berselingkuh dengan istri orang lain.

Amira, yang sudah mengetahui hal ini, mencoba menguatkan Loli. "Loli, mungkin ini cara Tuhan menunjukkan bahwa dia bukan orang yang tepat untukmu," kata Amira lembut.

Loli mengangguk pelan. "Aku kecewa, Kak. Tapi aku juga merasa lega. Setidaknya sekarang aku tahu kebenarannya."

Hari-hari berlalu, dan tanpa disadari, Loli dan Reza semakin dekat. Reza sering bercanda untuk membuat Loli tertawa, terutama ketika ia terlihat murung.

"Hei, Loli, kamu tahu nggak? Kalau kamu terus cemberut, nanti bayi Kak Amira takut lihat kamu," kata Reza sambil tertawa.

Loli mencubit lengannya pelan. "Kamu ini suka banget ngejek!"

Reza hanya tertawa lagi. "Aku nggak ngejek kok, cuma mau lihat kamu senyum. Senyummu kan manis."

Ucapan itu membuat Loli tersipu. Ia mulai merasa nyaman setiap kali berada di dekat Reza.

Suatu sore, ketika Loli sedang duduk di teras kontrakan Amira, Reza datang membawa es teh dan sepiring gorengan.

"Nih, buat kamu. Jangan lupa makan ya. Aku nggak mau lihat kamu manyun kayak orang kelaparan disini," katanya Reza memulai percakapan dengan sebuah candaan.

Loli tersentuh dengan perhatian itu. "Reza, kamu baik banget. tahu aja kalau aku sedang lapar?"

Reza hanya tersenyum. " Tahu lah, lihat aja muka mu udah mirip kucing kecebur got," ucap Reza setelah itu tertawa lepas.

"Ehh, berisik. Anak Kak Amira lagi tidur."

"Hehe, aku lupa." Reza menggaruk kepala yang tidak gatal.

Loli menatap Reza dalam-dalam. Untuk pertama kalinya, ia merasa ada seseorang yang tulus memperhatikannya tanpa pamrih.

Sementara itu, hubungan Loli dengan Amira semakin erat. Loli merasa bersalah atas semua yang terjadi di masa lalu. Ia bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik, terutama setelah melihat perjuangan Amira sebagai ibu tunggal.

"Kak Amira, aku nggak tahu gimana caranya berterima kasih sama Kakak," kata Loli suatu malam.

"Kamu nggak perlu berterima kasih, Loli. Yang penting, kamu belajar dari semua ini," jawab Amira.

"Makasi, Kak." Loli langsung memeluk erat Amira.

1
Aini Qu
Lumayan
Sri Wahyuni
bagus karya ini,.... ini realisasi kehidupan nyata
Non Mey: Makasih Kakak 🩷
total 1 replies
karya yang bagus, semoga kedepannya Amira punya keberanian untuk melawan mertuanya.gedek juga lihatnya
sangat keren
lanjutkan kakak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!