Setelah menjadi lulusan terbaik di universitas terkenal, Aira Alisya Alendra diterima menjadi sekertaris di Perusahaan ternama. Aira sangat bahagia ketika diterima di perusahaan itu.
Namun, kebahagiaan itu luntur ketika mengetahui bahwa Ceo baru perusahaan itu adalah Refaldo Galaksi, musuh bebuyutannya sejak SMA.
Tidak disangka, mereka malah terlibat dalam pernikahan yang harus mereka terima karena alasan tersendiri dari masing-masing pihak.
Pernikahan mereka seiring waktu berjalan dengan baik, sampai dimana masalalu Aldo datang...
yuk ikuti cerita mereka👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiela Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aira Tau semuanya...
Malamnya...
Aira tetap terdiam, matanya kosong dan terfokus pada jarak antara dirinya dan Aldo. Suasana di ruang tamu terasa semakin berat, seakan udara itu sendiri penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Aldo duduk di sampingnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat, namun setiap kali ia membuka mulut, Aira hanya diam, tidak memberi respons.
"Aira, kamu kenapa? Wajah kamu kok kelihatan murung gitu?" tanya Aldo pelan, mencoba memecah keheningan.
Aira akhirnya mengangkat bahunya sedikit, kemudian menjawab singkat, "Gak apa-apa."
Aldo menatapnya ragu, tidak puas dengan jawaban itu. "Kamu marah sama aku?" tanyanya, berharap mendapatkan penjelasan lebih.
"Engga," jawab Aira dengan suara datar.
Aldo menghela napas, mencoba mencari tahu apa yang mengganjal di hati Aira. "Tadi kata bibi ibu aku dateng, kan? Dia nggak ngomong hal-hal aneh kan sama kamu?"
Aira menggeleng pelan, masih tidak menatap Aldo. "Engga."
Aldo merasa sedikit lega mendengar itu, meskipun hatinya tetap khawatir. "Kamu kelihatan capek, Aira. Mungkin kamu butuh istirahat."
Aira mengangguk pelan, lalu berbicara dengan suara pelan, "Minggu ini aku lagi sibuk banget, ada banyak proyek yang harus aku urus. Kalau kamu butuh sesuatu, bilang aja ke Bibi Siti."
Proyek? Aira makin curiga bahwa Aldo akan menemui Tiara.
Aldo hanya bisa mengangguk, merasa sedikit kehilangan kata-kata. Dia tahu, malam ini, Aira tidak akan mudah untuk diajak bicara.
...----------------...
Esok harinya, Aira duduk gelisah di kafe kecil yang sudah mereka jadwalkan dengan Cia. Sejak pertemuan kemarin dengan Ibu Aldo, pikirannya terasa kacau.
Ia tidak tahu harus berbuat apa, apakah harus mengikuti tekanan dari keluarga Aldo atau tetap bertahan dengan kehidupannya yang sekarang. Namun, satu hal yang pasti: ia butuh jawaban, dan Cia adalah orang yang bisa membantunya.
Aira melangkah masuk ke kafe, matanya langsung mencari sosok Cia yang duduk di meja dekat jendela. Begitu Cia melihatnya, dia langsung mengangkat tangan memberi tanda. Aira berjalan cepat ke arahnya dan duduk tanpa banyak kata, wajahnya terlihat lelah dan cemas.
"Jadi?" Cia membuka percakapan dengan suara pelan, sudah tahu bahwa Aira pasti ingin menceritakan sesuatu yang penting.
Aira menarik napas panjang sebelum akhirnya menceritakan segalanya, mulai dari ancaman Ibu Aldo hingga kebingungannya tentang hubungan Aldo dan Tiara. Ia menceritakan dengan jelas bagaimana ibu Aldo berusaha menguasai hidupnya, dan betapa hancur hatinya mendengar bahwa Tiara akan kembali ke dalam hidup Aldo.
Cia mendengarkan dengan seksama, matanya berkerut, lalu akhirnya dia berkata, "Jadi, lo bener-bener ngerasa terpojok, ya? Mereka ingin lo pergi supaya Aldo bisa kembali ke Tiara, dan lo harus nge lepasin semuanya, termasuk Aldo... Tapi ada satu hal yang nggak masuk akal dalam cerita ini."
Aira menatap Cia, bingung. "Apa maksud lo?"
"Kalau memang keluarganya begitu berharap dia kembali ke Tiara, kenapa ga dari awal mereka menikah? Tanpa harus melibatkan lo dalam cerita ini." Cia menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada yang nggak beres dengan semua ini, Aira. Gue rasa mereka nggak sepenuhnya jujur."
