Dalam hidup, cinta dan dendam sering kali berdampingan, membentuk benang merah yang rumit. Lagu Dendam dan Cinta adalah sebuah novel yang menggali kedalaman perasaan manusia melalui kisah Amara, seseorang yang menyamar menjadi pengasuh anak di sebuah keluarga yang telah membuatnya kehilangan ayahnya.
Sebagai misi balas dendamnya, ia pun berhasil menikah dengan pewaris keluarga Laurent. Namun ia sendiri terjebak dalam dilema antara cinta sejati dan dendam yang terpatri.
Melalui kisah ini, pembaca akan diajak merasakan bagaimana perjalanan emosional yang penuh liku dapat membentuk identitas seseorang, serta bagaimana cinta sejati dapat mengubah arah hidup meskipun di tengah kegelapan.
Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari cinta dan dampaknya terhadap kehidupan. Seiring dengan alunan suara biola Amara yang membuat pewaris keluarga Laurent jatuh hati, mari kita melangkah bersama ke dalam dunia yang pennuh dengan cinta, pengorbanan, dan kesempatan kedua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susri Yunita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3. Dante Selalu Mengamati
Di ruang keluarga yang hangat, Amara sedang duduk di sofa dengan Nico di sampingnya. Setahun telah berlalu sejak pertama kali ia mulai bekerja di keluarga Laurent, dan ikatan antara dirinya dan Nico tumbuh semakin erat setiap harinya. Nico yang dulu pendiam dan sering merasa kehilangan, kini tumbuh menjadi anak yang ceria, selalu tersenyum setiap kali berada di sisi Amara. Ia memanggil Amara dengan sebutan yang begitu istimewa, "Ibu Mara," sebuah panggilan yang menggetarkan hati Amara sekaligus menimbulkan perasaan hangat di hati Alessia, ibu Nico.
Alessia, yang dulu tenggelam dalam kesedihan dan depresi akibat kematian suaminya, kini perlahan bangkit. Kehadiran Amara memberikan warna baru dalam hidupnya, menghadirkan harapan yang sudah lama hilang. Wanita itu mulai membuka hatinya, dan lebih sering tersenyum saat melihat Nico tertawa lepas bersama Amara.
Di sudut ruangan, Dante mengamati interaksi mereka dengan perasaan yang campur aduk. Ia melihat bagaimana Nico semakin sayang kepada Amara dan bagaimana Alessia tampak lebih hidup daripada sebelumnya. Dante, yang biasanya terlihat tegas dan terkadang cenderung dingin, tak bisa menutupi perasaan hangat yang muncul setiap kali melihat kebahagiaan di mata kakak dan keponakannya.
...
Di suatu pagi yang cerah, Nico berlari-lari kecil ke dapur, mencari-cari Amara yang sedang menyiapkan sarapan. Begitu melihat Amara, wajahnya langsung bersinar penuh keceriaan.
"Ibu Mara!" panggilnya dengan suara manja. "Kau tahu, hari ini aku mau ikut ke taman lagi!"
Amara tersenyum hangat dan menunduk, mengusap lembut rambut Nico. "Tentu, sayang. Tapi kau harus habiskan sarapanmu dulu, ya."
Nico mengangguk cepat, lalu duduk dengan patuh di meja makan, menunggu dengan antusias sambil memandang Amara dengan penuh kekaguman. Alessia, yang juga ada di dapur, menatap mereka dengan tatapan lembut. Kehadiran Amara benar-benar mengubah suasana di rumah ini, dan Alessia merasa sangat bersyukur.
“Amara,” kata Alessia dengan suara lembut, “Aku tidak tahu bagaimana hidup kami tanpa kehadiranmu. Terima kasih sudah ada di sini, untuk Nico, dan juga untukku.”
Amara hanya tersenyum dan mengangguk, merasa tersentuh dengan kata-kata Alessia. Ia tahu betapa rapuhnya wanita itu sebelumnya, dan tanpa sadar, ia bangga bisa membantu memperbaiki hati yang hancur akibat kehilangan itu.
---
Waktu berlalu, dan hubungan antara Nico, Amara, serta Alessia semakin erat. Setiap hari terasa seperti anugerah, dengan tawa dan keceriaan yang mengisi rumah keluarga Laurent. Alessia, yang sebelumnya begitu tertutup dan terisolasi, mulai lebih terbuka dan bahkan sering berbagi cerita dengan Amara. Mereka akan duduk bersama di sore hari, berbicara tentang masa kecil Nico, atau hanya sekadar mengenang momen-momen manis yang pernah dialami Alessia bersama almarhum suaminya.
Di sisi lain, Dante semakin terkesan dengan perubahan positif yang terjadi di keluarganya. Ia sering melihat Alessia tersenyum, sesuatu yang langka selama bertahun-tahun. Ia melihat Nico tumbuh dengan penuh kasih sayang, dan ia tahu bahwa semua ini berkat kehadiran Amara. Meski di dalam hati ia masih merasa ragu, namun Dante tidak bisa menutupi perasaan syukurnya.
