Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 21.
"Dokumen mana lagi yang harus aku periksa?"
"Sudah tidak ada lagi, Pak. Semuanya sudah Anda tanda tangani."
Galang mengangguk mendengar perkataan sekretarisnya, itu artinya pekerjaan Galang telah selesai. Galang pun memberikan kode yang langsung dipahami oleh sekertarisnya.
"Di mana istriku?" tanya Galang saat ia sudah menghubungi seseorang setelah memastikan sekertarisnya meninggalkan ruangan.
"Ada di club XXX, Pak."
"Dia tidak pulang ke rumah?"
"Dari saya datang, Nona...aaa maksud saya Ibu sudah berada di club, Pak."
Galang terlihat menghembuskan napas saat mendengar laporan dari supir pribadinya yang telah ia minta untuk mengawasi club malam milik Laura.
"Baiklah. Kau sudah bisa kembali untuk menjemputku!"
"Itu Pak...emmm..."
"Ada apa?" tanya Galang langsung saat sopirnya terdengar masih ingin mengatakan sesuatu.
"Ibu Sekar ada di sini, Pak."
"Sekar?" suara itu terdengar kaget bercampur tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Maksudmu Sekar berada di club Laura?"
"Iya, Pak. Dan Ibu Sekar baru saja pergi meninggalkan club beberapa menit yang lalu."
Deg!
Galang terdiam. Sama sekali tak menyangka akan mendengar hal seperti ini. Kenapa Sekar berada di club Laura dan apa yang istrinya itu lakukan di sana. Galang mulai memikirkan banyak hal. Ia dengan cepat meminta supir pribadinya kembali, dan Galang berniat untuk pergi ke club, memastikan langsung keadaan Laura. Jangan sampai Sekar menyakiti Laura.
Dan bersamaan dengan itu. Sekar sudah tiba di tempat lain, tepatnya di kediaman ibu Galang-Hasna. Ia duduk di sofa yang terdapat pada ruangan keluarga, menunggu ibu mertuanya yang saat ini tengah dipanggil oleh asisten rumah tangga.
"Sekar!" Merasa namanya disebut, Sekar menoleh dan segera berdiri ketika melihat Hasna berjalan ke arah dirinya. Dua wanita berbeda usia itu saling berpelukan, Sekar juga tidak lupa mencium takzim tangan ibu mertuanya.
"Tumben malam-malam kamu datang? Mana Galang dan Anggita?" Wanita yang rambutnya tersimpul rapi di bagian belakang itu menanyakan keberadaan putra dan cucunya karena melihat Sekar yang datang seorang diri.
"Maaf jika aku sudah mengganggu waktu istirahat, Ibu. Mas Galang masih di kantor dan Anggita ada di rumah, Bu."
"Malam-malam begini Galang masih di kantor?" Sekar mengangguk atas pertanyaan mertuanya itu. "Tidak biasanya. Dia sudah menjadi bos. Kenapa tidak membawa saja pekerjaannya itu ke rumah?!"
Sekar hanya tersenyum tipis mendengar gerutuan ibu mertuanya. Mereka berbincang ringan sebelum akhirnya Hasna menanyakan kabar apa yang menantunya itu bawa hingga malam-malam pun datang menemui dirinya.
"Hal apa yang membawa mu malam-malam begini ke sini dan tanpa di temani Galang?" Hasna meraih gelas teh yang sudah disiapakan sebelumnya oleh asisten rumah tangga di atas meja. "Tidak mungkin kalian bertengkar, kan?"
"Aku dan Mas Galang tidak bertengkar dan kami bahkan hampir tidak pernah melakukannya." Hasna tersenyum pada menantunya itu. Selama ini rumah tangga putranya memang tidak pernah terkena badai. Selalu adem ayem tanpa keributan.
"Baguslah. Galang memang kepala rumah tangga yang baik. Dia begitu mengutamakan mu dan Anggita."
