Hidup tanpa kebahagiaan itu bagai sayap tanpa bulu,sebuah kemustahilan yang tidak dapat masuk logika,setidak berguna sayap pada ayam yang tidak bisa terbang,setidaknya sayap itu masih memiliki bulu yang indah,begitu pun juga dengan kehidupan,seburuk-buruknya hidup,akan ada setitik cahaya kebahagiaan didalamnya,namun semua itu tidak berlaku pada kehidupan yang di jalani oleh sesorang remaja cantik bernama aleza,sebesar apa memangnya penderitaan hidup yang gadis itu alami?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lanjutan
"Kenapa kakak tidak menyewa kamar kontrakan saja?"
"Huhhhh....,jika aku menyewa kamar kontrakan,aku mesti mengeluatkan uang lagi,sedangkan jika aku tinggal disini,aku bisa mendapatkan tempat tidur gratis dan makanan gratis dengan memakan bahan sisa di dapur,lagi pula si danz juga sudah tidak memusingkannya,jadi aku bahagia dan tenang-tenang saja hidup di sini,aku sudah menganggapnya rumah sendiri."Jelas dela sembari menyengir.
"Emmm,kakak seseorang yang tanguh ya,kakak sampai nekat seperti ini untuk berhemat,apakah ada sesuatu yang ingin kakak capau?." Della tersenyum tipis katika mendengar pernyataan yang eza lontarkan.
"Tidak ada,aku berhemat seperti ini untuk panti asuhan,aku merasa berhutang kepada mereka yang telah mengurusku hingga seperti ini,maka dari itu aku bekerja sangat keras supaya aku bisa membatu anak-anak yang lain dan mengirimi panti asuhan uang setiap bulanya."
Eza terdiam,alasan yang sederhana namun begitu menyentuh hati,bagaimana bisa ada orang sehebat ini?,perempuan di hadapanya ini benar-benar luar biasa,besar di panti asuhan dan hidup tanpa kasih sayang orang tua,serta masih harus membayarkan hutang budi di saat dewasa,benar-benar sosok yang tanguh.
Eza seperti melihat ceriminan dirinya sendiri,namun eza harus menjadikan ini sanagai motivasi,supaya dirinya semakin kuat,bukan malah menjadi seseorang yang lemah.
"Hidup kakak itu sama tau nggak sih sama hidup aku?,"lirih eza pelan,della terlihat penasaran.
"Memengnya hidup kamu kayak gimana?,kaku juga di telantarin ya sama keluarga kamu?,"terus kamu juga besar di panti asuhan?,panti asuhan mana?."Tanya della berturut-turut.
"Aku nggak tinggal dipanti asuhan,aku tingga bersama keluarga ku,dan mereka itu sangat kaya dan terkenal,aku juga anak bungsu di keluarga itu."
"Ha?, gimana-gimana?, kamu ngomong apa?, terus kalau kamu kaya ngapain kamu kerja disini dan tinggal di kontrakan?."
"Karena aku hanya menumpang,dan sekarang aku sudah muak menumpang bersama keluarga ku,jadi sekarang aku sendiri,benar-benar sendiri." Della terdiam,perkataan eza memang terdengar ngelantur,tapi dela mengerti perkataab singkat itu penuh dengan makna.
Beberapa saat mereka saling terdiam,merasa suasana malah menjadi canguh,della pun memutuskan untuk segerah mencari topik lagi guna kembali mencairkan suasana.
"Eh,kau ingat nggak sih?, saat kau tampil tadi,ketiga orang itu ekspresinya kayak gimana gitu,judes banget njir,pas di tanya juga,minimal respon dikit lag,ini sumpah nyebelin banget responua,gedek deh gue pengen nonjok,keluarga mehendra emang gitu ya?,kok setahu gue pas nyari-nyari di internet katanya mereka itu keluarga yang harmonis dan penyayang,terutama kepada putri mereka yang sudah meninggal itu,"crocos della sambil minum soda.
"Yah keluarga ku memang seperti itu,aku sudah tidak memusingkannya lagi,aku sudah terbiasa."
Byurrr....
Semua minuman yang telah della minum tersembur kembali keluar dari mulutnya,tatapannya mengata pada wajah eza,eza terkekeh pelan.
"Kakak tidak apa-apa?,mau tisu?." Tanya eza sambil memberikan della tisu yang tersedia di meja.
"Keluarga ku?, heee maksudnya apa nih bang messi?."
"Ya aku adalah bagian dari keluarga mahendra,tapi itu dulu,sekarang berbeda,aku adalah eza,seorang gadis kecil yang hidup sebatang kara,dan bekerja di sebuah lestoran bersama temanya bernama della yang juga memiliki nasib yang hampir mirip."