Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12. Mencintainya
Aku dan Ibu Ibu melanjutkan candaan kami, jika bersama para Ibu Ibu aku selalu terhibur oleh tingkah lucu mereka. Aku tidak pernah mendengar mereka ghibah, yang selalu ku dengar hanya cerita tentang tingkah lucu suami suami mereka. Sungguh bahagia para Ibu Ibu ini, mendapat suami yang begitu sayang pada mereka. Mau melakukan apa saja untuk para istrinya.
Pukul 21.00.WIB, kami semua kembali ke dalam kontrakan masing masing. Tak berselang lama Lena pun kembali.
"cie....yang habis kencan, malam senin woi...besok kerja. Ingat waktu jangan pacaran mulu," godaku pada Lena. Entah kenapa menggoda Lena menjadi kebiasaanku sekarang.
"cie....yang kesepian iri ye.... upss...sorry, aku cuma bercanda Nia," ucapnya saat melihat aku menunduk.
"whaa...," seruku saat Lena mendekatiku dengan wajah bersalahnya.
"Nia.....," teriaknya. "kirain tersinggung, cuma ngerjain aku," ucapnya kesal.
"hh...aku sudah mulai terbiasa Len, mungkin saat waktu yang tepat itu datang. Dan aku berpisah dengan Mas Alan, aku gak begitu rapuh," ucapku.
"Nia, aku yakin jika suatu saat nanti Alan akan menyesal telah menyianyiakan kamu," ucapnya.
"dia tidak akan menyesal Len, di sampingnya sudah ada Lala. Wanita yang paling di cintainya wanita paling berarti di hidupnya," ucapku dan berusaha tersenyum.
"aku memang mencintai Mas Alan, entah sejak kapan rasa itu hadir di hatiku. Tapi aku sadar cinta ini tak akan pernah terbalaskan olehnya Len, Kau tahu sendiri kenapa," lanjutku, aku berkata jujur akan perasaanku.
"Nia, untuk apa kamu mencintai pria yang tega menyakitimu itu. Nia, di dunia ini banyak laki laki baik yang bisa mencintaimu menyayangimu dan bisa menghargai seorang perempuan. Buang rasa cintamu itu jauh jauh Nia," ucapnya tegas, lalu dia menatapku penuh harap. Berharap agar aku mendengarkan apa yang dia ucapkan tadi.
"iya Len, aku juga tidak terlalu berharap padanya. Harapan untuk menikah hanya sekali seumur hidup, mungkin akan tinggal harapan," lagi lagi aku berusaha tersenyum menahan air mata yang mendesak keluar.
"aku yakin kamu akan mendapatkan pria baik yang bisa membahagiakanmu Nia," kini dia memelukku. Air mata yang sedari tadi tertahan di pelupuk mata kini sudah terjun bebas di pipiku.
"makasih doanya Len," ucapku terharu.
Di perusahaan Ayu group, kini waktu menunjukkan pukul 12.00.WIB.
Kini semua karyawan berhamburan keluar untuk makan siang, mengisi perut yang kosong setelah setengah hari bekerja. Aku dan Lena makan di restoran, dan sudah satu bulanan ini kami sering makan di sini. Restoran milik Ello, sahabat kami.
"hari ini sungguh sangat melelahkan, keluar masuk ke ruangan pak Hendri terus,"
"sabar namanya juga kerja pasti melelahkan," jawabku.
"kamu enak, cuma duduk di depan laptop. Aku yang mondar mandir," ucapnya kesal.
"boleh gabung," ucap pria yang tak asing itu.
"tentu boleh, jika aku berani mengusir pemilik restoran. Maka aku gak dapat makanan gratis lagi," ucap Lena yang langsung mendapat pukulan kecil dariku.
"sakit Nia," pekiknya.
"kau ini," ucapku menatap Lena.
"maafin Lena, El. Dia kalau ngomong suka asal," ucapku merasa tidak enak padanya.
"tidak masalah, untuk sahabat sahabatku pasti gratis. Apa lagi untuk dia yang suka gratisan," canda Ello pada Lena.
"kalau ngomong suka bener kamu El," jawab Lena.
Selesai makan, kami pun meneruskan obrolan kami.
"bagaimana hubunganmu dengan suamimu Nia? Apa sudah baikan?" tanya Ello padaku.
Pertanyaan yang sangat mengejutkanku, aku tak pernah menceritakan masalah rumah tanggaku pada orang lain. Selain Lena, iya Lena. Aku menatap Lena penuh tanya, 'apa maksudnya ini'. Aku melihat Lena hanya menunduk tak menatapku.
Aku lari, pergi meninggalkan Lena dan Ello di sana. Aku lari dengan air mata tak terbendung lagi. Kenapa, kenapa Lena tega menceritakan masalah yang hanya aku ceritakan padanya. Apa lagi pada Ello, aku takut Ello akan murka mendengar masalahku.
Lena mengikutiku yang berada di toilet kantor
"Nia, aku minta maaf. Waktu itu aku gak sengaja keceplosan," ucapnya sambil mengenggam tanganku.
"Lena, kau tahu aku tidak ingin orang lain selain kamu tahu masalah rumah tanggaku ini. Jika semua orang tahu, sama saja aku mengumbar umbar aib rumah tanggaku Len," ucapku mentapnya.
"iya Nia, aku tak sengaja Nia. Sungguh sungguh tak sengaja, maafin aku Nia," Lena menatapku dengan penuh penyesalan.
"iya, aku maafin kamu. Jangan di ulangi lagi," ku berkata penuh harap padanya.
"aku janji, tak akan lagi keceplosan," kini Lena berkata sambil memukul pelan pada bibirnya.
"cukup Len," ucapku sambil menarik tangannya dan memeluknya.
"ayo kita dzuhur dulu sebelum jam istirahat berakhir,"
Sehabis sholat kami pun kembali ke meja kerja masing masing.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.