Spin off The Soldier and The CEO
Sabrina Lee selalu merasa dirinya bukan anak kandung sang ibu karena perlakuannya yang terlalu over protektif apalagi dia tinggal di sebuah dusun yang terpencil. Lulus SMA dan ibunya meninggal, Sabrina nekad ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang layak sambil kuliah online. Sabrina diterima di Ramadhan Securitas sebagai bodyguard. Kemampuan Sabrina bela diri itulah yang diterima kerja di sebuah perusahaan perlindungan klien VIP. Lima tahun pekerjaan itu dilakoni Sabrina hingga dia ditugaskan mengawal CEO muda bernama Ardiona Waranggana yang menyebalkan. Ardiona atau biasa dipanggil Ardi, awalnya tidak suka dikawal perempuan tapi Sabrina wanita tangguh hingga Ardi mengakui gadis cantik itu keren. Disaat Ardi diwajibkan menikah, dia membawa Sabrina sebagai calon istrinya. Mereka menikah dengan perjanjian selama setahun tanpa Ardi tahu jika Sabrina adalah pewaris yang hilang dari keluarga Pratomo.
gen ke 8 klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Modus
Sabrina menatap Ardiona dengan perasaan bingung.
"Kenapa harus nikah kontrak pak?" tanya Sabrina.
"Karena aku tahu kamu tidak ada perasaan sama aku. Kita nikah demi membahagiakan kakek, demi bisnis. Jadi, kontrak selesai, kamu bebas dengan membawa uang kompensasi."
Sabrina mengangguk. "Hanya menikah kan pak? Tidak tidur bersama kan?"
Ardiona menatap dalam mata Sabrina. "Apakah kamu mau tidur bersama aku?"
Mata Sabrina mengerjap-ngerjap gugup. "Ti ... Tidak pak. Saya tidak cinta sama bapak. Kan seperti yang bapak bilang, pernikahan bisnis. Mau berapa lama pak?"
"Enam bulan."
"Alasannya?"
"Sesuai dengan kontrak kamu menjadi pengawal aku kan?" jawab Ardiona cuek.
Sabrina tersenyum. "Semua dibuat ngepasi ya pak."
"Nah tuh tahu!"
"Maaf, pak Ardiona..."
Keduanya menoleh ke arah suster yang berdiri di samping mereka.
"Ada apa Sus?"
"Pak Brata mencari bapak dan ibu Sabrina," jawab Suster itu.
"Apakah boleh dua orang masuk ke kamar pak Bratajaya? Bukannya hanya boleh satu orang?" tanya Ardiona.
"Perkecualian, sebab pak Bratajaya ingin berbicara dengan bapak dan ibu berdua."
Ardiona menoleh ke Sabrina. "Ayo Brina."
***
Kamar Bratajaya
"Aku merasa aku lebih tenang kalau Ardiona ada pendamping yang tepat dan kamu lah kandidat itu," ucap Bratajaya.
"Tapi pak Bratajaya...."
"Sabrina, aku tahu merasa bingung tapi aku mohon kamu mau menerima permintaan pria tua ini. Kamu bisa saling melindungi dengan Ardi."
Sabrina menatap Bratajaya dan Ardiona bergantian. "Bolehkah saya memikirkan terlebih dahulu? Bagaimana pun, saya tinggal bersama dengan Bu Lestari dan mas Galuh. Setidaknya saya ada unggah ungguhnya pak Brata, pak Ardiona."
"Tentu saja Sabrina. Mereka keluarga kamu," ucap Bratajaya.
***
Sabrina berpamitan dengan Bratajaya dan Ardiona untuk kembali ke ruang tunggu karena Iptu Fariz menunggu disana. Sabrina ingin memberikan batasan pada polisi ganteng itu karena sudah pasti keluarga Waranggana tidak mau adanya penolakan darinya. Gadis itu keluar dari lift dan menuju ruang tunggu. Tampak Iptu Fariz sedang memainkan ponselnya disana. Sabrina pun menghampiri pria itu dan Iptu Fariz tersenyum kepadanya b
"Bagaimana dengan pak Bratajaya? Apakah baik-baik saja?" tanya Iptu Fariz perhatian.
"Baik-baik saja, Alhamdulillah."
Iptu Fariz tersenyum. "Kamu jaga di rumah sakit?"
"Sepertinya tidak malam ini. Kemungkinan bang Haris dan bang Lukman yang akan berjaga."
Iptu Fariz mengrenyitkan dahinya. "Siapa mereka itu?"
"Pengawalnya pak Brata."
"Oh. Eh ayo dimakan saladnya. Nanti tidak enak lho," ucap Iptu Fariz.
"Nanti saja pak Fariz. Aku ...."
"Sabrina! Ayo pulang!"
Iptu Fariz mendongak dan melihat wajah dingin Ardiona disana. Duh, ini boss kok ya tidak bisa lihat orang senang dikit saja sih!
"Baik pak Ardiona," jawab Sabrina.
"Mbak, ini makanannya dibawa saja." Iptu Fariz memberikan kantong plastik itu ke Sabrina.
