Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan saran dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Freis Greeya dan Raya Reed
Bulan ke 3, Tahun 1248
Freis kembali melanjutkan perjalanannya, kali ini bersama dengan rombongan keluarga Frank. Dia merasakan suatu perasaan yang berbeda bersama mereka. Entah mengapa waktu kebersamaan dirinya dengan mereka mengingatkannya pada hari-hari dimana ia hidup bersama dengan kakeknya. Kehangatan itu, keceriaan itu, kedamaian itu, serta ketenangan itu membawanya ke kilasan balik masa kehidupannya sebelumnya, masa-masa saat dia tinggal di pedalaman hutan Pegunungan Horostontros. Sebelum mereka, para Ras Harimau itu, menghancurkannya.
Dia kembali mengingat saat-saat itu. Saat-saat dimana kakeknya mengajarkan Tarian Pedang Angin dengan keras kepadanya. Dimana sang kakek tidak akan segan-segan mengayunkan ranting yang ia bawa ke kakinya jika dirinya melakukan kesalahan. Seorang kakek yang benar-benar keras saat mendidiknya berlatih pedang, hal itupun beliau sadari dengan betul.
Kakeknya pernah berkata kepadanya, “Freis, kau adalah satu-satunya pewaris Tarian Pedang Angin, kau harus dapat menguasainya seluruh gerakannya, seluruhnya. Karena hanya kaulah satu-satunya yang tersisa.” Kemudian sang kakek memandangnya dengan lembut, “Maafkan jika kakekmu ini harus bersikap keras dan membebanimu.”
Saat itu dirinya tidak begitu mengerti maksud dari perkataan itu, tapi sekarang… setelah dia mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, akhirnya dirinya memahami maksud dari perkataan beserta segala tidakan yang dilakukan kakeknya. Dan kebersamaannya dengan rombongan keluarga Frank telah melemparkannya kedalam masa-masa itu.
Dia lalu berjalan sambil melihat ke bawah dan terlihatlah olehnya, sepasang kaki putih kecil itu, yang berjalan dengan riangnya, melompat kesana kemari dengan riangnya. Seolah sepasang kaki itu sedang menari-nari di atas tanah dengan riangnya, dengan gembiranya.
“Apa yang kau lihat?” dirinya dikejutkan dengan pertanyaan dari sang pemilik kaki. Ia pun hanya membuang pandangannya ke arah samping kiri, tanpa menjawab pertanyaan dari sang pemilik sepasang kaki.
Kemudian gadis itu melangkah mendekatinya, mendekatkan wajahnya ke arahnya dan menatapnya lekat-lekat. Dan terlihatlah dengan jelas wajah Raya. Baru kali ini dia melihat wajah yang begitu indah, begitu cantik, dan begitu mempesona. Ada bagian tertentu dalam dadanya yang bergetar saat Raya mendekatkan wajahnya kearahnya.
Dengan spontan, ia memundurkan kepalanya sambil berkata, “Apa yang kau lakukan?”
“Hm…” Raya bergumam sambil menatap lekat-lekat kedua matanya. Kemudian gadis itupun berkata “Mata milikmu benar-benar indah.”
Kemudian gadis itu kembali mundur sambil tersenyum dengan lebar kearahnya, senyuman yang benar-benar hangat dan mendamaikan, rasa damai yang sudah lama tidak ia rasakan. Raya lalu memalingkan tubuhnya dan kembali berjalan mendekati bibinya. Ia kembali berjalan di depan dengan riangnya. Bercanda dan tertawa bersama dengan bibinya. Saat itu semilir angin kecil berhembus dan menerpa wajahnya, mengangkat dan mengayunkan rambut-rambut Raya yang teruai. Membuat rambut-rambut itu seolah menari-nari bersama dengan Raya. Tiupan angin yang mendamping tarian helai-helai rambut yang menghiasi wajah cantik itu semakin membuat gadis itu terlihat mempesona. Memperdayanya. Mendebarkan jantungnya.
Kenapa? Apa yang terjadi? Perasaan apa ini? Kenapa gadis ini terlihat begitu cantik dimataku? Kenapa ia terlihat begitu indah menawan? Dan kenapa jiwa ini terasa tenang dan damai saat melihatnya tersenyum? Kenapa pula jantung ini berdebar tak menentu saat bersamanya? Ada apa dengan hatiku? Ada apa dengan akalku? Apa yang terjadi padaku?
Freis terjebak dalam bermacam pertanyaan yang membingungkan. Baginya ini pertama kalinya, sejak kematian kakeknya, ia memiliki keinginan untuk berjalan berasama seseorang, berdiri disamping seseorang, mendampingi seseorang. Lebih anehnya lagi seorang gadis yang baru ia kenal. Sosok dan keberadaan gadis itu sepertinya berhasil menyentuh bagian terdalam jiwanya, tepat di bagian terlemahnya. Yang selalu ia sembunyikan, yang selalu ia tutup rapat-rapat, yang telah membeku dan mengeras oleh air mata dan rasa sakit. Serta tertutup dengan rapat oleh pintu kekerasan hati yang begitu kokoh. Raya, gadis itu, yang baru ia kenal, berhasil mendobraknya, menerobosnya, serta menyentuhnya.
