Om Ustadz Dokter Cintaku!

Alice masih marah, tapi cukup meleleh untuk perilaku manis suaminya pagi ini. Hari ini ada jadwal operasi mendadak, dan Fachry harus ke Rumah Sakit secepatnya.

Dia tidak bisa sewaktu- waktu dapat mengantarkan istrinya ke kampus. Itulah kenapa Fachry membelikan, Alice mobil.

Pun, Fachry rasa Alice sudah setengah dilepas oleh keluarga Rain. Buktinya, Alice tak lagi memakai fasilitas dari Sky Rain.

Fachry tak masalah akan hal ini, lagi pula Fachry sangat amat setuju jika Alice sudah menjadi tanggung jawabnya. Dan Alice tahu, Fachry pria shaleh yang bertanggung jawab.

"Masha Allah!" Widya berucap kagum setelah melihat Alice dengan hijabnya, berlenggak lenggok di depan cermin rias. Tapi tak lama kemudian, Alice tarik lagi pasmina miliknya.

"Loh, kok dibuka lagi?" Widya menegur, sebab memang, Alice sangat bagus dan cocok sekali ketika mengenakan hijab.

"Hehe," cengir Alice. "Alice masih belum percaya diri buat pake ini, Buk!" sangkalnya.

Widya berdecak, lalu memakaikan kembali hijab Alice. "Cantik begini kok, nggak pede!"

"Tuh liat," ucapnya kemudian.

Widya menatap wajah cantik Alice dari pantulan cermin. "Ibu baru pertama kalinya lihat loh ada Barbie hidup yang syar'i begini."

Alice tertawa, sungguh, ibunda Fachry yang satu ini tak pernah marah- marah. Bahkan, Widya sangat amat memaklumi meski Alice belum ingin menutup aurat secara penuh.

"Semoga, ibu cepet punya kesempatan buat liat cucu ibu. Uh, pasti kalau cewek kayak Barbie anakan, yo Nduk."

Alice tertawa, anaknya diklaim Barbie anakan, tapi ia tetap mengamini walau sebenarnya gadis itu tidak berniat untuk hamil dahulu.

...🎬🎬🎬...

🎬🎬🎬

^^^🎬🎬🎬^^^

Hari ini Alice berangkat ke kampus seorang diri, dia akan urus perpindahan fakultas seperti yang Fachry bilang pagi tadi. Formulir sudah diisi, dan Alice memilih mengambil bisnis sesuai kemauan dan cita- citanya dulu.

Sebenarnya, bisnis itu sama dengan jurusan yang diambil almarhumah ibunya. Makanya, dulu sang ibunda bekerja menjadi sekretaris sang ayah yang crazy rich.

Yah, Alice membuka lagi hijabnya setelah sampai parkiran mobil. Dia belum bisa siap untuk memperlihatkan perubahan ke publik, Alice sadar Alice masih labil dalam hal ini.

"Lice!"

Dewi menyambut ketika saja Alice sampai di *lobby* fakultasnya. Alice belum bisa keluar dari fakultas tersebut karena masih banyak yang perlu diurus.

Dewi berlari tergopoh- gopoh, lalu bernapas kasar setelah membungkuk sambil meringis di depan tubuh Alice. "Gawat!"

"Apaan?" sentak Alice.

Dewi mengatur napas kembali, ternyata capek juga berlarian di sini. "Liat deh di sana!"

Alice menatap papan pengumuman yang tersemat di sudut dinding. Sebuah informasi yang entah ditulis oleh tangan jahanam siapa, kini dijadikan trending topik seru temannya.

...**ALICE DIBUANG DARI KELUARGA RAIN**!...

"Lu beneran nggak dikasih fasilitas lagi sama keluarga Rain?" Dewi bertanya serius karena sedari menikah, Alice tak banyak cerita soal keluarga Rain, terlebih Daddy-nya.

"Ya Tuhan!" Mahasiswi cantik, salah satu teman dekat Cinta berekspresi memelas di depan muka, Alice. "Sedih banget, ya!"

"Sedihnya di mana?" tanya Alice. Dia tak merasa hidupnya menyedihkan selama ini.

"Ups!" Cinta menimpalinya dengan raut yang tak kalah menyebalkan. "Yang lagi menghibur diri di atas sampah pembuangan."

Tiga temannya tertawa terbahak. "Sebentar lagi, kalau Daddy Alice nikah sama Kakak Cinta, bisa- bisa Alice dicoret dari ahli waris, apa lagi kalau anak Kakak Cinta, cowok!"

"Kasihan nggak sih?" Cinta menyahut dengan ekspresi wajah yang amat menyebalkan bagi Alice dan Dewi. "Jadi ternyata Alice memang sengaja dinikahkan sama Dokter Fachry, biar keluarga Rain bisa lepas dari benalu."

Alice terenyuh mendengarnya. Terkadang, dia sedih karena bahkan, sampai sekarang Daddy Sky tak pernah lagi perhatian padanya.

Apa lagi, semenjak dia menjadi penghalang hubungannya bersama Kakak Cinta. Daddy Sky seolah membiarkannya begitu saja.

"Eh, eh, curiga Alice cuma anak pungut di keluarga Rain nggak sih, kaleeeeaaaan?"

