Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Wanita, Mengintai.
Hingga matahari tenggelam sepenuhnya. Menyisakan sedikit rasa kecewa di hati,Leader.
"Tuan Rain,bukan anak kecil yang harus di bujuk setiap waktu agar mau mengikuti apa mauku." Lirih Leader, sebelum kakinya melangkah pergi meninggalkan ruangan yang kini gelap,terang karena bantuan cahaya lentera.
Rain, menatap punggung Leader yang menjauh. Hatinya juga menjadi bercabang setelah pengawalnya itu selalu menawarkan agar memberi tahu, Raeba.
Tapi,di benaknya tidak begitu yakin akan memberi tahukannya,atau tidak. Karena Rain masih ragu dengan cintanya,Raeba. Bisa saja Raeba mengambil kesempatan terbaik ini untuk membunuhnya,dan pergi ke lain orang untuk menemukan cintanya.
"Hais.." Rain, menggusar rambutnya dengan kasar. Memikirkannya saja membuat pemuda itu,pusing tujuh telaga.
Tiba-tiba perutnya berbunyi, menyampaikan instruksi khusus agar Dia segera pergi ke ruangan makan. Perutnya yang hanya di isi sedikit kudapan,kini kembali terasa minta untuk segera di isi. Dengan berat hati Rain melangkah meninggalkan ruangan itu dan berjalan menuju meja makan.
Leader, yang baru selesai membuat makan malam, cukup terkejut mendapati tuannya telah duduk menunggu dengan piring dan sendok di tangannya.
"Apakah,Tuan,se lapar itu? Apa aku yang terlalu lama memasak sehingga Tuan berprilaku aneh seperti ini?" Leader, menepis pikiran buruknya. Menyiapkan makanan yang tadi di buatnya dan menaruh di depan,Rain.
"Silahkan,Tuan." Ucapnya dengan rasa penuh ketakutan.
"Ambilkan! Aku rasa tanganku kurang berfungsi setelah kau men-cecarku dengan banyak pertanyaan." Tegas Rain yang terdengar sangat ambigu.
Leader, mengangguk. Mengambilkan seporsi sup daging yang di campur umbi-umbian hasil perkebunan di belakang kediaman,dan segera berdiri di belakangnya.
Mungkin apa yang di katakan Rain benar, Dia terlalu banyak bertanya dan berbicara hari ini, sehingga tuannya butuh waktu untuk menenangkan seluruh anggota tubuhnya.
•••
Raeba, menuliskan sesuatu untuk di kirimkan kepada,Rain. Ia, cukup merindukan tunangannya meski rasanya belum terlalu yakin bahwa ia telah jatuh cinta pada,Rain.
"Dia harus datang,besok!" Ucapnya dengan seringai tipis menghiasi bibirnya.
Ada sesuatu hal yang harus di perhatikan oleh,Raeba, tentang Rain. Jadi ia ingin pemuda itu datang ke kediamannya besok.
Selesai mengirimkan surat melalui burung peliharaannya,ia, keluar dari dalam kamar menuju tempat dimana kucing hutan di tempatkan.
Aya, yang baru saja selesai menyiapkan makan malam dan hendak memanggil,Raeba, menghentikan langkahnya.
"Selamat malam, Nona Raeba." Sapanya ramah dengan penuh senyuman ketulusan hati.
"Malam."Angguknya menatap ke arah,Aya, yang masih berdiri di depan pintu.
"Aya, dimana anak-anak?" Menarik tangan Aya agar ikut dengannya.
"Mereka sedang berada di paviliun, Nona." Jawabnya sambil menatap punggung junjungannya.
"Apa Anda perlu dengan mereka, Nona? Kalau begitu saya akan memanggil mereka untuk datang menemui, Nona."
"Nanti saja, setelah kita kembali dari melihat perkembangan kucing hutan itu. Aku,ingin memastikan dulu, bahwa obat yang aku berikan kepanya berhasil atau tidak." Tahannya pada,Aya.
Mereka berbelok ke kanan untuk mengunjungi tempat baru, kucing hutan itu. Senyumnya (Raeba),terukir saat melihat bahwa kucing peliharaannya sementara,kini berdiri dengan tegak menyambut kedatangannya dan,Aya.
"Lihatlah,Aya! Sepertinya racikan yang aku buat berjalan dengan baik. Kucing hutan itu sudah dapat berdiri kembali dengan kokoh." Serunya, melangkah cepat tidak sabar untuk melihat keterampilannya hari ini.
"Anda,sungguh luar biasa,Nona Raeba." Puji Aya dengan benar.
Khoru,Noba,Neil,dan Moran. Kini ikut bergabung makan malam bersama dengan Raeba, mereka sebelumnya menolak dengan keras ajakan Raeba untuk ikut makan bersama dengannya,tapi karena mutlak Raeba yang tidak bisa di bantah akhirnya mereka menurut saja.
Makan malam berlangsung dengan baik. Selama makan tidak ada yang membuka suara untuk berbicara. Mereka makan dengan tenang. Keheningan yang terjadi di isi suara jangkrik malam yang baru mulai bermunculan.