Di mata Hasna, putranya-Galang begitu sempurna dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Perusahaan yang maju pesat, memiliki istri dan anak yang bagi Hasna sudah sesuai dengan keinginannya.
Sama sekali tidak mengetahui jika sang putra menyimpan seribu luka. Galang memilih diam dalam menjalani kehidupan bersama dengan wanita yang Hasna pilih, setelah kepergian Laura. Ingin berteriak, berontak dan menolak pun Galang sulit. Hasna adalah ibunya, wanita yang melahirkan dirinya ke dunia, dan Galang juga sudah berjanji akan memastikan kebahagian ibunya pada ayahnya yang telah tiada.
"Tapi ada sesuatu yang mulai mengusik kami, Bu."
Hasna meletakkan kembali gelas teh yang isinya sudah ia sesap separuh. Ibu Galang itu menatap serius pada Sekar.
"Mengusik kalian?" Bisa Hasna lihat Sekar yang mengangguk. "Maksudmu ada kehadiran wanita lain dalam rumah tangga kalian?"
Hasna langsung tertawa saat lagi, dirinya mendapati sang menantu yang mengangguk. "Itu hal biasa. Galang seorang pengusaha. Ia juga gagah dan berwibawa. Siapa yang tidak akan tertarik dengan dirinya. Kamu cukup menyingkirkan parasit-parasit seperti itu secara halus. Gunakan kekuasan mu yang berstatus sebagai istri Galang."
"Istri sah jangan mau kalah dengan wanita-wanita yang terbiasa merebut suami orang," lanjut Hasna lagi memberikan nasehat pada Sekar.
"Bagaimana caranya aku bersaing dan bisa menyingkirkan istri Mas Galang yang lainnya, Bu?"
"Berikan saja dia uang yang banyak. Istri Gala...," ucapan Hasna terhenti. Seakan baru tersadar dengan kalimat yang Sekar lontarkan. "Istri Galang? Apa maksudnya? Kamu adalah istri Galang. Ibu hanya punya satu menantu."
"Laura."
Satu nama itu cukup berhasil membuat Hasna tercengang. Nama yang sudah puluhan tahun tidak pernah lagi ia dengar kabarnya. Bahkan wanita itu masih hidup atau tidak pun Hasna sama sekali tidak mengetahuinya.
"Dia kembali. Dan saat ini terus mendekati Mas Galang." Hasna sungguh terkejut dengan apa yang Sekar katakan. "Istri Mas Galang yang lain itu menginginkan kembali tempatnya!"
"Jangan bicara sembarangan, Sekar! Laura bukanlah lagi istri Galang. Mereka sudah lama berpisah!"
Sekar tersenyum kecil, tapi netranya memancarkan kesedihan. Air mata yang tak tertahankan lagi itu pun akhirnya lepas. Sekar menatap serius pada wajah ibu mertuanya.
"Mereka sama sekali belum pernah berpisah! Mas Galang tidak pernah menceraikan Laura! Ibu sudah membohongi ku!! Ibu menipuku dengan mengatakan jika Mas Galang sudah menduda!!"
Di hadapan Hasna kini Sekar menangis. Menantunya itu terlihat begitu emosional dan kacau. Hasna tak dapat lagi melanjutkan perkataannya. Ia mendekat dan berusaha menenangkan Sekar.
Meski tidak bisa Hasna bohongi, ia begitu terkejut mendengar Sekar yang sudah mengetahui sosok Laura. Ibu dari Galang Abraham itu mencoba membuat Sekar tenang. Ia ingin mendengar semua cerita dari mulut Sekar. Dan saat menantunya itu mulai menceritakan semuanya, Hasna mengepalkan tangan, termasuk saat mengetahui di mana Galang yang ternyata pernah kembali ke rumah dalam keadaan mabuk dan menyebut-nyebut nama Laura.
"Wanita bodoh itu kembali!"
ada Typ typ di sini..
ternyta,,, a nya lagi mangkal di pangkalan ojek🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️