Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Jejak di Balik Bayangan
Nathan dan Adrian duduk dalam diam setelah kejadian telepon tengah malam tadi. Suara tawa sinis dari pria misterius itu masih membekas di benak mereka. Hari yang panjang menanti, namun ancaman nyata tak lagi bisa diabaikan. Mereka sadar, ini saatnya untuk bertindak sebelum semuanya terlambat.
Pagi itu, saat Nathan hendak meninggalkan kantor, seorang pria asing berdiri di depan pintu. Tubuhnya tinggi dan tegap, mengenakan setelan gelap yang membuatnya tampak misterius.
> Pria Asing, dengan senyum tipis: “Nathan Adrian. Aku dengar kau sudah mulai masuk dalam permainan ini.”
> Nathan, memasang wajah tegas: “Siapa kamu?”
> Pria Asing: “Sebentar lagi kau akan tahu. Kami hanya ingin memastikan kau sadar bahwa kamu diawasi, setiap langkahmu.”
Nathan hanya menatap tajam, mencoba menunjukkan bahwa ia tidak takut. Namun, dalam hatinya, ada ketegangan yang luar biasa. Nathan pun tahu, pesan ini adalah peringatan sekaligus ancaman nyata.
---
Di ruang kerjanya, Adrian mendapati Nathan yang tampak gelisah setelah kejadian tadi. Ia tahu, anaknya telah menghadapi ancaman yang baru saja mengujinya. Adrian pun memutuskan untuk berbicara lebih dalam mengenai rencana selanjutnya.
> Adrian: “Nathan, aku rasa kita harus mempertimbangkan langkah yang lebih berani. Mereka sudah tahu terlalu banyak tentang kita. Jika kita bertahan saja, kita akan kalah.”
> Nathan: “Jadi, apa rencanamu, Ayah? Haruskah kita mencari petunjuk lebih lanjut tentang organisasi ini?”
> Adrian: “Betul. Kita perlu menemukan titik lemah mereka. Aku punya satu kontak yang bisa membantu, tapi ini sangat berisiko.”
> Nathan: “Siapapun itu, kita harus bertemu. Aku tidak ingin terus-menerus hidup dalam bayangan mereka.”
---
Adrian mengajak Nathan menemui seseorang di sebuah lokasi tersembunyi, jauh dari keramaian. Di sebuah bangunan tua, mereka bertemu seorang pria paruh baya yang dikenal Adrian sebagai sahabat lama istrinya. Pria itu adalah kunci penting dalam proyek “Genesis” yang selama ini Adrian simpan rapat-rapat.
> Pria Paruh Baya, lirih: “Aku tak menyangka kau benar-benar membawa anakmu, Adrian. Apakah kau sadar risikonya?”
> Adrian: “Aku tahu, tapi ini saatnya Nathan tahu kebenaran tentang ibunya dan mengapa semua ini terjadi.”
> Nathan: “Katakan saja, Pak. Aku sudah siap mendengar apapun.”
Pria itu menarik napas panjang, lalu mulai bercerita tentang penelitian Genesis, yang ternyata melibatkan lebih dari sekadar teknologi manipulasi pikiran. Genesis juga mengandung rahasia tentang kemampuan alami tertentu yang hanya diwariskan kepada satu orang dalam setiap generasi, dan Nathan adalah orang itu.
> Pria Paruh Baya: “Kamu adalah pewaris kemampuan itu, Nathan. Genesis bukan hanya tentang teknologi, tapi tentang kecerdasan yang diwariskan secara genetik—dan kamu adalah kuncinya.”
Nathan terperangah, tidak pernah menyangka bahwa ini akan mengarah pada sesuatu yang begitu pribadi. Dia merasa bingung sekaligus tegang. Apa arti dari kemampuan ini? Mengapa semua orang mengincarnya?
---
Setelah kembali ke rumah, Nathan tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi pertanyaan dan rasa gelisah. Mengapa ia harus menjadi “pewaris” kemampuan ini? Mengapa keluarganya terus diburu?
> Nathan, bergumam sendiri: “Apa artinya ini semua? Aku tidak pernah meminta kemampuan ini… Kenapa harus aku?”
> Suara Lirih di Kepalanya: “Kau adalah satu-satunya yang bisa melanjutkan perjuangan ibumu…”
Nathan terkejut dengan suara di kepalanya. Ia merasa seolah-olah suara itu berasal dari kenangan yang lama tersembunyi. Tiba-tiba, Nathan teringat momen-momen masa kecilnya bersama ibunya, di mana ia sering diajari banyak hal rumit yang baru kini ia sadari sebagai dasar dari proyek Genesis.
> Nathan, tersenyum pahit: “Ibu, jika ini memang takdirku, aku akan melindungi apa yang kau tinggalkan.”