Pada suatu malam, saat Amara tengah menidurkan Nico di kamarnya, Dante berdiri di ambang pintu, menyaksikan pemandangan tersebut dengan perasaan haru. Amara duduk di tepi tempat tidur, menyanyikan lagu nina bobo lembut yang menenangkan Nico. Anak itu menatapnya dengan mata penuh kasih sayang, seolah Amara adalah seluruh dunianya.
"Ibu Mara, jangan pernah pergi, ya," bisik Nico dengan suara mengantuk.
Amara tersenyum, menahan perasaan haru yang mulai memenuhi hatinya. "Aku akan selalu ada untukmu, sayang. Tidurlah dengan tenang."
Dante merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan di dadanya saat melihat kehangatan itu. Ia tahu bahwa Amara memiliki tempat khusus di hati Nico, dan itu membuatnya merasa lega sekaligus terharu. Namun, perasaan itu bercampur dengan ketakutan, bagaimana jika suatu hari Amara pergi meninggalkan mereka? Bagaimana jika Nico harus merasakan kehilangan lagi?
Ketika Amara keluar dari kamar Nico, ia mendapati Dante berdiri di luar. Mereka saling bertatapan sejenak, sebelum Dante akhirnya berbicara.
"Terima kasih," ucapnya pelan namun penuh makna. Amara hanya mengangguk dengan senyuman lembut. "Nico adalah anak yang luar biasa. Dia pantas mendapatkan kebahagiaan."
lagi-lagi, Dante merasakan getaran aneh dalam hatinya. Ia ingin mengucapkan lebih banyak kata, tetapi ia masih menahan diri. Mereka berdua saling memahami tanpa perlu banyak bicara, dan dalam diam, keduanya menyadari bahwa ada ikatan yang tumbuh di antara mereka.
---
Hari-hari berikutnya, hubungan Amara dan Nico semakin erat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di taman, bermain, atau hanya berjalan-jalan di sekitar rumah. Nico sering kali tertawa lepas di samping Amara, memegang tangan wanita itu dengan erat seolah tidak ingin kehilangannya.
begitulah hari-hari terlewatkan, dan tempat bermain favorite Nico, selalu taman, karena di sana ia merasa bebas.
pernah di suatu kesempatan, Amara sedang bermain kejar-kejaran dengan Nico, Dante menghampiri mereka. Lelaki itu berdiri sambil menatap pemandangan tersebut dengan senyum tipis. Amara menyadari kehadirannya dan menghentikan langkahnya, sementara Nico terlebih dahulu berlari kecil menghampiri Dante.
“Papa! Papa Uncle!" serunya riang. “Ibu Mara bilang kita bisa main bersama hari ini.”
Dante tertegun sejenak mendengar panggilan itu. "Ibu Mara? dan Papa Uncle?" Ujarnya pada Nico sambil memiringkan sedikit kepalanya tanda minta penjelas dari bocah tersebut.
"Iya, Uncle kan laki-laki yang sudah tinggi, kakinya panjang, trus bisa menggendong aku seperti seorang papa, yang ada di TV" jawab Nico menjelaskan alasannya.
"Trus, Aunty Mara, seperti ibunya burung, yang selalu memberi makan anak burung, mengajaknya terbang di taman dan bermain jungkat-jungkit bersama. Aku mau seperti anak burung juga" sambung Nico menjelaskan dengan begitu polos.Amara dari tempatnya berdiri hanya tertawa kecil mendengar keterangan bocah tersebut. Sementara Dante, di dalam hati merasa lega dan bahagia, meski sedikit cemburu karena Nico lebih sering menghabiskan waktu dengan Amara.
Dante berjongkok di depan Nico, menatap mata ceria bocah itu dengan lembut. “Kau senang bersama Ibu Mara, ya?”
Nico mengangguk dengan semangat, lalu berlari kembali ke arah Amara. Amara tersenyum melihatnya, dan dalam diam, ia kembali merasakan perasaan yang sulit dijelaskan.
Malam itu, Amara kembali menemani Nico hingga anak itu tertidur lelap. Alessia yang kebetulan lewat melihat Amara keluar dari kamar Nico dengan senyuman tenang.
Wanita itu menghampiri Amara, lalu menatapnya dengan penuh kasih sayang, “Amara,” kata Alessia lembut, “Kau benar-benar anugerah bagi keluarga kami.” Amara hanya bisa tersenyum, menahan rasa haru yang menyelimuti hatinya.
Dante, yang selalu mengamati dan mengawasi Amara, diam-diam berada di ruangan sebelah mereka. ia mendengar percakapan itu, dan merasa setuju dengan ucapan kakaknya tersebut. Ia pun mulai percaya seutuhnya, bahwa Amara bukan hanya pengasuh bagi Nico, tetapi sosok yang penting bagi Alessia, dan Amara benar-benar tulus. ~~~~
Namun apakah Amara akan selalu berhasil memperagakan ketulusannya?