"Iya juga," sahut teman lainnya, "mungkin dulu ibu dan anaknya Tuan Sky yang asli sudah meninggal semua, terus Alice ditarik dari panti asuhan buat gantiin anak Tuan Sky yang meninggal itu!"

Cinta terkakak. "Sinetron banget kan hidupnya?!"

Dewi sendiri terkejut, kenapa sampai sejauh ini, Alice masih sabar untuk diam. Tak seperti, Alice yang biasanya arogan bahkan tega dorong atau menjambak lawannya.

"Eh! ... Kebayang nggak sih, kalo Alice hidup miskin terus kulitnya burik karena nggak bisa perawatan sama sekali!" Cinta tertawa lebih keras dari sebelumnya.

Kemudian, Cinta menarik lengan Alice yang lekas menepis bahkan menyapu tubuhnya seolah jijik dengan sentuhannya.

"Mau ke mana sih?" tanya Cinta. "Kenapa buru- buru banget buat pergi? ... Oh! ... Apa mungkin yang kita- kita curigai fakta, ya?"

Dewi menyenggol, Alice. "Ngapain Lo diem ajah sih, Lice, kita bisa bekuk mereka!!"

Alice terkekeh. "Males ladenin cunguk!"

Tepat di depan wajah Cinta, Alice bicara dengan gaya dramatis. "Alice sama mereka, ... Oh, oh, oh, soweeeh ... Alice nggak satu level!"

"Ups!" Alice juga menjatuhkan tasnya hingga berjatuhan seluruh isinya. "Aduh, ... jatuh kunci mobil baru Alice, ... OMG, jatuh juga kartu kredit fasilitas dari suami Alice yang ganteng dan kaya raya ini!" sombongnya.

"Lo dibeliin mobil?" Dewi mengompori, dia mendelik terkejut dengan kagum. Apa lagi, mobil yang Alice pakai sangat mahal.

Cinta dan temannya berubah raut, dari yang puas karena sebelumnya sempat berpikir jika Alice memang dibuang keluarga Rain. Tapi kini, Alice justru pamer mobil barunya.

Tentu saja Alice bahagia melihat wajah- wajah musuhnya kaku. "Mas Fachry Dokus kesayangan ku yang ganteng itooo, kasih aku surprise mobil barooh, ingat, anti kredit ya, karena suami kooh nggak suka barang cicilan!"

Cinta berpaling karena Alice terus bicara di depan wajahnya. Sontak, Dewi dan beberapa teman Alice yang selalu pro Alice, berdecak sumringah. "Aaa, Alice beruntung banget!"

"Jelas!" sergah Alice menyindir.

"Alice sudah punya fasilitas, tanpa perlu berlenggak lenggok pamer aurat di TV, ya! Nggak perlu juga seorang Alice mendekati pemilik *production house* milik X-meria, cuma biar ikutan dinaikkan popularitasnya, ya!"

"Tolong CATET sayang." Alice menyuruh Dewi untuk mencatat keberuntungannya menikah dengan Dokter sekaligus ustadz, Fachry.

"Alice sudah punya kekayaan bahkan setelah dilepaskan dari keluarga Rain! ... Suami ku itu, definisi true hard worker, yah, ... you know lah ya, Dokus alias dokter ustadz kesayangan Alice, sudah lebih dari cukup buat Alice selalu berucap syukur," tambah Alice.

"Alhamdulillah, yaaaa!" imbuhnya, dan kali ini berciri khas seperti Syahrini. Alice dan Dewi lalu pergi setelah tak mendengar lagi ucapan seorang Cinta.

Seperti biasanya, Cinta tak bisa berkata- kata jika Alice sudah bicara. "Akhirnya, tuh cumi bisa kicep juga!" kata Dewi kesal.

Keduanya duduk di bangku taman, belum apa apa sudah dibuat dongkol dengan ledekan aneh Cinta dan koloninya. "Gedek banget, Gue!" gerutu Dewi.

"Cinta nggak ada kerjaan selain nyari masalah sama Alice, yah begitulah." Alice sudah hapal betul bagaimana perangai Cinta.

Dewi, lalu menatap Alice. "BTW, .... Dokter ustadz kesayangan Lo perhatian juga, beliin mobil sama kasih fasilitas ala pengusaha?"

Mendadak, Alice menjadi melankolis, karena mengingat pertengkaran kemarin. "Itu yang lagi, Gue pikirin, Dew!"

"Kenapa lagi?"

"Kemarin, Gue minta cerai sama Dokter yang sudah kasih Gue banyak fasilitas mewah, Gue bilang, dia cuma pulang buat tidur sama Gue, ... menurut Lo, Gue jahat nggak sih?"

"Jahat banget," enteng Dewi. Sebab, dia tidak melihat kekurangan yang Fachry tunjukkan selama menikahi Alice selain dikekang untuk menjadi muslimah yang alim.

"Mana mertua Gue baik banget." Alice lirih, dia cukup menyesal sudah menuduh Fachry yang tidak- tidak kemarin.

"Mending saran Gue, Lo service ustadz lagi deh yang bener, jaman sekarang mana bisa Lo dapetin mertua model ibunya, Dokus!"

Dewi bergidik geli. "Yang ada, jaman sekarang tuh, mertua yang mulutnya kayak mertua yang di film paus terbang tuh yang merajalela!"

Alice mendengus. "Gue jadi takut matinya ketabrak kayak ending filmnya."