---
Keesokan harinya, Adrian dan Nathan memutuskan untuk berusaha menjebak organisasi tersebut. Mereka menyusun rencana untuk mengalihkan perhatian musuh, seolah-olah mereka siap menyerahkan sebagian teknologi Genesis. Mereka berharap dapat menarik pemimpin organisasi ke tempat yang telah mereka persiapkan.
> Adrian: “Kita harus hati-hati, Nathan. Ini mungkin satu-satunya kesempatan kita untuk mengakhiri semua ini.”
> Nathan: “Aku siap, Ayah. Aku tidak akan mundur.”
Di tengah perencanaan mereka, Adrian memasang alat pelacak dan sensor di lokasi pertemuan yang telah mereka atur. Mereka membuat rencana agar musuh datang dengan ekspektasi palsu, berharap ini akan memberi mereka waktu untuk mengungkap identitas pemimpin di balik semua ini.
---
Saat hari pertemuan tiba, Nathan dan Adrian menunggu dengan hati berdebar. Namun, beberapa menit sebelum pertemuan dimulai, mereka menerima pesan yang mengejutkan di ponsel Nathan.
> Pesan dari Nomor Tak Dikenal: “Kami tahu jebakan kalian, Adrian. Apakah kalian pikir bisa mengalahkan kami? Ini hanyalah permulaan.”
Nathan merasakan detak jantungnya semakin cepat. Rencana mereka ternyata diketahui. Nathan menatap Adrian dengan ekspresi yang menunjukkan kebingungan dan ketakutan yang teramat sangat. Mereka berada di bawah tekanan yang luar biasa, dan sekarang tidak tahu harus berbuat apa.
> Adrian, tegang: “Ini tidak mungkin. Bagaimana mereka bisa tahu rencana kita?”
> Nathan: “Ayah… Kita mungkin dijebak balik.”
Pada saat itu, suara langkah kaki terdengar mendekat dari koridor gelap di belakang mereka. Bayangan seorang pria muncul, semakin mendekat dengan ekspresi dingin yang tak terbaca. Mereka kini benar-benar terkepung, tanpa jalan keluar.
Suara itu mendekat dengan cepat, semakin membuat Nathan dan Adrian terpojok. Apakah mereka akan berhasil meloloskan diri dari perangkap yang seharusnya mereka pasang sendiri, atau justru terperangkap dalam rencana besar yang dirancang oleh musuh mereka?
---
Nathan dan Adrian berada di ambang batas, ketika rencana mereka untuk menjebak musuh justru berbalik mengancam. Di tempat pertemuan yang hening dan gelap, mereka merasakan hawa dingin yang merayap, diiringi bunyi langkah kaki yang semakin mendekat.
Nathan menyentuh lengan ayahnya, mengisyaratkan agar mereka tetap diam. Mereka bersembunyi di balik dinding, berharap tak terlihat. Napas mereka tertahan. Dalam kegelapan, seorang pria berjas hitam muncul, wajahnya tak terlihat jelas, tetapi auranya memancarkan ancaman.
> Pria Misterius, dengan suara rendah: "Adrian... Nathan... Kalian pikir bisa mengelabui kami?"
> Adrian, menahan rasa takut namun tetap tenang: "Kami hanya ingin menyelesaikan ini, tanpa ada yang terluka. Beritahu kami apa yang kalian inginkan."
> Pria Misterius: "Satu hal yang perlu kalian pahami, Adrian... Permainan ini bukan milikmu. Kami yang mengatur, dan kalian hanya bidak yang bisa kami singkirkan kapan saja."
Nathan menggertakkan giginya. Ia merasa terhina, namun ia tahu ini bukan saatnya bertindak gegabah. Matanya bertemu dengan ayahnya, menyalurkan pesan bahwa mereka harus tetap tenang.
---
Setelah pria itu pergi, Nathan dan Adrian menarik napas panjang, berusaha memahami ancaman tersebut. Mereka tahu sekarang bahwa musuh mereka lebih kuat dan lebih siap daripada yang mereka duga.
> Nathan: "Ayah, mereka tahu kita di sini. Jika kita tidak melakukan sesuatu, kita yang akan terjebak."
> Adrian, mengangguk perlahan: "Kita tidak bisa menyerah begitu saja. Kita harus mencari celah."
Di sinilah mulai terjadi permainan psikologis yang menguji emosi dan ketenangan Nathan. Dia mulai merasa bahwa ia terjebak dalam permainan besar yang melibatkan keluarganya, sebuah permainan yang diatur oleh organisasi yang tidak kenal ampun.
---
Di tengah kebingungan, kenangan Nathan kembali pada masa kecilnya. Ia ingat saat ibunya mengajarkan sesuatu yang aneh tentang pola pikir, strategi, dan bagaimana menilai situasi dengan cermat. Saat itu, ia tidak memahami tujuannya, namun kini, ingatan itu terasa penting. Ia sadar bahwa ibunya sudah mengetahui risiko ini dan ingin membekalinya untuk menghadapi dunia yang penuh tipu daya.