Aira mengerutkan kening, merasa ada yang terlewat dari pikirannya. "Gue juga berpikir begitu. Tapi apa yang harus Gue lakuin?"
"Lo punya kontak temen deket Aldo?" Tanya Cia. Namun, Aira tidak memiliki kontak teman dekat Aldo.
"Ah! Gue tau instagramnya sahabat Tiara." Ucap Aira. Aira pernah bertemu di acara perusahaan dengan Dela, Dan kebetulan Dela yang mengikuti instragramnya lebih dulu.
"Nah! Coba chat dia." Cia langsung menghubungi Dela lewat telepon ig.
Cia pun berhasil mengatur pertemuan. Mereka bertemu di sebuah kafe yang lebih sepi, di pinggir kota, tempat yang lebih tenang dan privat.
...----------------...
"Kita pengen tahu lebih banyak tentang Tiara dan Aldo," kata Cia dengan nada hati-hati. "lo kan teman dekat Tiara. Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka? Kenapa Tiara ninggalin Aldo dulu, dan kenapa dia kembali sekarang?"
"Emang salah ya temen gue balik? Dia ga bisa move on dari Aldo makanya dia balik." Ucap Dela sinis.
"Dan apa hak lo nanya itu? Ga penting banget sampe bawa gue disini."
"Gue punya hak, karena gue istri Aldo." Jawab Aira.
"HAH! Lo istrinya?! Oh pantesan Aldo nyembunyiin identitas lo dari publik. Banyak yang ngira kalau istri aldo itu Tiara karena Aldo ga publik lo."
"Jaga mulut lo." Ucap Cia.
"Oke, sorry-sorry." Dela meminta maaf.
"Dan kenapa kalau kalian tau Aldo udah punya istri, Tiara masih aja pengen balik?" Tanya Cia masih penasaran.
"Banyak orang pengen Aldo dan Tiara balik, Keluarganya juga pengen Aldo dan Tiara bersatu lagi. Bisnis mereka juga bakal lebih maju, karena kedua pihak keluarga saling menguntungkan."
"Oh okay, Dan apa alasan Tiara ninggalin Aldo." Cia pun langsung menanyakan pertanyaan intinya.
"Gue bilang karena gue kasian sama lo Aira, inget ya! Lo cerai-in aja Aldo sebelum lo dimanfaatin, gue kasian liat lo soalnya." Ucap Dela peduli.
Dela menghela nafas panjang. "Jadi gini... Mereka berdua dulu udah tunangan dan udah ngerencanain pernikahan. Dan tibalah dimana hari mereka mau fitting baju pengantin, Tiara dibawa papa nya untuk ke rumah sakit. Gue juga awalnya ga tau kenapa, Ternyata Tiara ke dokter kandungan.Dan setelah diperiksa Tiara Ternyata mandul." Jelas Dela.
Cia berdiri dari kursinya. "WHAT! Kenapa dia periksa ke dokter? Apa udah keliatan gejala-gejalanya?" Tanya Cia.
"Sebenarnya... Gue minta maaf banget, lo bakal sakit hati Aira."
Kebenaran apa lagi yang akan menghancurkan hati Aira?
"It's okay Del, i'm fine." Ucap Aira. Namun, nyatanya hati Aira sudah hancur dari kemarin.
"Aldo dan Tiara udah 2 kali berhubungan badan, dan itu ga pake pengaman sama sekali. Tiara saat itu ga takut kalau dia bakal hamil, malah bagus karena lo tau kan Kakeknya pengen banget punya cicit." Ucap Dela. Cia menutup mulutnya syok, Mata Aira juga sudah berkaca-kaca.
"Dan Tiara udah kayak ngerasa ada yang ga beres, kok dia ga hamil. Dan akhirnya dia periksain ke dokter kandungan, dan ternyata ya... Gitu."
Aira terdiam sejenak, matanya terbelalak. tapi tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Dia duduk terpaku, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar. Cia melihat Aira sedikit cemas, mengusap bahu Aira dengan penuh pengertian.
"Aira, gue... gue tahu ini berat," kata Dela pelan." mencoba menenangkan Aira. "Tapi itu kenyataannya. Tiara nggak bisa kasih Aldo apa yang dia harapkan, dan itu... itu jadi salah satu alasan kenapa dia pergi."
"Aldo ga tau?" Tanya Cia bingung.
