NovelToon NovelToon
ISTRI YANG TERTUKAR

ISTRI YANG TERTUKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Tukar Pasangan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Sepasang Suami Istri Alan dan Anna yang awal nya Harmonis seketika berubah menjadi tidak harmonis, karena mereka berdua berbeda komitmen, Alan yang sejak awal ingin memiliki anak tapi berbading terbalik dengan Anna yang ingin Fokus dulu di karir, sehingga ini menjadi titik awal kehancuran pernikahan mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Titik Terendah

Malam itu, Anna duduk di depan jendela, menatap kota yang gelap. Hanya ada suara detak jam yang terasa begitu jelas di ruangan itu, mengikuti irama hatinya yang juga terasa berat. Cakrawala malam di luar sana seakan tak pernah berubah, tetapi hatinya—hati yang dulunya penuh dengan harapan dan kebahagiaan—rasanya sudah lama hilang.

Pikiran tentang Alan dan Rian tak pernah jauh dari benaknya. Di satu sisi, ia merasa tenang bersama Rian. Pria itu memberikan cinta tanpa syarat, penuh perhatian, dan tanpa ekspektasi yang memberatkan. Namun, di sisi lain, ada kenangan indah yang ia miliki bersama Alan—kenangan yang begitu sulit dilupakan meskipun ia tahu hubungan itu sudah banyak dihancurkan oleh kebohongan dan pengkhianatan.

Anna mendekatkan diri pada kaca jendela, mencium udara malam yang segar, tapi tidak ada yang bisa menghilangkan rasa kosong dalam hatinya. Ia memikirkan semua yang telah terjadi, perjalanan panjang mereka sebagai pasangan, dari masa-masa indah hingga kini. Semuanya terasa seperti mimpi yang patah.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Alan. Kembali.

Pesan singkat itu membuat Anna ragu untuk membuka. Tapi, rasa penasaran akhirnya mengalahkan keraguannya. Ia membuka pesan itu dengan perlahan.

"Anna, aku tak tahu lagi harus berkata apa. Hanya ingin kau tahu, aku sangat menyesal. Aku tahu aku telah menyakitimu, dan itu adalah kesalahan terbesarku. Aku hanya berharap bisa memulai semuanya lagi, meskipun aku tahu itu sangat sulit. Tolong beri aku kesempatan untuk menunjukkan kalau aku bisa berubah."

Mata Anna terasa panas. Air mata yang sudah lama ia tahan akhirnya jatuh tanpa bisa ia cegah. Seakan-akan, pesan itu membawa semua perasaan yang pernah ia rasakan saat bersama Alan kembali. Perasaan yang begitu kuat dan sulit untuk dilepaskan.

Anna meletakkan ponselnya di atas meja, dan ia merasakan jantungnya berdegup kencang. Setiap kata dalam pesan itu seakan menjadi pisau yang menorehkan luka yang lebih dalam. Alan, suaminya yang dulu begitu ia cintai, kini seolah berbicara dengan penyesalan, meminta maaf untuk semua kesalahan yang telah ia buat. Namun, seberapa banyak ia harus mendengar kata-kata itu untuk mempercayainya kembali?

Malam semakin larut, dan meskipun tubuhnya lelah, pikiran Anna terus berputar. Ia tak bisa tidur. Setiap kali matanya terpejam, bayangan Alan datang menghantui. Ingatan tentang cekcok mereka, kata-kata pedas yang pernah terucap, dan juga rasa sakit yang ia rasakan setiap kali melihat Alan bersama wanita lain. Semua itu membanjiri pikirannya, menyakitkan, mengiris perasaan.

Dalam kebingungannya, Anna merasa seperti berada di persimpangan jalan yang tak bisa ia pilih. Jika ia memilih Alan, apakah ia bisa benar-benar melupakan segala kesalahan yang telah terjadi? Jika ia memilih Rian, apakah ia akan menyesal meninggalkan masa lalunya yang begitu penuh kenangan?

Hari demi hari berlalu, dan meskipun Anna berusaha untuk tetap tenang dan berpikir jernih, hatinya semakin bimbang. Alan semakin keras berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka. Setiap pesan, setiap telepon, ia tak pernah berhenti berusaha meyakinkan Anna bahwa ia bisa berubah. Namun, di balik itu semua, ada perasaan yang semakin sulit untuk diatasi. Rasa takut dan kecewa yang telah mengakar begitu dalam.