"Sabrina!" panggil Ardiona tidak sabar.
"Pak Ardiona, jangan kasar sama mbak Sabrina," protes Iptu Fariz sambil berdiri menghadapi Ardiona.
"Kami harus pulang !" jawab Ardiona ketus membuat Sabrina menggelengkan kepalanya.
Ampun deh boss satu ini! - batin Sabrina. Tunggu, sejak kapan pak Ardiona pakai kacamata?
"Mari pak, kita pulang sekarang," ucap Sabrina tidak kalah dinginnya ke Ardiona. "Maaf Pak Fariz jika situasinya tidak baik. Terima kasih atas perhatiannya. Permisi."
Iptu Fariz hanya mengangguk sambil tersenyum manis. "Tidak apa-apa, mbak Sabrina. Hati-hati di jalan."
Ardiona berdiri di depan Iptu Fariz yang memiliki tinggi sama dengannya, 185cm, dan pria itu menurunkan kacamatanya.
"Tidak usah berharap anda mendapatkan Sabrina karena dia adalah calon istriku!" ucap Ardiona.
Ardiona Waranggana
Iptu Fariz melongo tidak percaya. You've got be kidding me!
***
Di dalam mobil, Sabrina memilih untuk tidak berbicara sepatah katapun karena otaknya tampak penuh dengan kejadian hari ini. Dirinya paling takut jika Galuh meledak karena dia melanggar klausul kontrak dengan Ramadhan Securitas. Padahal dirinya tidak bisa menolak permintaan Bratajaya Waranggana.
Ottooke ... Ottooke ... Aku harus bagaimana ini?
"Sabrina...," panggil Ardiona.
"Iya pak?" jawab Sabrina berusaha sebiasa mungkin.
"Itu makanan dari si polisi Fariz, kasih bik Mirah saja. Aku takut kalau ada santet disana."
Sabrina nyaris menginjak rem mendadak kalau tidak ingat mereka berada di jalan yang ramai dan bisa membuat tabrakan karambol.
"Bapak? Bapak waras?" tanya Sabrina menatap Ardiona dengan wajah tidak percaya. Bagaimana seorang CEO yang pintar seperti ini malah kepikiran klenikan? "Apakah kalau saya mau makan harus dilangkahi tiga kali sambil baca ayat kursi?"
"Kalau kamu mau," jawab Ardiona cuek.
"Astaghfirullah pak Ardiona. Musyrik pak!"
"Mau kita majunya seperti apa, tetap kalau masih ada orang ngaku dukun, pasti orang yang percaya klenikan itu akan bersekutu dengan setan!" balas Ardiona.
"Ya Allah, pak. Saya yakin pak Fariz orangnya logis dan bukan tipikal seperti itu," jawab Sabrina.
"Kamu suka sama dia?" tembak Ardiona dengan nada cemburu yang tidak dia sembunyikan.
Sabrina mengernyitkan alisnya. Apakah pak Ardiona cemburu aku bersama dengan pak Fariz? Padahal kita baru bertemu hari ini.
"Bapak kan tahu sendiri, kita baru bertemu hari ini dan saya juga belum tahu karakternya," jawab Sabrina. "Dia maksudnya baik, ya masa kita tidak baik juga."
"Hhhmmm..."
"Pak, sekedar mengingatkan. Besok malam acaranya pak Anthony di hotel Mulia."
"Ah untung kamu mengingatkan. Kamu ada baju bagus? Kalau tidak ada, kita beli dulu!" ucap Ardiona.
"Ada pak. Lalu hari Minggunya saya minta ijin pulang ke rumah. Saya mau membicarakan soal permintaan pak Bratajaya ke mas Galuh dan ibu," lanjut Sabrina lagi. "Saya mau mereka bisa paham terlebih dahulu."
"Boleh. Kamu pulang bawa saja nih mobil besok Minggu," ucap Ardiona.
"Tidak usah pak. Saya lebih suka pakai kendaraan umum atau ojek online," tolak Sabrina. "Itu juga satu kebijakan dari perusahaan pak."
Ardiona menatap Sabrina melalui spion tengah. "Kamu itu tipikal sangat patuh peraturan ya?"
"Iya pak."
"Bagaimana jika mulai sekarang, sebelum kita menikah, kita membuat peraturan. Pertama, kita menikah sungguhan meskipun itu kontrak. Artinya, kamu tidur satu kamar denganku."
Sabrina menatap sebal ke Ardiona. Modus apalagi yang sedang anda jalankan, Pak Ardiona.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
ktanya nkah kntrak,tp ko pgn bbo bareng????jgn mau y sabrina,tar klian khilaf....kl dr awl niatnya srius sih ga pa2,tp kn nkhnya pke bts wktu...rugi d cwek dong......
Setelah ini, kl Brina udh ketemu keluarga aslinya, kamu harus berjuang kayak Malik Al Khalifa berjuang mendapatkan Milly banyune.... 🤭🤭🤭🤭🤭
Yg syeikh aja gara² salah omong harus jumpalitan, apalagi kamu 😉😉😉😉😉
mau bilang suka aja gengsi....