"Iya, cuma gue, Tiara dan keluarga Tiara yang tau."
Dela melihat Aira, ia sangat merasa simpati kepada Aira. Tetapi, Ia juga kasihan terhadap Tiara sahabatnya. Mereka berdua sama-sama tidak bersalah...
Awalnya ia tidak suka kepada Aira karena tiba-tiba bersama Aldo, tetapi mereka juga sesama perempuan. Aira tidak mengetahui masalalu Aldo... Kalau Aira tau pasti Aira tidak Akan menerima tawaran itu.
Aira menelan ludah, tangannya gemetar. "Tapi... kenapa... kenapa nggak dia bilang langsung ke Aldo?" suara Aira hampir pecah. "Kenapa dia harus diam-diam pergi? Kenapa nggak bicara sama Aldo sebelum semuanya jadi rumit kayak gini?"
Cia menghela napas. "Karena itu terlalu sulit buat Tiara, Aira. Gimana bisa dia jelasin kalau dia nggak bisa punya anak, sementara semua orang berharap dia bisa ngasih Aldo bayi? Kakeknya, keluarga Aldo, semuanya pengen cucu."
Aira menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. "Jadi, selama ini, Aldo nggak tahu kalau Tiara... nggak bisa punya anak?" Aira bertanya dengan suara bergetar.
"Dia nggak tahu, Aira," jawab Dela, suara penuh penyesalan. "Tiara nggak pernah kasih tahu. Waktu itu dia cuma bilang kalau dia butuh waktu untuk 'menyelesaikan' segala sesuatunya. Dia takut Aldo akan meninggalkannya kalau tahu."
Aira menunduk, Cia pun memeluk sahabatnya itu. Hatinya terluka, terasa terperangkap antara cinta yang dia rasa dan kenyataan yang baru terungkap.
"Tapi, kenapa dia balik lagi? Kalau dia tahu Aldo udah punya istri?" Cia bertanya dengan suara yang sedikit bergetar.
Dela terdiam sejenak, berpikir keras. "Karena keluarga mereka masih berharap. Mereka berpikir kalau Aldo dan Tiara bersatu lagi, mereka bisa memperbaiki semuanya. Keluarganya, bisnisnya, semuanya bakal lancar. Tiara merasa dia masih bisa jadi bagian dari itu semua."
"Aldo nggak tahu apa yang udah Tiara lewatin," kata Aira, hampir berbisik. "Dia nggak tahu kalau Tiara sakit hati sampai segitu. Kalau dia tahu, mungkin dia bisa bantu... tapi... tapi kenapa semuanya jadi begitu rumit?"
Dela menatap Aira dengan penuh simpati.
"Kadang-kadang, kita nggak bisa kontrol apa yang terjadi di hidup kita, Aira. Tiara nggak bisa ngontrol takdirnya. Tapi, sekarang kamu di sini. Kamu istri Aldo, dan itu sesuatu yang nggak bisa diubah. Hanya itu yang bisa gue bilang ke lo, maaf udah bikin tau informasi yang seharusnya Lo ga tau dan malah bikin lo tambah hancur." Dela menatap Aira penuh dengan rasa bersalah, Dela pun pergi meninggalkan Aira dan Cia.
Aira memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan pikirannya. "Apa yang harus gue lakukan Cia?... Apa Aldo nikah sama gue cuma pengen dapet keturunan? Dan setelah itu dia cerai-in gue? Dan dia hidup bahagia dengan Tiara?" Tangisan Aira pun pecah.
"Kalau mereka minta anak ini, kamu jangan pernah kasih. Aku bakal ganti uang yang kamu pinjam dari mereka. Dan lebih baik kamu pikirin apa pilihan kamu, aku ga maksa buat ikutin saran aku." Ucap Cia.
Kalau saja Cia datang di indonesia tepat waktu, Cia akan memberikan pinjaman kepada Aira dan Aira tidak perlu berurusan dengan Aldo.
Aira menarik napas panjang, berusaha untuk tetap tegar meskipun hati terasa hancur. "Terima kasih, Cia. Gue butuh waktu buat mikirin semuanya."
Dengan itu, mereka terdiam sejenak, membiarkan keheningan meresap ke dalam ruang di antara mereka, yang kini penuh dengan kebingungan, kesedihan, dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab.
...~Jangan pernah berurusan dengan orang yang belum selesai dengan masalalu mereka~...
...Sekarang Aira paham arti kata-kata itu....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...THANKS FOR READING💋😇...
...Jangan lupa like, komen, and votenya🔥🔥...