> Nathan, mengingat kata-kata ibunya: “Nathan, jangan pernah memperlihatkan kelemahanmu. Lawan yang pintar akan selalu menyerang di titik terlemah.”
Perlahan, Nathan mulai merangkai strategi baru, dengan mengandalkan ketenangan dan akal sehat. Dia mulai memahami cara membaca setiap gerak-gerik lawan, dengan pandangan baru yang diajarkan ibunya di masa lalu.
---
Di saat Nathan hampir putus asa, seseorang dari masa lalu Adrian datang membantu. Seorang pria bernama Riko, sahabat lama Adrian yang pernah terlibat dalam proyek Genesis, menawarkan bantuan tak terduga. Riko adalah seseorang yang mengerti kompleksitas organisasi ini dan dapat memandu mereka melalui jaringan rumit yang sedang mengancam keluarga mereka.
> Riko, dengan nada tegas: “Kalian hanya punya satu kesempatan. Jika kalian ingin menang, kalian harus mengambil langkah yang lebih ekstrem.”
> Adrian: “Apa maksudmu, Riko?”
> Riko: “Organisasi ini tidak main-main. Mereka tahu kelemahanmu, Adrian. Dan Nathan... mereka tahu dia lebih dari sekadar anak CEO biasa.”
> Nathan, penasaran: “Apa maksudmu, Riko? Kenapa aku selalu terlibat dalam ini?”
> Riko: “Karena kau adalah kunci dari kemampuan yang mereka cari. Sesuatu yang hanya diwariskan melalui gen ibumu.”
Nathan terdiam. Ia kini memahami bahwa ini lebih dari sekadar perseteruan bisnis—ini adalah soal siapa dirinya, dan apa yang diwariskan oleh ibunya.
---
Bersama dengan Riko, mereka menyusun rencana akhir yang lebih berisiko. Mereka berencana untuk memancing pemimpin organisasi keluar dari persembunyiannya dengan informasi yang mereka buat seolah sangat berharga. Lokasi yang mereka pilih adalah sebuah gedung tua, yang telah mereka persiapkan dengan kamera tersembunyi dan alat-alat pelacak.
> Nathan, dengan tekad membara: “Ini saatnya. Jika mereka benar-benar mengincar kita, mereka akan datang.”
> Adrian, menyentuh bahu Nathan: “Kita harus tetap fokus. Jangan terpengaruh apa pun yang mereka katakan.”
Di saat yang telah ditentukan, mereka menunggu dalam diam. Detak jantung Nathan berdegup semakin kencang, menandakan ketegangan yang luar biasa. Tiba-tiba, suara pintu berderit terdengar, dan seorang pria masuk, membawa serta beberapa pria berbadan tegap di belakangnya.
> Pemimpin Organisasi, dengan nada dingin: “Kalian sangat berani. Tetapi, kalian tahu, keberanian yang tak terarah hanya akan berakhir dengan kehancuran.”
> Nathan, sambil menahan amarah: “Kami tidak takut padamu. Jika kau ingin permainannya selesai, katakan sekarang!”
> Pemimpin Organisasi: “Permainan ini tidak akan selesai sampai kami mendapatkan yang kami inginkan... dan itu adalah rahasia Genesis.”
---
Saat suasana semakin tegang, tiba-tiba sebuah ledakan terjadi di dekat pintu masuk, membuat ruangan dipenuhi asap tebal. Nathan dan Adrian tersentak, sementara pria-pria tersebut mulai berteriak panik. Di tengah kekacauan, Riko memberi isyarat pada Nathan dan Adrian untuk segera keluar melalui jalan rahasia yang telah mereka siapkan.
> Riko, berbisik tajam: “Ini kesempatan kita. Cepat keluar sebelum semuanya meledak!”
Nathan dan Adrian berlari, berusaha menghindari para pria berbadan tegap yang kini berusaha mengejar mereka. Namun, di tengah kepanikan, Nathan melihat sekilas sesuatu yang membuatnya terdiam sesaat—sebuah foto lama ibunya berada di meja pemimpin organisasi. Ia mendekat untuk melihatnya lebih jelas, tetapi Riko menariknya dengan keras.
> Riko: “Nathan, jangan bodoh! Kita harus pergi sekarang!”
Mereka berhasil melarikan diri melalui pintu belakang, namun Nathan tak bisa berhenti memikirkan foto ibunya yang berada di tangan musuh mereka. Apa arti foto itu? Mengapa musuh mereka memiliki jejak masa lalu keluarganya?
Ketika mereka berhasil keluar, Nathan sadar bahwa ini bukan sekadar masalah organisasi atau proyek Genesis. Ada sesuatu yang lebih dalam, lebih pribadi, sesuatu yang mungkin dihubungkan dengan masa lalu ibunya. Apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya? Mengapa semuanya tampak berputar pada dirinya?