NovelToon NovelToon
Penghianatan Yang Tak Terduga

Penghianatan Yang Tak Terduga

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Kaya Raya / Persahabatan
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

Ceritanya berkisar pada dua sahabat, Amara dan Diana, yang sudah lama bersahabat sejak masa sekolah. Mereka berbagi segala hal, mulai dari kebahagiaan hingga kesedihan. Namun, semuanya berubah ketika Amara menikah dengan seorang pria kaya dan tampan bernama Rafael. Diana yang semula sangat mendukung pernikahan sahabatnya, diam-diam mulai merasa cemburu terhadap kebahagiaan Amara. Ia merasa hidupnya mulai terlambat, tidak ada pria yang menarik, dan banyak keinginannya yang belum tercapai.

Tanpa diketahui Amara, Diana mulai mendekati Rafael secara diam-diam, mencari celah untuk memanfaatkan kedekatannya dengan suami sahabatnya. Seiring berjalannya waktu, persahabatan mereka mulai retak. Amara, yang semula tidak pernah merasa khawatir dengan Diana, mulai merasakan ada yang aneh dengan tingkah sahabatnya. Ternyata, di balik kebaikan dan dukungan Diana, ada keinginan untuk merebut Rafael dari Amara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Keesokan harinya, Liana merasa lega karena sedang tidak ada pekerjaan. Ia memutuskan untuk mengajak Amara, adik perempuannya, makan siang di sebuah kafe baru yang sedang ramai dibicarakan.

"Kak, ini serius enak banget?" tanya Amara ragu, memandangi papan menu.

"Katanya, sih. Aku aja baru mau coba. Kalau nggak enak, kita pindah tempat, deh," balas Liana santai sambil menarik tangan Amara masuk ke dalam kafe.

Ketika Liana sedang memilih makanan di konter, tanpa sengaja ia berpapasan dengan seseorang yang familiar.

"Kamu lagi?" seru Liana kaget namun tersenyum.

Andrew, pria bule yang ditemuinya kemarin, menoleh dan tersenyum tipis. "Liana, ya? Dunia ini sempit banget."

"Iya, sempit banget sampai ketemu kamu di sini," ujar Liana sambil tertawa kecil. "Jadi, sering nongkrong juga di tempat beginian?"

Andrew mengangguk. "Kadang-kadang. Kamu sendiri?"

"Baru pertama ke sini. Lagi makan sama adikku," jawab Liana sambil menunjuk ke arah Amara yang sedang menunggu di meja.

Setelah mengambil makanan, Liana mengajak Andrew bergabung. "Ikut duduk sama kita, yuk."

Andrew sempat berpikir sejenak sebelum akhirnya mengikuti Liana. Saat tiba di meja, Liana memperkenalkan Andrew kepada Amara. "Amara, kenalin, ini Andrew. Dia fotografer keren. Andrew, ini Amara, adikku."

Amara menyapa ramah. "Senang bertemu, Andrew."

Andrew tersenyum sekilas dan menjawab sopan, tetapi kembali memusatkan perhatian pada Liana. Meski Amara mencoba mencuri-curi pandang, Andrew tampaknya lebih tertarik pada kakaknya. Ia terlihat menikmati percakapan santai dengan Liana yang penuh celoteh ceroboh namun menggemaskan.

"Kamu selalu begini, ya, Liana? Tidak pernah kehabisan energi untuk bicara," Andrew menggoda.

Liana memutar bola matanya sambil terkekeh. "Itu namanya berbagi kebahagiaan. Hidup terlalu singkat kalau harus diam-diam saja!"

Amara, yang merasa sedikit diabaikan, hanya tersenyum tipis sambil memperhatikan Andrew dan Liana yang tampak semakin akrab. "Hmm, kayaknya kakak nemu teman yang cocok, ya," gumam Amara pelan, mencoba bercanda.

Liana menoleh ke arah adiknya. "Ya, dong! Andrew ini asyik banget buat diajak ngobrol. Kamu kapan-kapan harus ikut proyeknya juga, biar tahu serunya!"

Andrew tersenyum sekilas ke arah Amara, tapi kembali mengarahkan perhatian penuh pada Liana. Ia merasa ada daya tarik tersendiri pada perempuan ceroboh ini yang membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangan.

Amara merasa sedikit kesal saat melihat kakaknya, Liana, dan Andrew asyik berbincang tanpa memedulikannya. Ia jadi teringat Ferdi, pria yang sudah sebulan tidak ditemuinya karena kesibukannya mengelola perusahaan milik Oma Amara. Kenangan bersama Ferdi membuat hatinya terasa hangat, tetapi juga rindu yang semakin menumpuk.