Mungkin kah aku telah jatuh cinta kepadanya?
Akhirnya pertanyaan itulah yang mulai muncul dalam pikiran Freis.
***
Dan Raya berjalan dengan riangnya hari-hari sebelumnya, tapi hatinya kali ini diusik oleh pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya gelisah, serta penasaran. Sosok laki-laki misterius yang mungkin memiliki sesuatu kenangan yang menyakitkan seperti dirinya. Sosok lelaki dengan mata sendu dan dingin. Apa yang terjadi pada lelaki itu? Kenapa ia terlihat begitu dingin? Dan apa yang membuatnya begitu dingin?
Dari sudut hati terdalamnya, dia percaya bahwa Freis merupakan sosok yang lembut dan hangat. Entah kenapa ia begitu mempercayai akan hal itu. Hatinya seolah berusaha menolak segala fakta yang terlihat dan terdengar oleh mata dan telinganya. Ia berusaha mempercayai dan menyakini sesuatu yang mungkin terdengar bodoh dan konyol. Saking konyolnya ia terkadang menertawai dirinya sendiri akan hal ini, dan merasa begitu bodoh.
Bukan ia tidak merasakan apapun saat bersama dengan Freis. Ketika ia mendekatkan wajahnya ke wajah milik lelaki itu. Dadanya berdebar begitu hebatnya. Seperti hendak meledak dan melompat keluar. Matanya dingin milik lelaki itu membuat tulang-tulangnya membeku, hampir membatu. Saat ia melihat lekat-lekat wajah lelaki itu, sejenak ia merasa seolah-olah dirinya terpesona dengan ketampanannya. Sesuatu yang begitu memalukan baginya.
Mungkin hal itulah yang mendorongnya untuk selalu mengusik Freis. Mungkin ada satu sisi dalam dirinya yang mengharapkan perhatian dari lelaki itu. Adapula sisi lain yang ingin lebih mengenal lelaki itu. Dan sisi lainnya lagi berharap agar memiliki tempat di dalam diri lelaki yang begitu dingin itu.
Entah mengapa meskipun terlihat begitu dingin dan keras, dirinya merasa jauh di dalam diri Freis terdapat hati dan jiwa yang menangis kesakitan. Hati yang berteriak dengan kerasnya dalam tangis, yang mengharapkan kelembutan. Jiwa rapuh yang menggigil kedinginan, yang mengharapkan kehangatan. Seorang pemuda yang terjebak dan tenggelam dalam kesepian dan kekosongan, yang mengharapkan keberadaan seseorang dalam kebisuan mulutnya. Dalam pancaran dingin matanya. Dalam kekerasan hatinya.
Saat kedua matanya bertatapan dengan Freis, saat dimana pandangannya ingin menembus semakin dalam, jauh kedalam diri lelaki itu. Dengan cepatnya Freis mengalihkan pandangan darinya. Seolah lelaki itu sengaja menghindarinya. Seolah lelaki itu berusaha menolak dirinya, keberadaannya.
Apa yang lelaki itu takutkan? Apa yang ada di balik tatapannya yang begitu dingin? Apa yang berada dibalik sikapnya yang selalu mengasingkan diri? Dan kenapa pula ia begitu penasaran oleh lelaki ini? Kenapa dirinya ingin masuk dan mendapatkan tempat dalam kehidupan lelaki itu? Kenapa dirinya ingin mendekap untuk menghangatkan jiwa lelaki itu? Kenapa dirinya ingin membelai lelaki itu untuk meredakan tangisan di hatinya? Dan kenapa lelaki itu terlihat begitu mempesona dimatanya? Kenapa dadanya berdebar dengan hebat saat berada di dekat lelaki itu? Dan kenapa pula dirinya harus jatuh ke dalam rasa malu saat lelaki itu menatapnya? Sekalipun ia terus berusaha menyembunyikan semuanya yang dirasakannya dalam tawa dan senyuman.
Apa aku sedang jatuh cinta kepadanya?
Cinta yang selalu diharapkan serta didambakan oleh seseorang. Sekalipun terkadang membawa luka. Cinta yang tersirat secara rahasia di kedua pasang mata milik Paman Frank saat bertatapan dengan Bibi Elise. Raya sesekali menatap Freis sambil mempertanyakan ribuan rasa dalam hatinya.
****
“Cinta telah datang dan meniup hati yang tumbuh dalam kegelisahan,
Hati yang tumbuh dalam rasa sepi yang menyesakkan,
Hati yang berkelana dengan senyuman memilukan,
Sepasang hati yang berusaha mencari tempatnya berteduh,
Tempat untuk berdamai dalam kasih,
Dan tenggelam dalam dekapan cinta.”
😂
😂