Di suatu malam, ketika Anna sedang duduk di ruang tamu, tiba-tiba pintu rumah terbuka. Alan muncul di sana, wajahnya penuh dengan harapan. Mata Anna bertemu dengan matanya, dan dalam sekejap, semua perasaan yang ia coba pendam meledak begitu saja. Alan mendekat dengan langkah hati-hati, seakan-akan takut jika gerakan kecilnya bisa membuat Anna semakin menjauh.

"Anna," suara Alan terdengar seperti bisikan, penuh keraguan. "Aku tahu aku tidak bisa mengubah masa lalu kita. Tapi aku ingin kita mencoba lagi. Aku ingin menjadi suami yang lebih baik untukmu. Tolong beri aku kesempatan, Anna. Hanya satu kesempatan lagi."

Anna terdiam, seakan waktu berhenti sejenak. Ia melihat dalam mata Alan, ada rasa tulus, tapi juga kesedihan yang mendalam. Keinginannya untuk memperbaiki segalanya begitu besar, begitu nyata. Namun, apakah itu cukup? Apakah perasaan itu bisa menyembuhkan luka yang sudah terlanjur dalam?

Air mata Anna mulai mengalir, menetes perlahan di pipinya. Ia menunduk, mencoba menahan isak tangisnya. "Alan, aku sudah terluka terlalu dalam," suaranya serak, hampir tak terdengar. "Aku tidak tahu apakah aku bisa memaafkanmu. Aku tidak tahu apakah kita masih bisa kembali seperti dulu."

Alan mendekat, mencoba menggapai tangan Anna, namun Anna menariknya mundur. "Jangan... jangan dekat-dekat, Alan," bisiknya, suaranya penuh dengan keputusasaan. "Aku sudah lelah. Aku sudah lelah dengan semuanya."

Tangan Alan menggenggam udara kosong. Wajahnya semakin memucat, tanda bahwa rasa takut dan penyesalan menguasai dirinya. "Anna, aku... aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan. Aku cinta padamu. Aku tidak ingin kehilanganmu."

Dengan suara gemetar, Anna menatap Alan untuk terakhir kalinya. "Kamu sudah kehilangan aku, Alan. Kamu sudah membuatku pergi jauh. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa kembali."

Alan merasakan hatinya hancur. Setiap kata Anna seperti pisau yang menembus dadanya. Ia tahu, bahwa ia telah menyia-nyiakan segalanya. Namun, di satu sisi, ia juga tahu bahwa ia tidak bisa melepaskan Anna begitu saja.

"Jadi, ini akhir dari kita?" Alan bertanya dengan suara yang penuh kesedihan.

Anna tidak menjawab. Ia hanya menatap Alan dengan mata yang penuh dengan air mata. "Aku tidak tahu, Alan. Aku tidak tahu."

Alan terdiam, kehilangan kata-kata. Untuk pertama kalinya, ia merasa begitu kosong. Tidak ada kata-kata yang bisa mengubah kenyataan bahwa hubungan mereka sudah retak, hancur. Ia mungkin bisa meminta maaf berulang kali, tetapi itu tidak akan mengembalikan apa yang telah hilang.

"Kalau begitu," kata Alan akhirnya, dengan suara yang hampir tak terdengar, "aku akan pergi. Tapi aku akan selalu mencintaimu, Anna. Itu tidak akan pernah berubah."

Dengan langkah pelan, Alan berbalik dan pergi meninggalkan rumah itu, meninggalkan Anna dalam kebingungannya. Di luar, hujan mulai turun, seakan mengiringi perasaan Anna yang kini terperangkap dalam kekosongan dan keputusasaan.

Anna terdiam, duduk di sudut ruangan, merasakan setiap tetes air mata yang mengalir di pipinya. Hatinya terasa hancur, namun di dalam dirinya juga ada perasaan lega yang datang tanpa diundang. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, entah apa yang akan datang di masa depan, yang jelas, malam itu, Anna merasa bahwa ia telah berada di titik terendahnya—dan mungkin, ini adalah titik awal untuk bangkit kembali.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!