Amara memperhatikan kakaknya yang tertawa renyah bersama Andrew. Saat Liana tiba-tiba meminta izin ke toilet, Amara merasa ini adalah kesempatan untuk mencuri perhatian Andrew.

"Andrew," panggil Amara sambil tersenyum manis, mencoba memulai percakapan.

Andrew, yang awalnya sibuk dengan ponselnya, menoleh. "Ya? Ada apa?"

Amara menopang dagunya di meja, memiringkan kepala sedikit, mencoba terlihat santai. "Jadi fotografer itu seru, ya? Kamu sering ke luar negeri juga, kan?"

Andrew tersenyum tipis. "Lumayan sering, tergantung proyeknya. Kamu suka fotografi?"

Amara mengangguk cepat. "Aku suka lihat hasil foto, sih. Tapi kalau disuruh ambil gambar, kayaknya nggak bakal bagus." Ia tertawa kecil, berharap Andrew tertarik melanjutkan pembicaraan.

"Kalau kamu mau belajar, gampang, kok," balas Andrew singkat. Namun, responsnya terasa datar, dan ia segera kembali menatap ponselnya.

Amara merasa usahanya belum cukup. "Eh, ngomong-ngomong, kakakku itu sering banget bikin orang ketawa, ya? Dia selalu bisa mencairkan suasana."

Andrew mengangkat wajahnya, tersenyum samar. "Iya, dia memang menyenangkan."

Pujian itu membuat Amara sedikit cemburu, tetapi ia mencoba menyembunyikan perasaannya. "Kak Liana memang lucu, tapi dia itu suka lupa waktu. Pernah dia ngajak aku jalan, terus malah sibuk ngobrol sama orang lain. Aku sampai bosan sendiri."

Andrew tertawa kecil. "Mungkin dia nggak sengaja. Liana kayaknya tipe yang spontan."

Amara ingin melanjutkan pembicaraan, tetapi sebelum ia sempat berkata lebih jauh, Liana sudah kembali dari toilet. Kakaknya langsung duduk dengan ceria, mengembalikan suasana yang tadi terbangun di antara dirinya dan Andrew.

"Hei, kalian ngobrol apa? Jangan seru-seru tanpa aku!" kata Liana sambil memandangi mereka berdua.

Andrew tersenyum, tetapi tatapannya kembali fokus pada Liana. "Kita cuma bahas sedikit tentang fotografi."

Amara menelan ludah, merasa usahanya untuk mencuri perhatian Andrew tidak berhasil. Ia kembali bersandar di kursinya, berusaha menyembunyikan kekesalan yang mulai menyeruak di hatinya.

Setelah cukup lama mereka berbincang, akhirnya Andrew pamit karena menerima pesan dari timnya. "Aku harus pergi sekarang. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Senang bertemu kalian," ucap Andrew sambil tersenyum, terutama kepada Liana.

Liana dan Amara kembali berdua. Saat Andrew pergi, Amara tak bisa menahan diri untuk berkomentar. "Kakak hebat banget, sih, bisa ngobrol akrab sama bule," ucapnya dengan nada setengah kagum.

Liana tertawa kecil. "Iya dong. Tapi dia cuma teman, kok, nggak lebih."

Amara menghela napas panjang. "Kak, aku kangen Ferdi. Kayaknya aku harus bilang Oma deh, supaya dia nggak bikin Ferdi sibuk terus!" ucapnya dengan nada kesal.

Liana menatap Amara heran. "Kamu kok manja banget sih, Mar? Apa-apa selalu mau bilang ke Oma." Nada suara Liana berubah sedikit serius. "Dengar, Amara. Biarlah Ferdi sibuk dengan pekerjaannya. Itu juga demi keluarga kalian, kan? Lagipula, meskipun nggak sering bertemu, kalian masih bisa komunikasi, kan?"

Amara hanya diam, sedikit tertegun dengan teguran kakaknya. Liana memang sudah lama merelakan Ferdi menjadi milik Amara, tetapi sikap Amara yang kekanak-kanakan kadang membuat Liana merasa kesal.

Melihat adiknya cemberut, Liana hanya menggelengkan kepala. "Dengar, Mar. Kamu harus lebih dewasa. Kalau kamu terus-terusan begini, itu bakal melelahkan Ferdi. Dia juga butuh kamu untuk mendukungnya, bukan malah menambah bebannya."