•••
Dengan penuh keterkejutan Raeba, saat sebelum matahari terbit,dan ia juga masih dalam kondisi separuh sadar. Rain, mengelus lembut rambut blonde Raeba hingga gadis itu terbangun karena merasa terganggu.
"Ka-kau?" lirihnya dengan suara serak dan berat karena baru terbangun.
"Iya. Apa kau terkejut melihat keberadaanku di sini?" Pura-pura bertanya, padahal Rain melihat sendiri bagaimana reaksi wajah Raeba saat ia terbangun karena ulahnya.
Raeba, mengangguk. "Ini masih terlalu pagi, kenapa sampainya secepat itu?" Masih betah bergelung dalam selimut yang menutupi tubuhnya dari dinginnya udara dini hari.
Rain, tidak bisa menahan rasa gemasnya."Iya, karena aku sudah sangat merindukanmu. Mau lanjut tidur? Berdua!" Rain,memperjelas kalimat paling ujungnya. Membuat Raeba merasa malu,dan menutupi kepalanya dengan selimut sutra.
"Pergilah ke luar,dan cari kamar untukmu! Aku ingin tidur." Teriak tertahan Raeba yang dapat di dengar oleh Rain dengan jelas.
Wajahnya bersemu merah,dan segera melangkah. Saat suara langkahnya tidak terdengar lagi, barulah Raeba menyembulkan kepalanya ke luar untuk memeriksa, apakah Rain, benar-benar pergi meninggalkan kamarnya.
"Kau berharap aku pergi?" Desak Rain yang kini berbaring di belakang,Raeba.
Gadis itu memegang dadanya karena kaget, jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya. "Gila! Kau membuatku gantungan!" Datarnya menatap Rain dengan tajam.
Rain, hanya terkekeh. Memeluk erat tubuh Raeba yang di bungkus selimut dan memejamkan matanya, menikmati kehangatan di pagi buta.
"Aku, belum tidur dari semalam. Bermurah hatilah untuk memberiku sedikit tempat untuk tidur di sampingmu." Ucap Rain dengan mata yang sudah di tutupnya dengan rapat. Tidak ingin melihat reaksi wajah Raeba yang kini mungkin sudah tidak dapat tertolong. Gadis itu marah?
"Heh, siapa suruh kau datang di malam hari?" Kesalnya tanpa meminta Rain untuk kembali menjauh dan pergi.
Pagi itu mereka kembali tertidur,dengan Rain yang berada di sampingnya. Seakan tidak ingin mengganggu waktu istirahat junjungannya, Aya, yang tidak tau apa-apa juga ikut-ikutan diam di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi, bersama adik-adik barunya.
Tidak ada yang tau kapan Rain masuk,dan kapan Rain datang. Mereka bahkan tidur sangat nyenyak malam ini, setelah makan malam bersama di ruangan keluarga.
Noba,berjalan dengan segenggam tanah di tangannya. Mencoba untuk menghilangkan bau tidak sedap dari air kencing kucing hutan yang merembes ke lantai.
Moran, membersihkan ruangan tersebut dari debu yang masih ada,sisa kemarin itu. Ruangan ini cukup tua dari yang lainnya, mungkin ini adalah sebuah gudang sebelum Raeba yang menempati.
Bahkan ruangan ini baru terjamah oleh Raeba dan Aya setelah kemarin mereka mencari tempat yang baik untuk menyimpan kucing hutan itu agar tidak kabur sebelum lukanya sembuh.
"Kita sangat beruntung, setelah bertahun-tahun terjerat dalam kawat berduri, sekarang ada seseorang yang membeli kita dan mau menjadikan kita lebih baik dari pengawal,lebih ke seperti keluarga." Gumam Moran yang masih di dengar baik oleh,Noba.
"Iya, karena itu berjanjilah untuk tidak menjadi pemberontak untuk, Nona Raeba. Kalau tidak ada Nona dan kakak Aya, mungkin nasib kita tidak bisa di katakan memiliki keberuntungan." Balas Noba, yang kini menepuk kedua tangannya, menghilangkan sisa tanah yang menempel.
Mereka berdua tidak berani mendekati kucing hutan yang kini tengah tertidur di sudut ruangan. Bahkan keduanya bekerja sangat hati-hati agar sang kucing berwajah seram itu tidak terganggu dengan pekerjaan mereka.
Siang harinya. Raeba, melangkah keluar dari dalam kamar menuju ruang tamu, dimana Leader kini sudah datang dan beristirahat sejenak di sofa ruang tersebut.
Raeba, ingin membangunkan Leader untuk segera pindah ke dalam kamar. Namun, niatnya urung karena berpikir, mungkin Leader tidak akan melanjutkan tidurnya jika sudah di bangunkan.
Jadi, gadis itu lebih memilih untuk kembali ke dalam kamar untuk mengajak Rain bertemu dengan binatang barunya.
•••
Malam ini Raeba dan Rain pergi ke sebuah tempat yang jauh dari pemukiman warga. Mereka berdiam diri di atas pohon sambil menatap lurus ke depan.
"Dia seorang wanita?" Ucap Rain terkesan tidak percaya, dengan apa yang di lihatnya.
"Kita turun!"