Amara terdiam, tapi hatinya sedikit terusik. Ia tahu kakaknya benar, namun sulit baginya untuk tidak merasa kesal saat Ferdi terlalu sibuk.

Liana kemudian tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. "Lagian, kamu tahu nggak? Meskipun kamu cantik dan manis, banyak yang bilang aku lebih imut dan baby face, kan? Sampai orang-orang selalu ngira aku adikmu, bukan kakakmu."

Amara akhirnya tertawa kecil mendengar komentar itu. "Iya, iya, Kak. Kamu memang imut. Tapi aku tetap yang lebih muda dan lebih cantik."

Mereka berdua tertawa bersama, meskipun di dalam hati Amara masih memikirkan bagaimana caranya bisa bertemu Ferdi lebih sering tanpa membuatnya kesal atau terlihat manja.

Sementara itu, Diana dan Rafael perlahan mulai membuka hati satu sama lain. Diana, yang selama ini dikenal arogan dan egois, kini berubah menjadi lebih lembut dan dewasa. Perubahan ini membuat hubungan mereka semakin harmonis, bahkan Rafael pun mulai melihat sisi lain dari Diana yang sebelumnya tak pernah ia duga.

Rafael, yang sebelumnya bekerja di kantor milik keluarga Amara, akhirnya memutuskan untuk keluar. Keputusannya ini diambil demi menjaga hubungan mereka agar tak lagi terlibat dengan masa lalu yang rumit. Mereka sepakat untuk memulai kehidupan dari nol, tanpa bergantung pada siapa pun. Rafael lalu meminta bantuan modal dari orang tuanya untuk memulai usaha baru bersama Diana.

Dengan penuh tekad, mereka membuka sebuah kafe kecil yang baru saja diresmikan beberapa hari lalu. Tak disangka, kafe itu adalah tempat di mana Liana dan Amara tadi makan bersama Andrew. Diana, yang kini lebih ramah, sering membantu melayani pengunjung, sementara Rafael bertugas di dapur. Mereka bekerja sama, berusaha menciptakan suasana hangat di kafe kecil mereka.

Saat Diana sedang melayani pengunjung, dia sempat melihat Liana dari kejauhan. "Itu kan Liana? Lama nggak ketemu," gumam Diana sambil tersenyum kecil. Namun, ia memilih untuk tidak menyapa karena tak ingin mengganggu kebersamaan Liana dengan Amara.

Rafael yang melihat Diana tersenyum bertanya, "Kenapa, sayang? Ada yang menarik?"

Diana menggeleng sambil tersenyum. "Nggak, cuma lihat orang yang aku kenal tadi. Tapi aku rasa, nggak perlu menyapa sekarang. Kita fokus dulu sama pelanggan, ya."

Rafael tersenyum mendengar jawaban itu. Kini, mereka berdua mulai menikmati kehidupan baru mereka, menjalani tantangan bersama, dan mencoba menebus masa lalu dengan membangun sesuatu yang lebih baik.

1
ayusw
terimakasih sudah mampir terus like dan komen ya biar aouthor semangat update nya
Ma Em
Bagaimana ini thor Liana menyukai Ferdi sedangkan Ferdi nya menyukai Amara jgn sampai kakak beradik itu bermusuhan dan Liana seperti Diana jadi jahat semoga Liana bertemu dgn cowo baru dan Liana ganti menyukai pria lain
Ma Em
Diana kenapa kamu jadi jahat memfitnah Liana padahal kamu yg pelakor yg tlh menghancurkan rumah tangganya Amara.
Ma Em
Luar biasa
Nike Natalie
amara ini goblok atau dungu
ayusw: terus ikuti terus ceritanya ya kak
total 1 replies
Irma
semangat Thor udah Liana jangan merasa bersalah toh itu kesalahan Diana sendiri selalu mengedepankan emosinya di tambah dia memfitnah keluarga kamu
Irma
seharusnya kamu bilang yg sebenarnya Liana
Irma
bukankah itu yg kamu inginkan dari awal Rafael jadi nikmatilah 😏😏
Irma
di tunggu update selanjutnya Thor semangat
ayusw: terimakasih atas dukungan nya
total 1 replies
Irma
ahh puah banget deh nggak bisa di ungkapkan dengan kata-kata pokoknya P U A S
Irma
semangat Thor aku suka ceritanya apa lagi tokoh utama wanitanya tangguh nggak cengeng aku suka semangat yah Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!